Mohon tunggu...
Muba Gede
Muba Gede Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nama pena dari seorang mahasiswa tingkat akhir. Sedang belajar hidup. Penyuka olahraga dan makanan. Sedang mencari cari gaya penulisan yang sesuai dengan kepribadian saya. Mohon bimbingannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kelokan Rasa Menjalani Takdir

10 Oktober 2014   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:34 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sedih aku terjaga, dan dalam mati aku hidup

Andaikan ada seribu anak panah yang diarahkan kepadaku dan takdir tak berharap

Maka aku akan tetap tegak berdiri di antara panji kejayaan

dan Andaikan sebuah jarum diarahkan padaku dan takdir berharap

Maka jatuhlah aku di lembah mandalawangi yang dingin dan sepi

Dan jika memang engkau yang menjadi sebuah jalan untukku

Maka sebuah lubang kecil akan mempertemukan aku dan engkau di jalanan depan

Namun jika engkau bukan yang dituliskan di lauful mahfudz yang agung

Maka seribu jalan akan membuat aku tersesat dan hilang dalam asa

Aku lemah diantara yang lemah... aku diam diantara kegaduhan....

Setiap air hujan di puncak-puncak gunung telah ditetapkan

Dimana ia berlabuh, di lautan kah?, di sungai kah?, atau hanya di comberan kah?

Tengadah doaku tak kan merubah apapun selain DIA yang berkendak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun