Islam di Minangkabau bersamaan dengan masuknya Islam di Minangkabau. Dalam aktivitas pendidikan Islam tadi merupakan pengalaman yang krusial bagi kelangsungan perkembangan Islam dan umatnya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Lahirnya gerakan pembaharuanDari sebagian ahli sejarah, masuknya Islam ke Minangkabau diperkirakan pada awal abad ke-7 Masehi. Pada tahun 674 Masehi, sudah terdapat masyarakat Arab Muslim di pesisir timur pulau Sumatera. Melalui berdagang, mereka membawa masuk agama Islam ke Minangkabau melalui aliran sungai-sungai tersebut. Agama Islam pun berkembang pesat pada abad ke-13 Masehi, saat kerajaan Islam Samudera Pasai  timbul sebagai kekuatan dalam wilayah perdagangan Selat Malaka.
Ulama yang terkenal hingga kini sebagai penyebar agama Islam di Minangkabau adalah Syekh Burhanuddin (1646-1704 M) yang berasal dari Sintuk, Pariaman. Beliau mengajarkan agama Islam serta membuka madrasah (surau) tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam. Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, Syekh ini yang pertama kali membangun madrasah untuk menyiarkan pendidikan dan pengajaran Islam di Minangkabau menggunakan sistem yang lebih teratur sesuai dengan sistem pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh gurunya, Syekh Abdul Rauf dari Aceh.
Lahirnya Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau
Berawal sesudah Perang Paderi tahun 1837 ditandai jatuhnya Bonjol ke tangan Belanda. Kaum Paderi gagal memenangkan perang dengan Belanda, tapi sukses memperbaharui masyarakat Minangkabau dengan pengaruh yang signifikan. Mereka berhasil memberi pengaruh kuat agama Islam dengan perumusan "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah" semboyan ini sebagai keberhasilan gerakan menyatukan antara agama dengan sistem budaya. Perumusan sistem ini mendahulukan perbedaan antara adat asli yang lama dengan adat Islamiyah, yaitu adat yang sesuai dengan ajaran Islam.
Awal abad ke-20 sebagai salah satu fase dinamis dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, karena terdapat dua gejala kemoderenan yang ada saat itu. Di satu sisi pendidikan Barat sudah memperkenalkan konsep rasional yang digunakan dalam mengenal perilaku budaya masyarakat. Dalam kehidupan beragama masih terdapat perilaku bid'ah. Untuk itu, gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau saat itu di satu sisi mengambil sistem pendidikan Barat dalam institusi pendidikan, di sisi lain secara penting juga mengedepankan rasionalitas beragama.
Pembahasan kali ini mengenai gerakan pembaharuan Islam dari masa ke masa, yang terbagi dalam tiga bagian. Berikut penjelasan mengenai fase-fase gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau yaitu :
1. Fase Pertama (Abad ke-18) Tuanku Nan Tuo dari Koto Tuo
Pada abad ke-18 terdapat tiga ordo sufi yang berkembang di Minangkabau, yaitu Naqsyabandiah, Syathariyah, dan Qadariyah. Gerakan pembaharuan Islam ini dirintis oleh Tuanku Nan Tuo dari Koto Tuo yang dilakukan dengan cara persuasif dengan tujuannya mengubah perilaku jahiliyah di Minangkabau.
2. Fase Kedua (Abad ke-19) Tiga Haji Beraliran Wahabi
Pada abad ke-19 gerakan pembaharuan Islam dirintis oleh tiga Haji beraliran Wahabi seperti Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Pionang. Fase ini bersifat militerisme dengan adanya peperangan antara Kaum Adat dan Paderi yang bertujuan untuk memurnikan ajaran agama Islam.