Musim hujan di bulan desember dan januari curah hujan tinggi, entisitas hujan semakin bertambah . Bulan tersebut air melimpah, Kawasan di jawa timur hususnya semakin banyak area jalan di daerah tergenang air hujan dan luapan air sungai meluber jalan sekitar hingga menutup jalan, drainase air atau gorong gorong tidak bisa lagi menampung volume air hujan ditambah lagi sampah menumpuk sehingga tidak lagi berfungsi nya drainase dengan semestinya. Akibatnya jalan aspal banyak berlubang dimana mana dan ditambah banyak kendaraan melintas sehingga awalnya lubang kecil sampai membesar. Jika malam hari tiba pandangan sedikit kurang jelas, jalan berlobang tergenang air maka akibatnya fatal banyak kendaraan jatuh.Â
Jalan seharusnya nyaman tanpa ada gangguan dilewati dan jarak tempuh tujuan tidak molor tapi dengan adanya jalan aspal berlubang kerugian waktupun menyita. Jalan aspal berlubang kerap ditemukan dijalanan Nasional maupun pedesaan, parahnya lagi kadang masyarat sekitar memperbaiki atau menimbun dengan tanah sementara, mngkin satu hari atau dua hari tanah yang ditimbunpun akan tergerus arus hujan, lobang jalan aspal kembali menampakkan lobangnya.
Kemudian bagaimana kejadian ini lambat ditangani? Apakah menunggu anggaran atau masalah birokrasi?. Ini yang membuat penulis mempertanyakan lambatnya terlalu lama penanganan menutup lobang jalan aspal. Kir-kira ada beberapa faktor terhambatnya penutupan jalan aspal berlobang.
 1. Birokrasi
Tatanan struktur dan tugas pemerintahan daerah sangat bagus ada bagian tugas melakukan tupoksi masing masing baik dari segi kontroling, pelaksana dan lainnya. Tidak diragukan lagi birokrasi kita sudah mapan mempunyai kemampuan berbirokrasi, lalu bagaimana bisa lambatnya tindakan mengenai jalan aspal berlobang? Apakah harus diganti dengan kecerdasan buatan agar cepat merespon begitu?, mungkin apakah pengaruh dari campur tangan politik?, inilah yang membuat penulis heran lambatnya penanganan jalan berlobang.Â
 2. Media Informasi
Sekarang media digital informasi semakin cepat, perubahan sosial semakin nampak nyata. Kendati demkian media informasi kadangkala tidak digunakan dengan maksimal malah yang ada tigunakan hanya sebagai ruh saja uapaya untuk melakukan pengoperasian tidak ada. Ini yang kadang sebagian kendala yaitu informasi jalan berlobang hususnya di pedesaan kadang pemerintah menutup sebagian mata. Informasi di media sosial banyak sekali laporan masyarakat menyampaikan keluhan dan kejadian dilingkungan tapi tidak ada respon positif, malah anehnya jika laporan tersebut viral dan menjadi headline berita maka akan direspon cepat. Inilah kendalanya tidak ada reaksi cepat dari pemerintah daerah, menunggu korban berjatuhan dijalan berlobang
 3. Mental
Potensi setiap individu di jajaran pemerintahan memiliki potensi baik kejiwaan, ada rasa kontribusi positif bagi lingkungan sekitar karena kehidupan normal manusia memiliki jiwa kemanusiaan merespon setiap kejadian. Mental menciptakan pandangan positif kesemua hubungan baik diri sendiri ataupun orang lain. Mental perlu dibangun dipemerintahan hususnya jajaran, karena kejadian jalan aspal berlobang setiap musim hujan akan terus berulang ulang setiap tahun, sudah menjadi kalender atensi untuk pemerintahan daerah. Lalu mengapa begitu berat dan susah merespon perbaikan jalan?, atau faktor politik?, bagi penulis sebagian sistem pemerintahan memakai kecersasan buatan manusia, jadi tidak faktor mental mempengaruhi dalam kecerdasan buatan.Â
4. Maintanance
Pemeliharaan selalu dilaksanakan dengan benar, dari maintanance yaitu merawat fisik jalan aspal, dimana jalan aspal yang berpotensi berlobang supaya dilaksanakan perawatan jalan sekala berkala. Adakalanya pemeliharaan sering dilakukan agar terawatnya jalan aspal sampai tidak berlobang.
Kadang kontruksi jalan aspal pedesaan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat, keawetan jalan aspal tidak sampai jangka panjang malah seumuran jagung bahkan musim penghujan banyak sekali kontruksi didesa ketangguhan jalan aspal pun lekas berlobang. Dampak buruk bernilai dari masyarakat baik dari birokrasi daerah hingga daerah setempat.Â
Jaminan hak untuk pengguna jalan seakan akan bukan lagi jaminan, pengguna jalan hanya jaminannya bayar pajak dan menikmati jalan berlobang. Didaerah hususnya desa, pelaksanaan swadaya masyarakat peran aktif untuk merawat dan memperbaiki jalan aspal berlobang bahkan ada yang meminta sumbangan dijalan. Ini semua bukan lagi pemerintah daerah yang berperan aktif melakukan perbaikan jalan malah masyarakatlah.
Di samping itu legislatif dan yudikatif seperti papan nama lalu lalang ingat di ingatan di pemerintahan, kurang tindakan lanjut untuk memberikan pengaruh dalam menangani perihal jalan aspal berlobang.Â
Masyarakat berharap tidak ada lagi jalan berlobang dan korban nyawa berjatuhan selanjutnya, tidak bisa diharapkan lagi jika terus berulang kepercayaan masyarakat kepada pemerintah hususnya daerah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H