Indonesia rumah KITA.Hal inilah yang menjadi semboyan yang cukup relevan saat ini di tengah berbagai dinamika yang terjadi pada bangsa ini.Bagaimana tidak? rasa persaudaraan yang sudah dari dulu menjadi embrio bangsa rasanya kian memudar seiring waktu,tak henti-hentinya riuh dan riwuh terjadi -- baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya(media sosial).
Kita ingat saat Pemilihan Presiden kemarin yang mana saling hujat,saling fitnah,saling mencela -- tak peduli apakah teman atau bukan,tak peduli tetangga atau bukan,kalau ada perbedaan disitu maka dengan mudah sekali menghujat dan mencela. Belum lagi soal isu yang banyak berhamburan saat masa kampanye delapan bulan dan pasca pencoblosan 17 April kemarin.
Kita lihat saat itu di media sosial, mulut bukan lagi sebagai silet yang tajam seperti banyak perumpamaan yang ada --tetapi jari kita yang bisa jadi merupakan silet yang sangat tajam itu.
Pilpres sudah usai, kedua kontestan yakni Jokowi dan Prabowo sudah bertemu di MRT beberapa waktu silam. Keduanya sepakat "move on" dari Pilpres. Mereka pun tampak bersuka cita dan mengobrol santai saat bertemu.
Kita sebelumnya sibuk di antara kubu 01 dan kubu 02, kemudian sibuk dengan cacian berupa "cebong"Â dan "kampret". Seyogyanya,p ertemuan ini patut diapresiasi -- bukan malah dicaci. Teriakan "we love you" oleh masyarakat yang histeris ketika melihat langsung saat keduanya bertemu ternyata tidak demikian dengan sebagian kelompok yang lain.
Ada yang nampak masih emosional, seperti apa kata Prabowo saat berjumpa dengan presiden terpilih Jokowi. Namun apa kata Prabowo? Prabowo justru menyebut sudah saatnya menjadi MERAH PUTIH.
Kita lihat di saat Prabowo akan bertemu Jokowi beberapa hari yang lalu,ada yang menuntut agar Prabowo tidak bertemu dengan Jokowi. Bahkan ada juga yang menyebut pertemuan tersebut hanyalah pertemuan "biasa", seperti kata ketua GNPF. Bahkan, ada yang tak rela keduanya bertemu dan mengklaimnya sebagai suara umat,seperti kata PA 212.
Terlepas dari pro atau kontra, seyogyanya kita apresiasi keinginan Jokowi yang memang sejak lama ingin bertemu dengan Prabowo dan jiwa besar seorang Prabowo atas hasil pemilu. Pertemuan dua tokoh bangsa ini sepantasnya patut didukung, bukan dicaci apalagi dituding sana-sini.
SIAPA TAK SENANG ?
Siapa yang tak senang? saya disini bukan dalam posisi mengira-ngira. Tetapi karena kita merupakan negara demokrasi, saya sangat yakin bahwa pasti ada pro dan kontra dari momen pertemuan Jokowi-Prabowo. Saya yakin pasti ada yang "semringah"Â alias senang serta ada yang tidak senang bahkan skeptis dengan pertemuan keduanya.