Pernah nggak kamu ngerasa terharu saat lihat cerita sedih di media sosial, lalu langsung kepikiran buat donasi?
Di era digital ini, fenomena donasi online emang lagi naik daun, dan mungkin kamu sendiri sering ikut terlibat.
Dari bantu biaya pengobatan sampai bantu korban bencana, sekarang semuanya cuma butuh beberapa klik aja.
Tapi di balik kemudahan ini, kita perlu nanya: apakah donasi online ini benar-benar karena kita peduli, atau cuma ikut-ikutan tren yang lagi viral?
Donasi Online: Kemudahan yang Bikin Gerak
Teknologi bikin semuanya jadi lebih gampang, termasuk untuk peduli sama orang lain.
Dulu, kalau mau donasi, kita harus repot-repot cari lembaga atau datang langsung ke tempat tujuan.
Tapi sekarang, tinggal buka aplikasi atau situs, pilih kampanye yang kamu suka, terus donasi deh.
Platform seperti Kitabisa dan lainnya udah bikin semua orang bisa terlibat dalam aksi kemanusiaan.
Kamu bisa nyumbang buat operasi orang yang bahkan nggak kamu kenal, atau dukung gerakan sosial yang besar, semuanya dari layar HP kamu.
Kemudahan ini jelas bikin banyak orang jadi lebih tergerak buat bantu.
Tapi, di balik semua ini, ada hal yang perlu kita pikirin: apakah kita bener-bener peduli, atau cuma karena tren?
Kepedulian Sosial: Tulus atau Sekadar Ikut-ikutan?
Kamu pasti sering lihat kampanye donasi yang viral karena dukungan publik yang besar.
Tapi, apakah ini berarti kepedulian sosial kita beneran tumbuh, atau kita cuma kebawa tren yang lagi ramai?
Ketika kampanye donasi menyebar luas, kita sering ngerasa “harus” ikut nyumbang, apalagi kalau teman-teman kita juga ikutan.
Ini yang disebut “social proof”—dorongan sosial buat ngikutin apa yang orang lain lakukan.
Tapi, apakah kita benar-benar tergerak sama kondisi orang yang kita bantu, atau cuma ikut-ikutan biar nggak ketinggalan?
Selain itu, donasi online kadang bikin kita ngerasa udah cukup dengan “klik” aja, tanpa bener-bener terlibat lebih jauh.
Padahal, kepedulian sosial seharusnya nggak berhenti di situ.
Ada banyak hal lain yang bisa kita lakukan, seperti ikut aksi nyata, advokasi, atau bahkan terlibat langsung dalam komunitas yang butuh bantuan.
Donasi Online: Tren Sesaat atau Gerakan Berkelanjutan?
Tren donasi online biasanya ngikutin isu-isu yang lagi hangat.
Saat ada bencana besar atau kasus viral, donasi bakal mengalir deras.
Tapi, gimana dengan kasus-kasus yang nggak viral?
Atau isu-isu yang nggak banyak dibahas di media sosial?
Ini yang perlu kita pikirin: apakah kita donasi karena beneran ada kebutuhan, atau karena kita ngelihat orang lain juga donasi?
Apakah kita masih peduli ketika isu itu udah nggak lagi jadi sorotan?
Tapi di sisi lain, donasi online juga bisa jadi langkah awal buat keterlibatan yang lebih dalam.
Banyak orang yang setelah donasi online, jadi tertarik buat tahu lebih banyak tentang isu yang mereka dukung, dan bahkan ambil langkah nyata buat bantu lebih dari sekadar uang.
Refleksi: Donasi dengan Hati atau Hanya Ikut-ikutan?
Pada akhirnya, donasi online itu hal yang baik, kok—ini peluang besar buat kita lebih peduli dan solid dengan sesama.
Tapi penting buat kita refleksi: donasi yang kita lakuin itu karena kita beneran peduli, atau cuma karena ikut-ikutan tren?
Yuk, jadikan donasi online sebagai bagian dari kepedulian yang lebih besar.
Jangan berhenti di “klik” aja, tapi teruskan dengan paham isu yang ada, ikut ngobrolin, dan kalau bisa, terjun langsung bantu orang yang butuh.
Karena yang paling penting bukan seberapa besar donasi kita, tapi seberapa besar dampak yang bisa kita buat.
Dan dampak itu nggak akan datang dari tren sesaat, tapi dari kepedulian yang tulus dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H