Dia dapat membeli apapun yang dia inginkan karena dia mempunyai uang yang banyak. Dia membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan, tetapi dia membeli barang-barang tersebut karena keinginan. Pikiran dan kesadaran dia "termanipulasi" oleh tawaran-tawaran barang yang dijual di tempat perbelanjaan itu.
Hal ini terjadi persis seperti apa yang kita alami pada masa ini. Semua media sosial memberikan kita sangat banyak informasi yang bagus. Tetapi kebanyakan dari kita tidak mengetahui, apakah ini yang kita butuhkan? Bahkan persekian miliseken kita pun dapat menentukan apakah kita suka informasi ini atau tidak hanya dengan menggerakkan jempol kita pada layar handphone kita.Â
Barang-barang yang ditawarkan di tempat perbelanjaan itu adalah seperti informasi pada media sosial dan penjualnya yang memberi saran barang apa yang cocok untuk kita beli adalah algoritma pada media sosial.Â
Algoritma memanipulasi tindakkan kita. Seperti penjual yang memanipulasi kita untuk membeli barang mereka. Jika kita tidak sadar maka kita akan membeli sesuai "keinginan" kita dan bukan "kebutuhan" kita.Â
Begitu juga algoritma, algoritma memanipulasi kita untuk mengkonsumsi apa yang mereka tawarkan. Jika kita tidak sadar, maka kita akan mengkonsumsi media sosial sesuai apa yang algoritma tawarkan dan bukan apa yang kita butuhkan. Semua ini tergantung bagaimana kita sadar dan memahami apa yang disebut "self-control".
Menurut penelitian pada tahun 2011 yang diangkat di The New York Times, kita menerima informasi lebih banyak lima kali kalau dibandingkan pada tahun 1986 atau setara dengan 174 surat kabar.Â
Sedangkan platform youtube memproduksi 5.999 jam video baru perjamnya yang baru diposting.1 Banjirnya inforamasi ini juga terjadi di beberapa bidang keilmuan, seperti dalam pengetahuan medis.Â
Pada tahun 1950 waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan pengetahuan medis adalah 50 tahun; pada tahun 1980, 7 tahun; dan pada tahun 2010, hanya cukup membutuhkan 3,5 tahun.2
Dengan sangat banyaknya informasi yang ada, terkadang kita merasa capek sendiri dan ini juga berdampak kepada emosianal kita. Self-control mungkin adalah salah satu metode yang sangat dibutuhkan di zaman sekarang.Â
Merenung, merefleksi, tenang adalah kegiatan bagaimana kita bisa belajar mengenai self-control. Terlalu fokus dan konsentrasi kepada semua informasi yang diberikan oleh internet menjadikan lupa apa sebenarnya yang kita butuhkan.Â
Semakin banyak pilihan maka semakin bingung apa yang kita mau pilih dan ketika kita bingung kita mempunyai potensi masuk ke dalam ketidaksadaran yang termanipulatif, sedangkan self-control hanya muncul jika kita sadar terhadap semua fenomena yang kita alami.