Mohon tunggu...
Muchamad Aditiya
Muchamad Aditiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

dibuat hanya untuk tugas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nepal Van Java, Pesona Alam di Kaki Gunung Sumbing

19 April 2021   03:00 Diperbarui: 19 April 2021   07:49 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Magelang, kebanyakan orang pasti mengenal Magelang karena keindahan Candi Borobudur yang dinobatkan sebagai salah satu keajaiaban dunia oleh Unessco.Walaupun tidak se terkenal Jogja ataupun bali, Sebenarnya banyak destinasi wisata yang wajib dikunjungi oleh wisatawan ketika singgah di kota dengan julukan Kota Sejuta Bunga ini.

Minggu kedua awal bulan tahun 2021 ini, saya dan seorang teman mencoba mengobati rasa penasaran dengan sesuatu yang akhir-akhir ini sedang viral di sosial media. “Nepal Van Java” sebuah desa yang terletak di lereng gunung sumbing serta dinobatkan sebagai desa tertinggi di Magelang. tepatnya Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Sekitar 22 Kilometer dari jantung Kota Magelang.

Dengan mengendarai sepeda motor matik berboncengan dengan seorang kawan karena saya tidak punya pasangan, mencoba menaklukan tanjakan-tanjakan yang kemiringannya cukup ekstrim serta aspal jalan yang sudah rusak.  Di perjalanan mata kami dimanjakan oleh hijaunya hamparan sawah yang ditanami sayur-sayuran oleh warga lokal. Udara sejuk semakin meromantisasi perjalanan kami siang itu.

Tukang parkir langsung menyambut kami sesampainya dilokasi bersamaan rintik gerimis yang mulai barhamburan turun dari langit saat itu. “Parkir situ aja mas” kata tukang parkir yang mengenakan topi dan berbalut masker. Harga parkir disana seperti tempat wisata pada umumnya yaitu untuk sepeda motor Rp 3.000 dan untuk mobil Rp 10.000. setelah memarkirkan kendaraan kami berjalan dan kemudian disambut oleh petugas yang  melakukan cek suhu sesuai protokol kesehatan “permisi cek suhu dulu ya mas” kata salah satu petugas dengan logat khas jawanya. sekaligus membayar administrasi atau tiket masuk sebesar Rp 8000, dengan Rp 8000 kami bisa mengelilingi desa yang dijuluki Nepal Van Java ini sepuasnya.

“sebenarnya desa ini bukan destinasi wisata, awalnya hanya sebuah desa yang lokasinya dibawah gunung dan model rumahnya miring, banyak orang yang tertarik karena mirip dengan nepal gitu mas” kata ismun petugas yang tadi juga sempat  memeriksa suhu kami, dia juga sempat menceritakan bahwa lokasi ini sempat ditutup karena pandemi covid-19 dan baru saja dibuka lagi kemarin bulan November,  Terdapat berbagai spot foto menarik disana, salah satunya adalah atap rumah warga yang menjadi spot foto wajib ketika berkunjung kesana. Dengan pemandangan rumah-rumah penduduk yang dibangun ditanah yang miring  di kaki gunung sumbing seperti di pegunungan Himalaya yang ada di Nepal, inilah mengapa dusun butuh ini mendapat julukan “Nepal Van Java”. Ada juga beberapa spot foto lainya seperti pemandangan hamparan sawah hijau yang memanjakan mata, dan juga patung naga yang bisa menjadi opsi foto selfie bagi wisatawan yang sedang berkunjung.

Saat itu memang tidak seramai hari libur atau akhir pecan karena bertepatan saat saya kesana pada hari kerja dan juga cuaca yang kurang bersahabat dengan gerimis dan mendung. Walaupun begitu masih ada beberapa wisatawan yang tetap berkunjung dan bisa dihitung dengan jari, “bagus mas, udaranya sejuk, pemandangannya juga indah” tanggapan dari rozak salah satu pengunjung yang berasal dari Yoyakarta saat ditanya terkait destinasi wisata ini.

Warga lokal di sana sangat ramah, sempat beberapa kali bertemu saat berjalan-jalan mereka selalu manyambut wisatawan dengan senyum dan ucapan “monggo mas” yang artinya silahkan mas. Seketika jam sudah menunjukan pukul 15.00 WIB, sebenarnya masih terbilang siang namun karena lokasi yang berada tepat di kaki gunung sumbing  yang menyebabkan kabut sudah mulai turun kami memutuskan untuk pulang. Bila ada kesempatan lagi saya sangat ingin sekali berkunjung kesana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun