Mohon tunggu...
Muarrifuzzulfa
Muarrifuzzulfa Mohon Tunggu... Perawat - Pekerja profesional di rumah sakit Jerman

Kesederhanaan. Suka membaca buku, mendengar, bertukar pikiran dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sistem Perkabelan Rumah yang Berbeda (Pendidikan Anak Jerman dan Perkembangan Teknologi)

27 Juni 2024   14:49 Diperbarui: 11 Juli 2024   12:40 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita akan banyak sekali menanyakan hal-hal yang filosofis yang berhubungan dengan kita dan hal itu sangat esensial dalam kehidupan manusia. Sayangnya kita jarang berpikir untuk berpuasa sejenak untuk mencari tempat yang sunyi dan menyatu dengan alam. Sayangnya media sosial tidak mengizinkan kita untuk meluangkan waktu untuk hal itu. Kesadaran kita dicuri oleh algoritma media sosial.

3. Permainan Tradisional

Pengalaman dan pengamatan lain yang saya pelajari dari anak-anak jerman adalah mereka masih bermain permainan tradisional. Salah satu contohnya adalah permainan engklek. Masih sangat sering sekali saya melihat bekas permainan engklek di jalan-jalan aspal dekat perumahan yang digambari oleh para anak-anak kecil dengan menggunakan kapur papan tulis yang berwarna-warni. 

Ketika mereka asyik bermain bergembira ria satu sama lain, saya juga kemudian menanyakan ke diri saya, "Bagaimana bisa negara (Jerman) semaju ini dalam hal teknologi, pengetahuan, robotik dll masih bisa menjadikan dan menjaga kultur anak-anak mereka masih mencintai permainan tradisional? ini memang sangat luar biasa...".

Kenapa negara Jerman bisa menjaga kultur mereka yang positif ini? Salah satunya adalah karena sikap mereka yang selalu kritis terhadap sebuah fenomena yang terjadi. Ketika mereka melahirkan teknologi-teknologi baru secara bersamaan mereka mengkritisi penemuan-penemuan mereka yang baru itu. Mereka selalu menanyakan potensi-potensi apa yang akan terjadi jika teknologi baru tersebut lahir dan jika kita tidak bisa menghindari perkembangan tersebut, maka bagaimana sikap kita sebagai manusia.

Para ilmuwan dan pakar-pakar diinterview di berbagai stasiun TV untuk membicarakan manfaat dan ancaman teknologi yang paling aktual. Para ilmuwan dan pakar juga diundang di berbagai daerah di Jerman untuk memberikan ceramah kepada masyarakat umum.

TV di Jerman masih menjadi konsumsi masyarakat, karena dana mereka sangat besar yang mereka investasikan di media dan juga setiap rumah yang dihuni ada kewajiban membayar tiap bulannya. Hal ini berbanding terbalik apa yang terjadi di Indonesia, youtube seakan-akan sudah mengalahkan TV.

Mereka juga menulis buku dan menghindari bahasa-bahasa akademik agar esensi dari buku tersebut dapat dipahami oleh masyarakat umum. Ketika sudah terjadi percakapan antara ilmuwan dengan masyarakat umum ini, maka terbentuklah sebuah kepedulian bahwa masalah yang dihadapi kedepan mengenai ancaman teknologi adalah bukan masalah para ilmuwan saja atau masyarakat umum tetapi ini adalah masalah bersama dan untuk menyelesaikan masalah tersebut memerlukan kerja sama antara para ilmuwan, pakar dan masyarakat umum.

4. Tanggung Jawab

Apa yang kita bisa pelajari dari semua hal ini adalah bahwa perubahan hanya bisa dimulai dari pribadi kita masing-masing. Kalau kita sudah menjadi orangtua dan mengharapkan bahwa anak kita tidak ingin kecanduan handphone, maka orangtuanya sendiri juga harus tidak kecanduan. Ini semuanya adalah mengenai tanggung jawab dan konsekuensi. Bagaimana bisa mengajari atau memberi contoh anak untuk tidak menggunakan handphone sedangkan orangtuanya sendiri kecanduan handphone.

Terkadang ini bisa disebut dosa seorang orangtua kalau memakai pendekatan Islam. Seperti halnya setiap suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban masing-masing, jika tidak menempatkannya pada tempatnya maka kita bisa disebut zalim. Kalau kita mengkritisi mengenai pertumbuhan anak, seorang anak kecil memiliki hak untuk berinteraksi dengan alam, mengenal alam, belajar mengenali apa itu batu, tanah liat, pohon, air, angin, mereka juga mempunyai hak untuk menangis, merasakan tersandung batu, membaca dan mempelajari emosional orangtua mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun