Mohon tunggu...
Firzy Mubin
Firzy Mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - z

yuk bisa yuk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Budaya Ngopi di Kalangan Anak Muda

16 Januari 2021   11:00 Diperbarui: 16 Januari 2021   11:02 2239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi punya kemampuan untuk mencairkan suasana dan mendekatkan emosi para penikmatnya, yang membuat perbincangan mereka cair dan hangat. Mungkin, ini yang membuat banyak orang nyaman berbincang sambil minum kopi, meski mungkin topik perbincangan mereka agak serius.

Mulai dari menyelesaikan masalah, sembari minum kopi akan membuat kerawanan-kerawanan diskusi lebih mudah dihindari. Selain itu, kebuntuan berpikir, kesalahpahaman dengan lawan bicara, bahkan kekeliruan mengambil keputusan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadi.

Secara mental, ngopi membuat kita sangat rileks. Beda halnya jika kita berada di ruang rapat atau tempat lain yang bersifat formal. Di kedai kopi, kita adalah kita yang sesungguhnya, tanpa embel-embel pangkat atau jabatan. Semua melebur dan menjadi satu di kedai kopi.

Di samping itu, ingat sekali pertama kali ketika saya ditawari kopi ketika bertamu ke rumah salah satu teman sebaya, hal ini sangat jarang karena biasanya tuan rumah hanya menawarkan kopi kepada bapak, dan seumuran saya pasti akan dipaksa memilih antara teh manis atau sirup dingin. Maka ketika saya ditawari apakah ingin kopi hitam atau kopi susu, walaupun sebatas kopi sachet,  seketika saya berfikir sah sudah rasanya saya menjadi seorang anak muda bahkan bisa dibilang pria dewasa.

Namun di lain hal, banyak orang di luar sana yang menyebut bahwa anak muda yang sering nongkrong dijuluki sebagai "bocah tongkrongan", hal ini tak sedikit anak muda yang bangga atas labelling yang diterima dari masyarakat. Mereka seolah merasa bahwa dirinya mampu dan bisa bergaul serta menjadi sosok yang humble karena sangat gampang untuk diajak nongkrong.

Kebanyakan anak muda jaman sekarang cenderung ingin menunjukan jati dirinya sebagai remaja. Artinya mereka ingin diakui oleh sesama temannya bahwa mereka juga anak kekinian dan suka bepergian. Selain itu nongkrong di tempat kopi yang memiliki harga cukup mahal rela dijadikan tempat ngopi bersama teman karena disisi lain terlihat adanya gengsi dari dalam diri mereka sendiri.

Saya rasa hal ini kurang dapat diterima bila budaya nongkrong diartikan sebagai aksi unjuk diri bukan sebagai media untuk bertukar cerita, sharing dan memenuhi kebutuhan minum kopi itu sendiri. Waktu yang diberikan anak muda terhadap "tongkrongan" relatif sangat besar. Mereka senang berkumpul bersama teman dan sekedar menghabiskan waktu untuk minum kopi.

Mungkin ini yang menyebabkan kebannyakan anak muda sekarang yang kurang waktu bersama keluarga karena aktivitas nongkrongnya yang berlebihan. Hal tersebut kurang mencerminkan anak muda yang memiliki integritas tinggi. Artinya dalam hal ini bisa saja lahir anggapan bahwa anak muda yang gemar nongkrong dianggap sebagai pengacara atau pengganguran banyak acara.

Namun dibalik kenikmatan kopi yang sering mereka rasakan, ternyata menyimpan beberapa resiko penyakit bila di konsumsi secara berlebihan. Kafein yang terkandung di dalam kopi bisa sangat berbahaya jika di konsumsi secara terus-menerus. Kemungkinan besar, anak muda akan merasakan efek buruk kafein, seperti insomnia, sakit kepala, lekas marah, gugup, atau bahkan jantung berdebar-debar. Bahkan, kafein juga dapat mengganggu penyerapan kalsium pada remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun