Berkurangnya homesickness yang diderita berbanding lurus dengan peningkatan kemampuan dalam melakukan adaptasi sosial
Menjelang periode waktu yang dinanti-nanti umat muslim di Indonesia (Puasa dan Lebaran), rasa was-was akan penyakit masih bergentayangan. Himbauan pemerintah pusat, daerah, dan organisasi non-profit untuk tidak mudik/pulang kampung ke daerah asal semakin menggema. Di tengah gaung himbauan tersebut, rasa rindu orang-orang akan sanak saudaranya kemungkinan makin kuat.
Keinginan untuk melepas rindu atau sekedar kembali ke titik awal dimana ia hidup bisa dikatakan sebagai homesick. Ciri-ciri orang yang 'terjangkit' homesickness antara lain adalah : (1) mulai sering menyendiri; (2) menurunnya peforma bekerja/belajar,dan; (3) Gangguan fisik akibat stress seperti sering lelah dan sakit kepala (Fisher & Hood dalam Scharp, Paxman & Thomas, 2015). Jika pembaca mengalami ketiga hal tersebut, maka kalian perlu merenung dahulu atau kalau bisa curhat ke orang terpercaya anda karena kemungkinan kalian sedang memasuki kondisi homesickness.
Homesickness pasti sering dialami oleh mereka yang jauh dari daerah asalnya, tak peduli kegiatan apapun yang dilakukan di luar daerah asalnya. Bisa dikatakan itu hal yang normal saja, kebanyakan pasti pernah merasakan hal tersebut meskipun cuma sebentar. Ketahuilah jika hal "normal" ini jangan dianggap sepele sebab akan berpengaruh dengan kemampuan adaptasi sosial di lingkungan yang jauh dari daerah asal.
Adaptasi sosial merupakan suatu upaya dalam membiasakan diri hidup di lingkungan manusia (masyarakat) yang merupakan salah satu skill dasar di abad ke-21 ini. Hal ini penting mengingat sekarang adalah era dimana sebagian besar diri kita sudah bisa mengetahui hal di luar wilayah kita bahkan 'melintasinya' dengan mudah. Dua wilayah berbeda kemungkinan memiliki kebudayaan dan tata krama yang berbeda dan itu berarti harus ada adaptasi dari diri sendiri agar bisa bertahan di lingkungan yang baru.
Homesickness adalah masalah yang perlu diredam sedemikian rupa karena itu mengganggu proses adaptasi sosial. Kerinduan akan tempat asal akan menghambat diri kita baik secara fisik dan mental untuk nyaman dengan tempat baru sehingga kita bisa beraktivitas baik dengan seharusnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa diri yang 'mengidap' homesickness tidak siap menghadapi hal baru dan kondisi tersebut yang perlu ditangani segera.
Adaptasi sosial dan usaha penerimaan masyarakat terhadap orang baru akan berjalan lambat karena terhambat oleh homesickness. Selama mengalami homesickness --meskipun efeknya kecil, seseorang akan mengalami kemunduran baik secara akademik maupun relasi dengan orang lain (English dkk., 2017). Untuk itu perlu adanya pencegahan awal agar diri tidak terjebak dalam kondisi homesickness.
Menurut Mareza & Nugroho (2016), ada beberapa cara dalam mengembangkan adaptasi sosial yang bisa dilakukan oleh diri sendiri yaitu :
- Akomodasi bahasa, makanan, dan agama;
- Melakukan hobi yang disukai, dan;
- Menghubungi keluarga
Mareza & Nugroho (2016) juga menemukan bahwa orang-orang yang mencoba beradaptasi dengan cara-cara tersebut akan lebih memilih membaur dengan tempat baru ketimbang mempertahankan yang hal yang ia miliki di tempat asal.
Selain tiga hal itu, cara lain yang efektif untuk meniadakan homesick dalam diri adalah pulang ke kampung halaman. Namun berbagai imbauan mengenai penundaan mudik tahun ini (bilamana virus Corona di Indonesia masih mewabah) serta karantina wilayah secara parsial masih terjadi maka dua hal tersebut sudah menjadi alasan bahwa kita punya tugas untuk beradaptasi demi mengembalikan Indonesia menuju masa depan yang sehat. Homesickness dan virus Corona sesungguhnya kurang efektif jika kita bergantung pada egoisme diri sendiri, tetapi bergantung pada kemampuan mengalah kepada egoisme dan bersiasat dalam menangani kekurangan kita saat ini.
Sumber referensi :
- English, T., dkk. (2017). Homesickness and Adjustment Across the First Year of College: A Longitudinal Study. Emotion, 17(1), 1-5. DOI: dx.doi.org/10.1037/emo0000235
- Mareza & Nugroho. (2016). Minoritas di tengah Mayoritas (Strategi Adaptasi Sosial Budaya Mahasiswa Asing dan Mahasiswa Luar Jawa di UMP). Sosiohumaniora, 2(2), 27-34. DOI: 10.30738/sosio.v2i2.549
- Scharp, K. M., Paxman, C. G., & Thomas, L. J. (2016). "I Want to Go Home": Homesickness Experiences and Social-Support-Seeking Practices. Environment and Behavior, 48(9), 1175--1197. DOI: doi.org/10.1177/0013916515590475
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H