Mohon tunggu...
Muchamad Iqbal Arief
Muchamad Iqbal Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Independent Content Writer

Halo, saya Iqbal Arief. Sebagai penulis aktif di Kompasiana, saya senang berbagi wawasan dan informasi menarik dengan para pembaca. Minat saya cukup luas, meliputi berbagai topik penting seperti marketing, finansial, prinsip hidup, dan bisnis. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat memberikan perspektif baru dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Anda. Mari bergabung dalam perjalanan intelektual saya di Kompasiana, di mana kita bisa bersama-sama menemukan inspirasi dan wawasan baru dalam berbagai aspek kehidupan dan karier. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Checkout untuk Healing?

2 Oktober 2024   08:13 Diperbarui: 2 Oktober 2024   08:15 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Media Sosial dalam Mendorong Doom Spending

Media sosial memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan belanja Gen Z. Konten-konten yang berfokus pada tren belanja seperti haul, unboxing, dan rekomendasi influencer membuat belanja online terlihat lebih menarik dan mudah diakses. Ditambah lagi dengan fitur "flash sale" atau notifikasi promo yang dirancang untuk menarik perhatian, impuls belanja semakin sulit ditahan.

Gen Z sering kali merasa terdorong untuk mengikuti tren, tidak hanya sebagai bentuk ekspresi diri, tetapi juga sebagai cara untuk terhubung dengan komunitas digital. Namun, dengan begitu banyak rangsangan visual dan sosial yang mendorong mereka untuk terus belanja, kebiasaan ini bisa berubah menjadi perilaku doom spending, di mana belanja bukan lagi karena kebutuhan, tetapi karena perasaan terjebak dalam siklus sosial yang tak berujung.

Tetap Bijak di Tengah Fenomena Doom Spending

Meskipun checkout bisa menjadi salah satu bentuk self-care, penting untuk tetap bijak dalam berbelanja. Tetapkan batasan dan tanyakan pada diri sendiri, “Apakah aku benar-benar membutuhkan ini, atau aku hanya mencari pelarian sementara dari stres?” Dengan mengenali apa yang mendorong keinginan belanja, kamu bisa mulai membedakan antara kebutuhan nyata dan dorongan impulsif.

Cara lain untuk mengatasi kebiasaan doom spending adalah dengan mengalihkan perhatian ke aktivitas lain yang lebih konstruktif untuk healing, seperti olahraga, meditasi, atau bahkan journaling. Ini mungkin tidak memberikan kepuasan instan seperti checkout, tapi efek jangka panjangnya jauh lebih baik bagi kesehatan mental dan finansial.

Selain itu, manajemen keuangan yang baik juga sangat penting. Buatlah anggaran belanja yang jelas dan patuhi batas tersebut. Jika kamu merasa sulit mengendalikan keinginan belanja online, cobalah untuk membatasi akses ke aplikasi belanja atau menonaktifkan notifikasi promo yang sering kali menjadi pemicu doom spending.

Baca juga: Membaca Sebagai Terapi: Genre Buku yang Menenangkan Pikiran

Checkout Sebagai Bentuk Healing yang Sehat

Checkout memang bisa memberikan sedikit momen kebahagiaan, tetapi perlu diingat bahwa healing sejati datang dari dalam. Kebiasaan belanja online bisa menjadi bentuk penghargaan diri, asalkan dilakukan dengan penuh kesadaran dan batasan yang jelas. Namun, ketika belanja menjadi respons terhadap kecemasan atau tekanan emosional, kita perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam doom spending.

Di dunia yang penuh dengan ketidakpastian, penting untuk menemukan cara-cara yang lebih berkelanjutan untuk meredakan stres dan menjaga kesehatan mental. Belanja online bisa menjadi bagian dari itu, tapi jangan biarkan checkout menjadi satu-satunya solusi. Healing sejati datang ketika kamu bisa menemukan ketenangan, bahkan tanpa perlu menambah barang di keranjang belanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun