Mohon tunggu...
Muarif Essage
Muarif Essage Mohon Tunggu... Guru - pembaca sastra

lahir di Tegal, 25 Mei 1969. Seorang guru, ia lebih sering membaca karya sastra dan membicarakannya dalam bentuk ulasan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Sepasang Merpati

7 Maret 2022   09:04 Diperbarui: 8 Maret 2022   22:00 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepasang merpati. Sumber: Pixabay.com/EndreF

(1)

          Siapa bisa tahan bila setiap pagi bunga bermekaran? Lalu sepasang merpati sama memandang masih ranum daun-daun di pucuk dahan yang kelak warnanya semakin terang dan bunga layu berguguran. Sepasang merpati sama menangis sebab masih ada rindu bertumpuk di dada dan esok harinya kelopak bunga selalu saja lahir di sela-sela hati mereka.

(2)

          Siapa bisa tahan bila setiap sore sepasang merpati berpamitan? Mereka berpisah di tengah perbincangan, yang satu tetap di sarang dan yang satu terbang mengelilingi awan. Bila malam menjelang, mereka harus merelakan rindu tak bersautan. Hanya kata diam menunggu esok menjelang. Pada harapan bergelantungan, mereka merakit janji dari air matanya yang tak berkesudahan.

(3)

          Sepasang merpati itu adalah kita yang bagai kelopak bunga saling berbagi guguran waktu yang setiap detiknya bersiram mimpi bertemu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun