Mohon tunggu...
Muchamad Iqbal Arief
Muchamad Iqbal Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Independent Content Writer

Halo, saya Iqbal Arief. Sebagai penulis aktif di Kompasiana, saya senang berbagi wawasan dan informasi menarik dengan para pembaca. Minat saya cukup luas, meliputi berbagai topik penting seperti marketing, finansial, prinsip hidup, dan bisnis. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat memberikan perspektif baru dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Anda. Mari bergabung dalam perjalanan intelektual saya di Kompasiana, di mana kita bisa bersama-sama menemukan inspirasi dan wawasan baru dalam berbagai aspek kehidupan dan karier. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahaya Nomophobia, Mengapa 'No Signal' Lebih Menakutkan dari Kehilangan Pekerjaan

9 Agustus 2024   11:30 Diperbarui: 9 Agustus 2024   12:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto tidak ada sinyal oleh wirestock

Bayangkan situasi ini: Kamu sedang dalam perjalanan ke kantor, menyiapkan diri untuk menghadapi hari yang sibuk. Tiba-tiba, ponselmu kehilangan sinyal. Tidak ada jaringan, tidak ada internet, dan tidak ada cara untuk mengakses dunia digital. Seketika, jantungmu berdetak lebih cepat, tangan mulai berkeringat, dan pikiranmu dipenuhi rasa panik. Sekarang, bayangkan skenario lain: Kamu baru saja diberi tahu bahwa kamu kehilangan pekerjaan. Perasaan sedih, cemas, dan sedikit hampa mulai menghantui. Namun, di antara kedua situasi ini, mana yang menurutmu lebih menakutkan? Kehilangan pekerjaan atau kehilangan sinyal?

Mungkin terdengar aneh, tapi bagi banyak orang, terutama mereka yang berusia antara 25 hingga 44 tahun, kehilangan sinyal bisa terasa lebih menakutkan daripada kehilangan pekerjaan. Fenomena ini dikenal sebagai nomophobia (no mobile phone phobia), sebuah istilah yang semakin relevan di zaman di mana kita begitu bergantung pada teknologi.

 

Ketergantungan Ekstrem pada Konektivitas

Nomophobia bukanlah sekadar istilah yang dibuat-buat. Ini adalah kondisi nyata yang dialami oleh semakin banyak orang. Pernahkah kamu merasa cemas saat ponselmu kehabisan baterai dan kamu tidak bisa mengisi ulang? Atau mungkin merasa panik saat sinyal tiba-tiba menghilang saat kamu sedang di tengah percakapan penting? Kalau iya, kamu tidak sendiri. Menurut sebuah survei, lebih dari separuh orang dewasa merasa cemas saat tidak bisa mengakses ponsel mereka.

Di Indonesia, ponsel bukan cuma alat komunikasi. Ia sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Dari urusan pekerjaan, berkomunikasi dengan keluarga, hingga mencari hiburan—semua tergantung pada ponsel. Makanya, tidak mengherankan kalau kehilangan sinyal bisa membuatmu merasa seperti kehilangan kendali.

Kehilangan pekerjaan memang momok bagi banyak orang. Itu berarti harus menghadapi kenyataan kehilangan penghasilan, status sosial, dan stabilitas. Tapi, kenapa no signal bisa terasa lebih menakutkan? Jawabannya mungkin terletak pada psikologi kita sebagai manusia modern. Kehilangan pekerjaan memang menakutkan, tapi itu adalah masalah jangka panjang yang bisa diatasi dengan rencana dan usaha. Sebaliknya, kehilangan sinyal atau konektivitas membuat kita merasa terputus dari dunia secara langsung. Ini adalah ketakutan yang datang tiba-tiba, dan sering kali, lebih intens.

 Kenapa Kita Harus Khawatir?

Bahaya utama dari nomophobia bukan cuma kecemasan sementara saat ponsel kehilangan sinyal. Ini adalah tanda bahwa kita mungkin sudah terlalu bergantung pada teknologi. Kalau ketakutan kehilangan sinyal lebih mendominasi dibanding ketakutan kehilangan pekerjaan, saatnya kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita sudah terlalu bergantung pada ponsel?

Ketergantungan ini bisa mengikis kemampuanmu untuk hidup mandiri, untuk berpikir jernih tanpa harus selalu bergantung pada gadget. Kamu jadi lebih rentan terhadap stres dan kecemasan hanya karena hal-hal kecil seperti sinyal yang hilang atau baterai yang habis. Lebih dari itu, nomophobia juga bisa merusak hubungan pribadi, menurunkan produktivitas, dan memengaruhi 

 Menemukan Kembali Keseimbangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun