Mohon tunggu...
Mubarok
Mubarok Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer, Mahasiswa Juga

LAHIR DAN BESAR DARI KELUARGA SEDERHANA, MENCOBA MENJADI MANUSIA YANG BERMANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Horizon Inspirasi dari Buku Hidup yang Lebih Berarti

18 Mei 2016   14:47 Diperbarui: 18 Mei 2016   14:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca buku Hidup Yang Lebih Berarti, Sosok Inspiratif Untuk Dayakan Indonesia seolah membaca horizon pemikiran, perjuangan dan keikhlasan berbagi yang disuguhkan oleh orang-orang hebat dalam buku ini. Membaca cerita orang-orang sukses yang membaktikan hidupnya untuk sesama mengajarkan makna sesungguhnya dari sebuah kehidupan.

Membaca buku hasil kolaborasi Bank BTPN dan Kompasiana ini membuka jendela hati dan memompa motivasi kita untuk mengikuti cerita para sosok inspiratif di dalamnya. Membaca buku setebal 190 halaman ini tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya. Cerita sosok inspiratif yang disajikan dalam buku ini membuat kita enggan untuk menghentikan aktifitas membaca. Seolah sekali duduk pengin seger membaca keseluruhan isi buku.

Sebanyak 20 sosok inspiratif dalam buku ini hadir dari berbagai latar belakang dan jenis aktifitas inspiratif yang dilakukannya. Ada yang berlatar belakang pengusaha, pensiunan PNS, tidak lulus SD, ibu rumah tangga, sarjana. Cerita inspiratif yang mereka torehkan juga bervariasi mulai dari cerita tentang kuliner, sampah, batik, kader kesehatan, pertanian, kerajinan tangan, pupuk organik dan pemberdayaan komunitas terpinggirkan.

Buku ini dibuka dengan sosok inspiratif yang berhasil membawa getukdari makanan rumahan yang dipandang sebelah mata menjadi oleh-oleh khas dari Magelang. Hanggono (73) sosok inspiratif yang membawa getuk naik kelas adalah pemilik usaha Getuk Marem. Jika anda melintas jalan Magelang-Yogyakarta akan mendapati deretan took yang menjual makanan khas berbahan ketela ini. Getuk dikemas dalam berbagai bentuk sehingga menarik, sementara cita rasa tradisional tetap dipertahankan. Inovasi kemasan dan pemasaran menjadikan getuk menempati posisi tersendiri dikalangan pecinta kuliner. Cerita Hanggono adalah buah keuletan dan kerja keras yang membutuhkan kesabaran, bukan cerita membalik telapak tangan dengan mudahnya. Jatuh bangun usaha dan perjuangannya menginspirasi kita untuk tidak menyerah meskipun kesulitan menghadang. Cerita lengkap tentang sosok Hanggono bisa dibaca mulai halaman 2-13.

Setelah membaca cerita Hanggono, kita disuguhkan sosok Milda Fitriawati, ibu rumah tangga asal Probolinggo yang menjadi kader kesehatan. Ibu Milda bukanlah tenaga medis melainkan ibu rumah tangga yang mendapat pelatihan dari BTPN bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI). Berbekal ilmu yang dia peroleh Milda berkeliling kampung untuk berbagi ilmu dan mengajak masyarakat hidup lebih sehat. Masyarakat merasakan langsung kehadiranya sehingga kesehatan keluarga menjadi lebih baik.

Cerita hanggono dan Milda dilanjutkan dengan sosok Suwono yang mengubah kotoran manusia menjadi pupuk organic (hal 25-36). Anik Sriwatiah yang memberdayakan mantan pekerja lokalisasi Dupak Bangunsari (hal 37) dan Dian Novalia yang membangkitkan kembali kejayaan batik Cirebon (hal 42). Gurihnya Iwak Nyuzz masakan Ibu Siti Rochanah kebanggaan Semarang tersaji di hal 67.

Selanjutnya Tulisan kompasianer Singgih Swasono tentang bank sampah yang tersaji mulai halaman 75-80. Singgih Swasono menceritakan sosok yang mengubah barang tak berguna menjadi berkah bagi sekitarnya. Contohnya Slamet Ahmad Muhkyidin menjadikan sampah sebagai berkah bagi lingkungan sekitarnya. Pak Ayo (65) demikian beliau biasa dipanggil mendirikan Bank Sampah Bintang Sembilan (BSB) semenjak tahun 2012. Saat ini ia membawahi 95 komunitas sampah di berbagai wilayah di Purwokerto, Jawa Tengah. Pak Ayo memiliki slogan: pilihlah sampah sejak di rumahmu, jadikan sampah menjadi berkah, jangan tunggu jadi musibah.Dampak nyata kehadiran bank sampah ini tidak hanya dirasakan secara ekonomi tetapi juga kesehatan. Lingkungan yang tadinya penuh sampah menjadi bersih sehingga masyarakat lebih sehat.

Penulis sendiri berterimakasih karena diberi kesempatan oleh BTPN dan Kompasiana untuk mewawancarai dan menuliskan salah satu sosok dalam buku ini. Beliau adalah Pak Bodro Irawan atau biasa dipanggil Wawan. Pengusaha fotocopi di Pekalongan ini membuka kursus computer gratis. Siapa saja boleh datang dan belajar komputer di Wawan Komputer. Keinginanya untuk berbagi ilmu dan kesuksesan dengan orang lain tidak bisa dibendung. Dengan modal sendiri Wawan, menyediakan tempat, computer dan membayar gaji instruktur agar bisa membuka kursus gratis. Pesertanya berasal dari berbagai kalangan mulai dari guru, pegawai negeri, siswa dan masyarakat sekitar. Mereka tidak dipungut biaya sepeserpun bahkan bisa meminta materi program computer tertentu yang ingin mereka pelajari selain paket yang disediakan Wawan Komputer (hal 55).

Buku ini ditutup dengan sosok inspiratif Deni Mulyadi dari Bojong Rangkas Bogor. Deni berhasil membangkitkan kembali desa Bojong Rangkas sebagai sentra industri tas. Beragam usaha dan inovasi yang dijalankannya berhasil membangkitkan kembali desanya yang semula sepi orderan tas. Bojong Rangkas kini telah kembali menjadi menjadi desa sentra industry tas. Geliat usaha ini membangkitkan kembali harapan masyarakatnya.

Sebelum membaca sosok Deni Mulyadi kita akan disuguhi sosok inspiratif lainnya yang berhasil mendayakan masyarakat di berbagai bidang. Ada sosok Supriyanto dengan batik kayu (hal 81), Wiwik dan Indra dengan komunitas Srikandi. Bu Wiwik sukses dengan komunitasnya mengembangkan usaha konveksi dan Bu Indra bersama komunitas Anyar dengan usaha bordiran. Sosok Munadji dan Dominggus Nunes juga tidak kalah inspiratif. Munadji adalah ketua Kelompok Tani Nelayanan Salatiga yang berhasil menularkan kegigihan usaha di bidang perikanan dan pertanian. Sedangkan Dominggus Nunes, meskipun tidak lulus SD berhasil mengkordinasi 3.505 petani dengan omzet Rp 31,5 M.

Sosok-sosok inspiratif yang lain bisa dibaca dalam buku bersampul oranye ini. Satu hal yang bisa ditarik dari benang merah inspirasi mereka adalah jangan ragu untuk berbagi kesuksesan dengan orang lain, mendayakan orang lain, dan menjadi pribadi bermanfaat bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun