Mohon tunggu...
Muchamad Iqbal Arief
Muchamad Iqbal Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Independent Content Writer

Halo, saya Iqbal Arief. Sebagai penulis aktif di Kompasiana, saya senang berbagi wawasan dan informasi menarik dengan para pembaca. Minat saya cukup luas, meliputi berbagai topik penting seperti marketing, finansial, prinsip hidup, dan bisnis. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat memberikan perspektif baru dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Anda. Mari bergabung dalam perjalanan intelektual saya di Kompasiana, di mana kita bisa bersama-sama menemukan inspirasi dan wawasan baru dalam berbagai aspek kehidupan dan karier. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Sponsorship dan Uang: Kenapa Talenta Muda Sulit Bersinar di Dunia Bulu Tangkis Kini

4 Agustus 2024   22:17 Diperbarui: 4 Agustus 2024   22:23 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bermain bulu tangkis oleh Odua

Disclaimer on!

Artikel ini merupakan pemikiran kritis dari penulis dan ditujukan untuk diambil hikmahnya. Artikel ini didasarkan pada opini personal penulis dan tidak mewakili pandangan atau kebijakan dari lembaga manapun. Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk memberikan masukan yang konstruktif demi pengembangan bulu tangkis Indonesia yang lebih baik di masa depan. Pembaca diharapkan untuk memaknai artikel ini sebagai bagian dari diskusi yang sehat dan upaya untuk kemajuan bersama.

Dulu, bulu tangkis adalah kebanggaan kita. Setiap kali ada turnamen besar, kita semua berkumpul di depan TV, menanti dengan deg-degan saat para atlet kita bertarung di lapangan. Tapi sekarang, entah kenapa rasanya tidak lagi sama. Prestasi kita menurun, talenta muda yang dulu digadang-gadang jadi bintang masa depan, malah sering tenggelam sebelum bersinar. Apa yang sebenarnya terjadi?

Bulu Tangkis: Antara Cita-Cita dan Realitas

Bulu tangkis bagi banyak orang Indonesia bukan hanya sekadar olahraga, tapi juga impian masa kecil. Siapa yang tidak ingin menjadi seperti Liem Swie King atau Taufik Hidayat? Namun, di balik gemerlapnya dunia bulu tangkis, ada realitas yang tak bisa dihindari: uang dan sponsorship memainkan peran yang semakin besar dalam karir atlet muda kita.

Sponsorship memang penting. Sponsorship adalah sumber dana yang membuat para atlet bisa berlatih dengan nyaman, tanpa harus khawatir soal biaya. Tapi, uang dan ekspektasi yang dibawa oleh sponsorship bisa menjadi beban yang tak kalah beratnya.

Popularitas vs Prestasi: Mana yang Lebih Penting?

Saat ini, atlet muda tidak hanya dituntut untuk bermain baik, tapi juga harus pandai mempromosikan diri. Media sosial menjadi panggung baru yang harus mereka kuasai. Tidak jarang, kita melihat atlet muda lebih fokus pada seberapa banyak like dan followers yang mereka punya, dibandingkan seberapa banyak kemenangan yang mereka raih di lapangan.

Pertanyaannya, apakah hal ini membuat mereka kehilangan fokus pada tujuan utama mereka---meraih prestasi? Bukannya mengasah kemampuan, mereka justru sibuk dengan sesi foto, video endorsement, dan menjaga citra diri. Di satu sisi, ini memang bagian dari dunia modern, tapi di sisi lain, bisa jadi ini yang membuat prestasi mereka menurun.

Uang Menentukan Langkah: Apakah Ini Solusi atau Masalah?

Fakta bahwa uang sering kali menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan karir seorang atlet muda bukanlah rahasia lagi. Beberapa di antara mereka mungkin terpaksa memilih jalan yang lebih menguntungkan secara finansial, meskipun itu berarti meninggalkan peluang untuk berkembang lebih baik sebagai atlet.

Misalnya, memilih klub atau akademi yang menawarkan bayaran lebih tinggi meski mungkin kualitas pelatihannya tidak sebaik tempat lain. Atau, menerima terlalu banyak tawaran endorsement, yang pada akhirnya malah membuat mereka kehilangan fokus dan terbebani dengan ekspektasi sponsor.

Fokus yang Hilang di Tengah Kejaran Uang

Dengan semua tekanan ini, tak heran jika banyak atlet muda yang akhirnya gagal memenuhi ekspektasi. Bukan karena mereka kurang berbakat, tapi karena mereka kehilangan fokus pada hal yang paling penting: menjadi juara. Bulu tangkis kita, yang dulu berlandaskan semangat dan dedikasi, sekarang seolah-olah lebih tentang siapa yang bisa menarik lebih banyak sponsor dan tampil lebih populer di media sosial.

Bagaimana Kita Bisa Kembali?

Jika kita ingin bulu tangkis Indonesia kembali berjaya, kita harus mulai dari mengembalikan fokus pada prestasi, bukan sekadar uang dan popularitas. Kita harus memastikan bahwa para atlet muda kita diberi ruang untuk berkembang tanpa harus selalu memikirkan bagaimana caranya memenuhi ekspektasi sponsor.

Ini bukan berarti kita menolak uang atau sponsorship---mereka tetap penting. Tapi, kita harus memastikan bahwa uang itu digunakan dengan bijak, untuk benar-benar mendukung pengembangan kemampuan para atlet, bukan malah membuat mereka terbebani.

Indonesia pernah menjadi raksasa di dunia bulu tangkis, dan kita pasti bisa kembali ke puncak itu. Tapi untuk itu, kita harus mendukung para talenta muda kita dengan cara yang benar---membiarkan mereka berkembang dengan fokus pada prestasi, tanpa harus selalu dihantui oleh bayang-bayang uang dan ekspektasi sponsor.

Mungkin sekarang saatnya kita semua, sebagai pecinta bulu tangkis, untuk kembali mengapresiasi kerja keras dan prestasi mereka di lapangan, bukan hanya seberapa populer mereka di luar lapangan. Karena pada akhirnya, yang kita semua inginkan adalah melihat bendera Merah Putih kembali berkibar di puncak podium, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun