Mohon tunggu...
Muara Alatas Marbun
Muara Alatas Marbun Mohon Tunggu... Guru - Alumni U Pe' I

Seorang lulusan yang sudah memperoleh pekerjaan dengan cara yang layak, bukan dengan "orang dalem", apalagi dengan "daleman orang"

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Melihat Peluang Kita Membantu Buruh yang Berjuang

1 Mei 2020   17:49 Diperbarui: 1 Mei 2020   17:59 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unjuk rasa besar-besaran Hari Buruh yang selalu dilaksanakan pada tanggal 1 Mei tak bisa dilakukan karena komitmen bersama cegah penyebaran COVID-19. Sebagian besar buruh terpaksa bertahan hidup seadanya, dan seharusnya kita bisa membantu mereka dengan gaya kita sendiri untuk menyangga hidup perekonomian.

Selamat Hari Buruh ! panjang umur kerah biru !

Hari Buruh berawal dari sejarah demonstrasi gila-gilaan para pekerja di Amerika Serikat yang menuntut berbagai hal yang salah satunya menjadi konsep manajemen waktu bekerja, yaitu pembagian prioritas selama 8 jam (bekerja, bersenang-senang, tidur). Perjuangan mereka tertuang dalam berbagai literatur dan diadopsi sebagai turn point akan suara kaum kerah biru. "Cara merayakan" tersebut tetap dilestarikan oleh para buruh yang nyatanya memang masuk akal ketika mereka menjaga ingatan agar nasib profesi "kerah biru" tidak kembali seperti buruh masa Revolusi Industri 1.0.

Dunia industri pun turut tersendat akibat COVID-19 yang berdampak pada pendapatan pengusaha hingga kesejahteraan buruh. Banyak buruh yang dirumahkan hingga terpaksa di PHK akibat lesunya ekonomi industri di Indonesia. Nasib mengenai upah mereka pun masih terombang ambing karena hal darurat tersebut. Masalah upah masih dibicarakan oleh pemerintah setempat dan berharap tidak ada lagi buruh yang di PHK kedepannya (Ayo Bandung, 2020).

Publik memang menyadari bahwa buruh memang punya serikat yang menolong mereka bilamana memiliki kesulitan dalam memperjuangkan hak atau kewajiban bekerja yang dilakukan terlalu memberatkan, dalam hal ini serikat buruh merupakan wahana advokasi terdepan para buruh. Tetapi, maaf saja bilamana saya mengatakan bahwa memang kinerja sebagian besar serikat buruh ini memang kurang terlihat dalam memperjuangkan nasib buruh, karena bagi mereka yang sudah bernasib dirumahkan hingga benar-benar PHK 'berguguran' begitu saja. Nilai negatif dari serikat buruh pun diperkuat dengan artikel akademik dari Ibrahim (2016) yang mengatakan bahwa serikat buruh punya empat kendala dalam upaya memperjuangkan kesejahteraan buruh, termasuk cenderung sibuk menjadi alat politik.

Hanya segelintir serikat buruh yang mengubah gaya perjuangannya dari unjuk rasa menjadi membantu sesama. Sebagai sebuah organisasi, serikat buruh tentu memiliki dana tersendiri yang mungkin saja "mengganggur" dan dana tersebut bisa digunakan untuk memberikan bantuan barang untuk menunjang kebutuhan selama PPSB. Dilansir oleh Radar Depok (2020), Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kota Depok, memberikan sembako, vitamin, APD, dan hand sanitizer kepada warga di beberapa area di Depok.

Dengan tidak berharap pada serikat buruh yang kelihatannya pro dalam mengkoordinir unjuk rasa, buruh yang dirumahkan hingga PHK bisa memulai usaha kecil-kecilan. Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) pernah menceritakan seorang buruh yang membuka kedai minuman es dengan modal Rp. 300.000,- dan beliau mengapresiasi usaha buruh tersebut dengan membeli 100 bungkus minumannya (Detik Finance, 2020). Entah sebagai gimmick atau hanya buruh tersebut saja yang "beruntung", buruh yang bernama pak Muhron ini satu dari sekian buruh yang berjuang mencari Rupiah agar bisa bertahan hidup.

Untuk content creator seperti desainer grafis, videografer, social media influencer dan copywriter, mereka bisa membantu buruh yang mencoba bertahan hidup dengan caranya sendiri. Keahlian mereka adalah membuat sesuatu yang menarik lewat gambar, video, dan tulisan, maka lewat produk itulah mereka turut mempromosikan barang atau jasa yang coba diperdagangkan oleh para buruh tersebut.

Seperti yang dilakukan oleh KJOG (Kompasianer Jogja) yang melakukan event "Donasi Posting" yang tujuannya adalah mempromosikan UMKM yang terdampak COVID-19 (KJOG, 2020), namun para donatur pun dipersilahkan untuk mempromosikan UMKM lain termasuk buruh yang mendirikan usaha ekonomi sampingan karena kerja dan upahnya yang seperti biasa berkurang akibat COVID-19.

Semua elemen publik berusaha hidup normal di tengah wabah Corona, termasuk para buruh. Namun jiwa kemanusiaan untuk saling menolong dengan cara/kemampuan yang dikuasai turut meningkatkan pengalaman kita dalam membantu sesama. Selama mereka mau dan kita bersedia, kesejahteraan publik secara ekonomi dan sosial dapat bertahan hingga kini hingga COVID-19 lenyap dari bumi pertiwi.

Referensi: 

Kompasianer Jogja (KJog)

Jurnal dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Detik Finance

Radar Depok

Ayobandung.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun