Tulisan ini merupakan opini penulis, dan bukan rilis resmi pihak FIFA maupun penyelenggara Piala Dunia 2022 di Qatar
Kemenangan bukan berarti menang.
Mungkin kalimat tersebut yang menggambarkan betapa ketatnya persaingan antara negara-negara dalam memperebutkan tiket ke 16 besar FIFA World Cup 2022. Qatar selaku tuan rumah tentu tidak berdaya di hadapan Belanda, Senegal, dan Ekuador, namun bukan itu fokus utama pada fase kali ini. Bayangkan tim yang sudah susah payah mengerahkan segalanya dan akhirnya menang, namun justru cuma menjadi pemanis agar ada yang bisa dibanggakan selama perjalanan pulang ke negaranya.
Itulah yang dialami beberapa negara seperti Jerman, Tunisia, dan Uruguay.
Jerman menang dramatis atas Kosta Rika, Tunisia menang tipis atas juara bertahan yaitu Perancis, sementara Uruguay menang atas rival masa modern mereka yaitu Ghana. Namun semuanya hanyalah kosong kala tim lain justru berhasil mengamankan poin sekaligus tiket ke tahap selanjutnya dalam Piala Dunia. Tentu ada mensyukuri dan juga ada yang menyayangkan kesimpulan dari hasil pertandingan yang telah terjadi.
Dari segala penampilan, berikut 11 pemain dan 1 pelatih yang menjadi sorotan dan layak masuk dalam list kali ini. Mereka adalah:
1. Seung-gyu Kim (Korea Selatan)
Seung-gyu Kim benar-benar bahagia pada fase terakhir penyisihan grup melawan Portugal karena ia jadi bagian dari kawan-kawannya yang 'melahap' Seleccao dengan skor 2-1. Memang pada menit kelima gawang Korea Selatan bobol lewat permainan open play dari para pemain Portugal, namun itu cuma kejutan satu-satunya dari Portugal. Taktik pemain belakang Korea Selatan yang lebih agresif ke depan pertahanan menekan Portugal selama babak kedua dan berakhir dengan comeback manis tim "Taeguk Warriors".
2. Jurrien Timber (Belanda)
Pemain muda milik Ajax Amsterdam tersebut menjadi investasi manis bagi kontinuitas Timnas Belanda dalam hal pertahanan selain punya Nathan Ake. Pada pertandingan kontra tuan rumah yaitu Qatar, dia bermain terlihat santai sehingga mampu turut membantu timnya kala dalam fase menyerang. Dia memang tidak menghasilkan assist atau clearence, namun pergerakannya membuat tim Qatar mengira bahwa selama ini penyerangannya bertumpu mulai dari pemain belakang padahal Timber hanya bertugas selayaknya bek dalam strategi permainan normal.