Pembelajaran seringkali terselenggara dengan lambat dan membosankan karena kesan monoton yang ditampilkan oleh pendidik selaku pelaksana pembelajaran. Untuk menanganinya, beberapa langkah ditempuh termasuk memberikan reward atau penghargaan terhadap kinerja peserta didik di dalam kelas.
Reward terbukti ampuh dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Ini adalah pembuka dari langkah sederhana dalam memahami bahwa hadiah adalah hal yang 'berbahaya' bagi pendidik dan peserta didik. Buat pendidik, bahaya terletak dari reduksi pola memotivasi peserta didik dalam pembelajaran bahkan menjauhkan pembelajaran dari makna yang seharusnya dipetik oleh peserta didik setelah belajar. Bagi peserta didik sendiri, bahaya dari reward memang tidak disadari, karena berubah menjadi candu dan menguatkan suatu syarat tunggal dari alasan mereka belajar.
PENDIDIK
Pemberian reward dapat berupa fisik maupun non-fisik. Pemberian reward secara fisik pun masih terbagi dua, antara barang atau kontak fisi. Pemberian reward secara non-fisik bisa berupa verbal atau nilai khusus yang diperoleh. Semua tergantung dari relasi dengan kebutuhan peserta didik atau kesanggupan dari pendidik dalam menyediakan reward dalam pembelajaran. Tujuan dari pemberian reward di antaranya:
- Meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran
- Memberikan kebutuhan moril atau materil bagi peserta didik dalam mengarungi pembelajaran yang akan diikuti
- Tanda kepercayaan pendidik kepada peserta didik akan hasil yang diraih
Pemberian reward tidak diukur dari jumlahnya, namun peserta didik menilainya demikian bahwa semakin banyak hadiah maka makna belajar akan semakin jelas. Justru itu adalah miskonsepsi karena tujun mereka belajar (mengikuti pendidikan) bukanlah mendapatkan hadiah, tetapi perubahan perilaku atau bertambahnya pengetahuan. Jika miskonsepsi ini berlangsung dan peserta didik sudah memasuki fase candu akan penghargaan, maka pendidik seperti menjebak diri sendiri akibat pemberian reward yang berlebihan.
Pemberian reward tergantung dari efeknya terhadap peserta didik, dari merasa nyaman hingga merasa bangga tergantung indikator seberapa berharga reward terhadap dirinya.Â
Untuk usia anak TK hingga anak SD tingkat kelas rendah, pemberian reward berupa sanjungan, pelukan, atau dukungan langsung dikelas mungkin masih banyak diterima. Beda cerita jika tingkatnya sudah lanjut seperti anak SD kelas 4 dan atasnya dimana pemikiran mereka mulai mengarah pada hal yang ekonomis dan logis bagi diri mereka sendiri. Sekedar sanjungan cenderung tidak cukup, maka pendidik harus sanggup pula menyediakan reward yang nyata dan bernilai seperti alat tulis hingga hal yang mereka sukai namun masih ditolerir kebutuhannya.
Sungguh tidak logis jika pendidik memberikan hadiah semacam benda untuk foya-foya, dan sungguh merugi sekali jika ada pendidik yang memberikan hal tersebut sebegitu seringnya.
PESERTA DIDIK
Kembali pada tujuan dari pemberian reward yang dijelaskan pada subbab "Pendidik" bahwa motivasi dan pemberian kebutuhan terpusat pada peserta didik. Peserta didik terkadang punya motivasi beragam dalam mengikuti pembelajaran di kelas, baik itu sesuai dengan teori yang dipelajari guru semasa masih berkuliah hingga hal baru yang mungkin belum dipelajari. Dengan memberikan penghargaan, maka peserta didik menyadari ada makna dari belajar yang benar-benar diperoleh dan bukan sekedar tahu dan terampil saja.
Pembelajaran memang menjadi instrumen untuk memberikan peserta didik hal yang mengarahkan mereka menjadi lebih tahu dan lebih terampil. Namun apakah pengetahuan dan keterampilan mereka bisa diterapkan dan diakui oleh orang sekitar? Jika motivasi mereka berkurang hanya karena hal yang sejatinya mereka peroleh dalam pembelajaran gagal diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan menunjukkan suatu akumulasi penurunan niat dalam belajar. Ini adalah bahaya dan pendidik mau tidak mau menjadikan 'senjata cepat dan ringan' berupa reward untuk menjaga niat peserta didik dalam belajar pada tahap yang sewajarnya.