Mohon tunggu...
Muchamad Iqbal Arief
Muchamad Iqbal Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Independent Content Writer

Halo, saya Iqbal Arief. Sebagai penulis aktif di Kompasiana, saya senang berbagi wawasan dan informasi menarik dengan para pembaca. Minat saya cukup luas, meliputi berbagai topik penting seperti marketing, finansial, prinsip hidup, dan bisnis. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat memberikan perspektif baru dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Anda. Mari bergabung dalam perjalanan intelektual saya di Kompasiana, di mana kita bisa bersama-sama menemukan inspirasi dan wawasan baru dalam berbagai aspek kehidupan dan karier. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Zaken Kabinet, Utopia atau Realita? Apa yang Perlu Kita Ketahui

10 September 2024   22:18 Diperbarui: 10 September 2024   22:29 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Monas oleh a Medvedkov

Dalam beberapa waktu terakhir, istilah zaken kabinet mulai ramai diperbincangkan di kancah politik Indonesia, terutama setelah Prabowo Subianto mengisyaratkan minatnya untuk menggulirkan konsep ini. Sebagai warga yang sadar akan dinamika politik, kita tentu ingin tahu: apakah zaken kabinet benar-benar bisa terwujud di Indonesia? Atau apakah ini sekadar utopia yang hanya terdengar manis di telinga? Mari kita bedah lebih dalam.

Apa Itu Zaken Kabinet?

Pertama-tama, penting untuk memahami apa itu zaken kabinet. Singkatnya, zaken kabinet adalah kabinet yang diisi oleh profesional-profesional non-partai politik, dengan harapan bisa menghasilkan pemerintahan yang lebih efektif dan bebas dari tarik-menarik kepentingan politik. Tujuannya mulia: menciptakan pemerintahan yang berfokus pada kapabilitas dan kompetensi, bukan pada perhitungan politik semata.

Konsep ini terdengar sangat ideal, bukan? Namun sebelum kita buru-buru mendukungnya, mari kita lihat apa saja tantangan yang dihadapi dalam penerapan zaken kabinet di Indonesia.

Baca juga: Pilkada 2024: Apakah Masyarakat Masih Percaya dengan Proses Demokrasi?

Tantangan Utama: Partai Politik dan Kekuasaan

Indonesia adalah negara dengan sistem demokrasi multipartai yang sangat kuat. Partai-partai politik memainkan peran sentral dalam pembentukan pemerintahan, terutama di level eksekutif. Dengan adanya zaken kabinet, peran partai politik bisa terpinggirkan, karena posisi-posisi strategis tidak lagi diduduki oleh kader-kader partai, melainkan oleh profesional yang tidak terikat afiliasi politik.

Masalahnya, apakah partai-partai politik akan merelakan sebagian kekuasaannya begitu saja? Dalam politik, kekuasaan adalah segalanya. Sulit membayangkan partai-partai politik besar di Indonesia akan dengan mudah menerima gagasan ini. Mereka tentu akan berupaya mempertahankan pengaruh dan kekuasaan mereka di dalam pemerintahan, bahkan jika itu berarti menentang konsep zaken kabinet.

Resistensi dari Partai Politik: Apakah Mungkin?

Sebagai negara demokrasi, kita sering mendengar jargon "kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat." Namun dalam praktiknya, partai politik di Indonesia memegang kendali besar dalam menentukan arah kebijakan. Zaken kabinet, jika dijalankan, bisa dianggap sebagai ancaman bagi status quo yang telah lama berlaku.

Tantangan lainnya adalah bagaimana para profesional yang dipilih nantinya bisa bekerja sama dengan struktur politik yang masih sangat didominasi partai. Apakah mungkin profesional yang tidak terlibat dalam partai bisa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang efektif? Atau justru mereka akan tersandung oleh birokrasi dan perlawanan politik dari dalam?

Sistem Politik yang Belum Siap

Selain resistensi dari partai politik, ada pertanyaan besar tentang kesiapan sistem politik kita. Zaken kabinet membutuhkan perubahan paradigma yang signifikan, di mana fokus utama pemerintahan adalah kinerja dan keahlian, bukan lobi politik atau loyalitas partai. Namun, sistem politik kita masih sangat bergantung pada konsensus politik dan kompromi antar partai.

Apakah kita siap untuk melampaui model ini? Atau apakah zaken kabinet hanya akan menjadi gagasan ideal yang sulit diwujudkan di lapangan karena sistem yang belum mendukung?

Oligarki dan Pengaruh Ekonomi

Tantangan lain yang perlu kita perhatikan adalah pengaruh oligarki di Indonesia. Zaken kabinet yang dipenuhi oleh profesional independen mungkin akan lebih rentan terhadap pengaruh dari kalangan oligarki yang memiliki kekuatan ekonomi besar. Ini bisa menjadi pisau bermata dua: di satu sisi, kita bisa berharap pada pemerintahan yang lebih profesional, tetapi di sisi lain, kita juga harus mewaspadai potensi dominasi para oligark yang bisa mengarahkan kebijakan ke arah yang menguntungkan mereka sendiri.

Masihkah Zaken Kabinet Mungkin?

Jadi, apakah zaken kabinet sepenuhnya tidak realistis? Tidak juga. Dengan komitmen yang kuat dari pemimpin politik dan dukungan masyarakat yang luas, konsep ini bisa menjadi revolusi yang dibutuhkan oleh sistem pemerintahan kita. Namun, kita juga harus realistis dengan tantangan-tantangan besar yang ada di depan.

Baca juga: Magnetisme Tokoh: Mengurai Enigma Elektabilitas dalam Pilkada 2024

Untuk mendukung zaken kabinet, kita harus mengakui bahwa ini bukan sekadar soal memilih profesional yang kompeten. Ini juga soal mengubah sistem, membangun konsensus politik baru, dan melawan resistensi dari berbagai pihak yang berkepentingan. Selain itu, kita harus memastikan bahwa para profesional yang dipilih tetap memiliki integritas dan tidak mudah dikendalikan oleh kepentingan ekonomi tertentu.

Kesimpulan: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Sebagai masyarakat yang peduli dengan masa depan negara, kita perlu mendukung ide-ide yang bertujuan meningkatkan kualitas pemerintahan. Namun, kita juga harus kritis terhadap bagaimana konsep tersebut akan diimplementasikan. Zaken kabinet mungkin terlihat seperti solusi utopia, tetapi jika kita benar-benar ingin hal ini menjadi realitas, kita harus siap untuk memperjuangkan perubahan sistemik yang mendalam.

Mendukung zaken kabinet berarti kita juga harus bersedia terlibat dalam diskusi yang lebih luas tentang reformasi politik dan bagaimana kita bisa mengurangi dominasi partai politik tanpa mengorbankan stabilitas demokrasi kita. Jadi, apakah zaken kabinet adalah utopia atau realita? Jawabannya ada di tangan kita—sejauh mana kita siap berjuang untuk mewujudkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun