Pilkada 2024 sudah di depan mata, dan dengan itu, muncul pertanyaan mendesak: apakah kita masih percaya pada proses demokrasi ini? Setiap kali musim pemilihan tiba, banyak dari kita mungkin merasakan kelelahan, skeptisisme, atau bahkan apatis terhadap apa yang sering kali tampak sebagai siklus yang berulang---janji-janji manis yang tak pernah ditepati dan kampanye yang lebih sibuk menjatuhkan lawan daripada menawarkan solusi.
Di era di mana informasi mengalir begitu cepat dan seringkali tak terkendali, kepercayaan terhadap proses demokrasi sepertinya mengalami ujian berat. Apakah kamu merasakan hal yang sama? Bagaimana seharusnya kita memaknai Pilkada 2024 di tengah arus ketidakpastian dan kecemasan ini?
Demokrasi Lokal: Cermin atau Bayangan?
Pilkada, sebagai proses demokrasi di tingkat lokal, seharusnya menjadi cermin dari keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat. Namun, benarkah proses ini mencerminkan aspirasi kita, atau justru hanya menjadi bayangan dari kekuatan politik yang lebih besar? Banyak orang merasa bahwa suara mereka tidak lagi berarti, bahwa keputusan sudah ditentukan jauh sebelum mereka memasukkan surat suara ke dalam kotak.
Baca juga: Magnetisme Tokoh: Mengurai Enigma Elektabilitas dalam Pilkada 2024
Ada yang mengatakan bahwa Pilkada hanyalah permainan kekuasaan yang dimainkan oleh elit politik. Partai-partai besar memilih kandidat yang dianggap 'aman', tanpa mempertimbangkan apakah mereka benar-benar memahami masalah lokal yang kompleks. Akibatnya, banyak pemilih merasa diabaikan, dan ini memicu apatisme yang semakin meluas.
Apatisme: Tanda Putus Asa atau Bentuk Perlawanan?
Apatisme terhadap Pilkada sering kali dianggap sebagai tanda putus asa, seolah-olah masyarakat telah menyerah dan memilih untuk tidak peduli. Tapi apakah benar demikian? Atau, mungkinkah apatisme ini adalah bentuk lain dari perlawanan---sebuah cara untuk menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem yang dirasa tidak lagi melayani kepentingan rakyat?
Banyak di antara kita mungkin merasa frustasi dengan proses yang ada, terutama ketika melihat calon-calon yang diajukan tidak membawa perubahan berarti dari masa ke masa. Di satu sisi, kita dihadapkan pada pilihan yang itu-itu saja, di sisi lain, suara kita seolah terperangkap dalam sistem yang hanya mengakomodasi kepentingan segelintir orang.
Harapan Baru atau Sekadar Mimpi?
Namun, tidak semua cerita tentang Pilkada 2024 berakhir dengan pesimisme. Di berbagai daerah, muncul gerakan-gerakan yang berusaha merebut kembali proses demokrasi ini, dari bawah. Tokoh-tokoh muda, aktivis, dan bahkan warga biasa mulai menyadari bahwa perubahan harus dimulai dari langkah-langkah kecil di tingkat lokal.
Pilkada 2024 bisa menjadi momentum untuk membuktikan bahwa demokrasi masih memiliki daya tarik dan kekuatan nyata. Tapi tentu saja, ini membutuhkan partisipasi aktif dari kita semua. Mungkin, saatnya bagi kita untuk kembali mempertanyakan, bukan hanya kandidat mana yang paling layak dipilih, tetapi juga bagaimana kita dapat terlibat lebih jauh dalam proses ini.
Kembali ke Akar Demokrasi
Jika kita merasa kecewa dengan proses Pilkada, apakah itu berarti kita harus berhenti peduli? Atau, justru sebaliknya, apakah ini panggilan untuk kembali ke akar demokrasi---di mana setiap suara benar-benar dihargai dan di mana partisipasi aktif setiap warga menjadi kunci untuk perubahan?
Baca juga: Pengaruh Sastra Indonesia dalam Pembentukan Identitas Nasional
Demokrasi bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Ini adalah hasil dari kerja keras dan komitmen untuk terus memperjuangkan apa yang kita yakini sebagai kebenaran. Ketika kamu melihat ke sekeliling, pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah: Apakah kita akan menyerah pada apatisme, atau akan berusaha mencari cara untuk membuat suara kita kembali terdengar?
Pilkada 2024 mungkin bukan jawaban atas semua masalah, tetapi itu bisa menjadi langkah awal menuju perubahan yang lebih besar. Apakah kamu siap untuk mengambil langkah itu? Atau, apakah kita akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, hanya untuk menyesalinya nanti?
Demokrasi adalah tentang pilihan---dan pilihan itu, pada akhirnya, ada di tangan kita. Jadi, apakah kamu masih percaya dengan proses ini? Atau mungkin, saatnya untuk membuat demokrasi kembali bekerja untuk kita semua?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI