Hai, sahabat kompasiana. Saya ucapkan terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk mau sedikit fokus membaca tulisan saya. Saya adalah penulis pemula yang mencoba untuk sedikit berbagi tentang apa yang saya rasakan. Saya pikirkan. Dan kemudian saya renungkan.
Akhir-akhir ini kita banyak sekali temui konten, pendapat, komentar yang saling menyindir dan mengucilkan suatu golongan. Tidak perlu saya ungkapkan jika saya ungkapkan maka saya tidak ada beda dengan menyindir juga. Tapi yang perlu kita ketahui bahwa dizaman sekarang yang serba canggih ini seharusnya menuntun kita kepada pribadi yang lebih bijak dalam berargumen ataupun berpendapat. Negara kita juga tidak melarang kita berpendpat, karena kita memiliki kebebasan untuk berpendapat. Namun, coba kita pikir sebagai manusia yang memiliki pola pikir dan pengetahuan kita seharusnya dapat memilah mana yang baik dan buruk dalam berucap baik itu di media sosial maupun di dunia nyata. Untuk apa kita mengikuti ego, napsu ataupu keinginan yang hanya bersifat sementara, toh itu semua tidak menyelesaikan permasalahan namun memperkeruh keadaan dan bisa bisa menjadi masalah baru. Itu namanya memberikan kritik tanpa solusi.
Untuk lebih bijak dalam berpendapat dan berkomentar di media sosial ini. Kita perlu ketahui untuk apa media social diadakan ataupun diciptakan. Media sosial diadakan adalah untuk saling berbagi informasi bukan untuk saling menghina ataupun menghujat orang lain. Â
Defenisi Media Sosial (Medsos) adalah tempat dimana seseorang mengepresikan gagasan, kitikan, pendapat, ataupun solusi atas suatu permasalahan yang disalurkan lewat tulisan. Media sosial menurut Wikipedia adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.
Sedangkan media sosial menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Kalau kita kaji bersama dan lebih teliti maka kita dapat kesimpulan bahwa media sosial menurut pakar diatas memiliki sifat membangun.Dan hal ini berbeda sekali dengan seseorang yang menggunakan media sosial sebagai tempat untuk menghujat, menghina, mengkucilkan seseorang ataupun  kelompok hanya karena tidak suka, sengaja, ataupun ingin mencari nama. Tujuannya bertolak belakang.
Disini saya akan sedikit berbagi tentang tiga langkah penting yang harus kita uapayakan atau kita miliki dalam menjalankan ataupun memposting konten di media sosial.
Pertama, Individu yang cerdas dan bijak. Individu dalam berkontribusi di berbagai media sosial haruslah cerdas dan bijak. Cerdas tidak harus pintar. Cerdas dalam artian individu yang bisa memberikan pendapat positif. Bijak dalam menerima dan menanggapi tanggapan konten dibeberapa media sosial yang bersifat menghujat.Â
Janganlah kita balas dengan hujatan. Sebagai seorang yang cerdas kita harus memberikan tanggapan yang asertif yaitu mengutarakan sesuatu tanpa membuat orang lain tersinggung. Bijak menentukan mana postingan yang baik untuk dibaca dan mana yang tidak memiliki manfaat. Untuk apa kita membaca postingan yang hanya akan membuat emosi. Lebih baik kita menanggapi dengan diam.Â
Apa salahnya diam bukan berarti kita kalah. Dan bukan juga kalau kita tanggapin mau menang atas pendapat. Kalaupun ditanggapin apa akan mengatasi masalah gimana kalau makin memperkeruh. Kalau anda bisa dan yakin mampu memberikan tanggapan yang baik dan tidak membalas menyindir maka tanggapilah. Kalau tidak bisa maka cukup diamlah.
Kedua, Kelompok yang menyampaikan kebaikan. Semakin banyak media sosial mengaharuskan kita memilih kelompok media sosial yang bermanfaat untuk dibaca. Gabunglah dalam forum-forum diskusi yang membuat kita untuk lebih bijak dalam berpendapat, berkomentar ataupun mengkritik. Kelompok atau forum itu baik untuk setiap individu untuk memberikan wawasan yang positif. Bukan hanya dalam kelompok atau forum di media sosial yang mengajarkan nilai positif tapi setiap ajaran yang kita anut, saya pikir mengajarkan tentang bagaimana kita harus saling menghargai pendapat orang lain.
Ketiga, media sosial yang memiliki polisi online. Setiap media social pasti memiliki ketentuan dan syarat saat seseorang ikut atau bergabung didalamnya. Seperti facebook, twitter, dan blog. Tapi jarang yang menggunakan polisi online. Polisi online gunanya adalah untuk menyaring dan menghapus konten yang tidak bermanfaat atau tidak layak dibaca. Jangan hanya karena tidak mengadung unsur SARA tapi juga karena postingan yang ditampilkan atau dipublis juga tidak punya nilai positif untuk dibaca.
Maaf jika bahasa saya agak sedikit membingunkan karena saya baru mulai mencoba dan belajar menulis. Saya ucapkan terima kasih telah membaca tulisan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H