Zaman sekarang ini tukang fotokopi seharusnya bisa lebih dari sekadar tukang cetak dokumen. Tapi, kenyataannya, pengalaman menggunakan jasa tukang fotokopi sering kali meninggalkan banyak cerita yang bikin frustrasi. Kalau kamu sering ke tempat fotokopi, pasti pernah mengalami salah satu dari "dosa" ini. Yuk, kita bahas lima dosa tukang fotokopi yang sering bikin orang geleng-geleng kepala!
1. Cetakan Buram, Nggak Tanggung Jawab
Kamu datang dengan penuh harapan, menyerahkan dokumen penting, dan... hasilnya buram! Beberapa tukang fotokopi terkesan cuek dengan kualitas hasil cetakan mereka. Bukannya mengecek apakah toner sudah tipis atau kertas yang digunakan tidak layak, mereka malah langsung menyerahkan hasil cetak yang nggak bisa dibaca dengan jelas. Padahal, kalau dokumen itu penting, seperti untuk sidang atau urusan kantor, kualitas cetakan itu harga mati! Tapi, beberapa tukang fotokopi menganggap semua beres asalkan dokumen sudah tercetak.
Baca juga: Membaca Sebagai Terapi: Genre Buku yang Menenangkan Pikiran
2. Nggak Paham Format dan Pengaturan Halaman
Ini dosa yang lumayan fatal kalau kamu bawa dokumen dengan format khusus, misalnya untuk naskah skripsi, jurnal, atau proposal. Bukannya mengikuti format yang kamu kasih, tiba-tiba halaman berubah atau malah halaman yang seharusnya landscape jadi portrait. Tukang fotokopi yang baik seharusnya bisa memahami bahwa nggak semua dokumen bisa diperlakukan sama. Kalau mereka nggak bisa atur format dengan benar, yang ada justru bikin pekerjaanmu dua kali lebih berat.
3. Lambat Kayak Siput
Sebagai konsumen yang kadang terburu-buru, kita butuh kecepatan. Bayangkan, kamu harus buru-buru presentasi, dan mesin fotokopi jalan lambat kayak siput. Rasanya pengen teriak, tapi ya, nggak sopan. Yang lebih menyebalkan lagi, kalau tukang fotokopinya juga santai banget seakan nggak paham kalau kamu butuh cepat. Efisiensi waktu itu penting, apalagi kalau mereka sudah terbiasa dengan rutinitas harian fotokopi yang repetitif.
4. Salah Fotokopi, Nggak Mau Ngaku
Ini dosa yang paling sering bikin orang gemas. Tukang fotokopi salah mencetak atau memfotokopi halaman yang keliru, tapi bukannya mengakui kesalahan, mereka malah diam atau lebih parah lagi, menyalahkan kita. "Ini tadi sesuai yang di layar," atau "Memang ini yang kamu minta, kan?" Padahal, kita tahu persis apa yang kita butuhkan. Kesalahan manusiawi sih wajar, tapi kalau langsung defensif tanpa mau memperbaiki? Itu yang bikin kesal!
Baca juga: Mengubah Luka menjadi Kekuatan
5. Harga Nggak Transparan
Nah, dosa terakhir ini sering kali jadi jebakan. Kamu nggak pernah tahu harga pasti sampai semua selesai. Tiba-tiba, harga yang diberikan jauh lebih mahal dari yang kamu bayangkan. Mungkin si tukang fotokopi mengira kalau semua orang udah hafal harga per lembar atau jasa jilid. Tapi faktanya, banyak dari kita yang cuma main tebak-tebakan soal harga, dan ketika tagihan datang, kita terkejut. Kalau transparansi harga diterapkan dari awal, kita bisa memperkirakan biaya dan menghindari rasa kecewa di akhir.
Penutup: Jasa Fotokopi Seharusnya Berkembang
Menjadi tukang fotokopi seharusnya lebih dari sekadar menekan tombol “Start.” Dengan kompetisi yang semakin ketat dan ekspektasi konsumen yang terus meningkat, layanan fotokopi perlu bertransformasi jadi lebih profesional dan peduli pada detail. Mereka yang bisa menawarkan hasil cetak berkualitas, pelayanan yang cepat, dan harga yang transparan akan tetap bertahan, sementara yang masih melakukan dosa-dosa di atas? Ya, mungkin pelanggan akan mulai pindah ke tempat lain.
Jadi, kalau kamu salah satu pelanggan setia tempat fotokopi, jangan takut untuk menuntut pelayanan yang lebih baik. Karena pada akhirnya, kamu bayar untuk mendapatkan layanan yang sesuai dengan yang kamu harapkan. Dan untuk para tukang fotokopi, yuk, saatnya introspeksi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H