Bidang lingkungan juga tak luput dari perhatian kami. Di bawah bimbingan Febby, kami mengadakan penyuluhan dan praktek pembuatan sabun dari minyak jelantah. Ibu-ibu PKK dengan antusias mengikuti kegiatan ini, berbagi cerita dan tawa bersama kami. Di bidang ekonomi, Irvan dan Nensi memimpin kunjungan ke UMKM di Wungu, di mana kami belajar tentang perjuangan memulai bisnis dengan modal seadanya. Di sisi lain, program “Tabung Ceria” yang digagas Nensi untuk santri TPA menjadi salah satu cara kami untuk menanamkan kebiasaan menabung sejak dini.
Namun, di setiap senyum dan tawa yang kami bagikan, terselip rasa sedih karena kami tahu waktu kami bersama warga Wungu terbatas. Ihsan, salah satu rekan kami, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada warga, namun tak bisa menahan perasaan bersalah karena program kami tak bisa menjangkau semua dusun di kelurahan ini. “Kami mohon maaf jika program kami belum merata di semua dusun karena keterbatasan waktu,” ujarnya dengan suara yang bergetar.
Wungu, Sebuah Kelurahan ditepi hutan jati itu telah mengajarkan kami banyak hal, lebih dari yang pernah kami bayangkan. Warga yang ramah dan penuh kasih sayang, suasana kelurahan yang damai, dan cerita-cerita yang sarat akan makna membuat kami sadar akan arti kehidupan yang sebenarnya. Ketika kami harus pergi, rasa rindu sudah mulai menggelayuti hati kami. Wungu bukan hanya tempat kami menunaikan tugas KKN-BBK, tetapi telah menjadi bagian dari diri kami. Kami akan selalu mengenang Wungu sebagai rumah yang penuh cinta, tempat di mana kami menemukan keluarga baru.
Wungu, kami akan selalu merindukanmu
Surabaya, 22 Agustus 2024
M.S. Mubarok.