Surya Paloh, Metro TV, Kader Artis dan sebagainya. Itulah yang terbayang dipikiran orang awam bila mendengar Partai Nasional Demokrat (Nasdem), partai yang menjadi bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.Â
Meskipun gengsi persaingan partai kalah ramai dengan perselisihan dua kubu presiden, namun patut untuk diperhatikan bila partai pun seharusnya mendapat tempat tersendiri dalam momentum di Pilpres yang sudah merenggut ratusan korban jiwa ini.
Menurut Presidential Treshold, Nasdem berhak mendapatkan jatah kursi di DPR-RI yang berlokasi di kawasan Senayan, Jakarta. Lalu apa yang spesial dari partai yang memiliki ciri khas atribut dominan biru tersebut ?Â
Yups, kita bisa melihat selisih kemenangan mereka yang jika dibandingkan dengan Pilpres sebelumnya begitu hebat. Bahkan keberhasilan mereka patut lebih diperhatikan karena dalam kontestasi politik, partai yang meraih suara yang cukup signifikan memiliki "nilai prestasi" tersendiri yang menyatakan bahwa kampanye dan upaya perkenalan diri mereka agar rakyat memilih mereka terbukti cukup memberikan hasil dengan raupan suara nasional dengan presentase sekitar 9,4 persen.
Jurus-jurus keberhasilan Nasdem dapat terlihat dari upaya jangka sedang yang diupayakan Nasdem dari corong-corong aktualisasi partainya, seperti media massa hingga kesempatan beraksi di Pilkada.Â
Media massa yang tayang tiap hari memberikan lahan yang luas untuk mempengaruhi para penonton, terlebih penonton yang nantinya memiliki hak pilih di Pemilu.Â
Pilkada bisa dianggap sebagai Exhibition bagi partai untuk mengukur kecerdikan strategi partai yang berkolaborasi dengan kerja dari para kadernya untuk selanjutnya menjadi gambaran dasar menghadapi kontestasi politik pada keadaan yang demikian.
"Bibit" kemenangan Partai Nasdem tahun ini bermula dari tahun 2016, tepatnya kala DKI Jakarta saat itu sedang mempersiapkan diri menyelenggarakan Pilkada tahun 2017.Â
Saat itu Nasdem begitu nyaman berkolaborasi dengan Golongan Karya (Golkar) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) (Suryarandika, 2016). Merekalah 3 partai pengusung bagi Basuki Tjahaja Purnama (BTP) untuk maju dan memantapkan diri sebagai calon orang nomor 1 di Ibukota Indonesia tersebut. PDIP yang justru menjadi kendaraan politik paling moncer bagi BTP pada akhirnya pun muncul di saat-saat terakhir bersama Djarot Saiful Hidayat, sang cawagub.
Metro TV, stasiun televisi berhaluan penyajian berita ini merupakan corong media yang khas dengan Nasdem, lebih rincinya khas dengan pemiliknya yaitu Surya Paloh (Sianipar, 2015).Â