Mohon tunggu...
Mubariq Alfaridzi
Mubariq Alfaridzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Balimau sebagai Akulturasi Budaya dan Islam di Minangkabau

15 April 2024   12:00 Diperbarui: 15 April 2024   13:00 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : Masjid Raya Sumatera Barat, Unsplash.com)

Salah satu akulturasi antara budaya dan agama di Minangkabau yaitu Balimau. Balimau memiliki makna penyucian diri dalam menyambut bulan Ramadhan sebagai kebiasaan masyarakat Minangkabau yang sejak dahulu dengan budaya nya yang kuat. Mereka melakukan ini termotivasi menyambut bulan suci dengan membersihkan tubuh (mandi) sesuai ajaran Islam. Dilakukan dengan cara menyirami tubuh serta menggosoknya hingga bersih dengan air yang telah dicampur air jeruk nipis, rempah dan ramuan lainnya. Tradisi ini bertujuan membersihkan diri saat menyambut bulan ramadhan dan memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena masih diberikan kesehatan serta kesempatan di bulan suci ini. Datangnya bulan Ramadhan disebut oleh Rasulullah SAW dengan ucapan "al-muthahhiru syahru ramadhan yuthahiruna min dzunubi wa ma'ashty" berarti "pembersih itu adalah Ramadhan, dia membersihkan kita dari dosa dan maksiat".

Marhaban berarti tempat perbaikan buat mendapatkan keselamatan dalam perjalanan. Kata tersebut sering digunakan untuk menghormati serta menyambut tamu yang mulia seperti di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, lumrah bila melakukan pembersihan badan (Balimau). budaya yang mendeskripsikan kegiatan adat Minangkabau yaitu "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah". Hal ini menunjukkan penyatuan antara adat dan agama dalam bentuk budaya lokal. Balimau memiliki sejarah positif serta negatif dalam masyarakat Minangkabau. Awalnya acara jelang menjelang (kunjung mengunjungi) ini biasa dimulai mengunjungi orang tua, mertua, kemenakan, karib kerabat, serta adik dan kakak saling berkunjung. 

Selain itu, seperti kunjungan dari murid kepada gurunya, terpenting kepada guru tuanya (guru besar/imam). Berbekal buah tangan (hantaran) agar mempererat dalam hubungan persaudaraan. Bagian ini dikenal dengan pepatahnya "kok jalan babuah batih kok malenggang babuah tangan" (membawa oleh-oleh agar mempererat hubungan persaudaraan). Selanjutnya, terjadi komunikasi antar satu sama lainnya yang bisa menyelesaikan permasalahan dan memberikan ketentraman. Malam harinya diisi dengan kegiatan pergi ke surau melaksanakan shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan menyimak ceramah Ramadhan. Dengan adanya acara ini maka orang-orang bahagia saat datangnya bulan Ramadhan setiap tahun.

Namun, tradisi balimau sendiri tercoreng saat ini sudah bercampur dengan hal berbau maksiat sehingga timbulnya dampak negatif. Acara balimau tak seperti dulu yang mempererat persaudaraan serta pembersihan jiwa, tapi berubah sebagai acara f0ya-foya dan perbuatan yang melanggar aturan agama. Terlihat remaja yang berpasang-pasangan mandi bersama di pemandian seperti lubuak, sungai, lambah, dan pantai dikunjungi orang-orang yang ingin balimau tak peduli dengan norma adat dan agama. Seperti orang Minangkabau tidak lagi peduli dengan kultur budaya nya dan terpengaruh oleh budaya Barat.

Pelestarian budaya ini awalnya sejalan dengan ajaran Islam untuk bersemangat menyambut bulan Ramadhan, mempererat hubungan persaudaraan, dan membersihkan diri. Bertabligh menggunakan budaya sangat mudah diterima serta diamalkan oleh masyarakat terutama di Minangkabau. Akibat pengaruh budaya lain, sehingga budaya aslinya hilang serta kian berlawanan dengan norma adat dan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun