Suara menggema, suara berirama, suara bercerita, dan semuanya tersaji dalam media Podcast. Media ini sebenarnya cukup simpel jika kita turunkan dalam bentuk konseptualisasi secara prosedur. Dimana sang pemilik suara mempersiapkan suara, ide, alur penyampaian dengan tambahan backsound -- jika diperlukan, kemudian sang pemilik suara mulai berbicara dari awal hingga akhir alur berbicara. Done ! Podcast siap didengar orang lain.
Apa bedanya dengan radio ? tidak ada. Apa bedanya dengan mendengarkan ceramah dan mendengarkan alunan musik ? tidak ada. Semuanya terjadi dengan mudah dan kita dapat memenuhi tuntutan batin untuk mendengarkan sesuatu yang disengaja. Namun ada hal yang membuat podcast begitu spesial sehingga banyak orang mulai mencoba mendengarkan media sederhana ini.
1. Language in Action
Kita menyadari bahwa pendidikan berbasis bahasa masih saja berpatok pada hasil sehingga yang didominasi justru hafalan siswa dan karya tulis semata. Padahal ada bentuk reseptif-produktif bahasa yang secara aslinya lebih sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan justru hal itulah yang tengah dibutuhkan masyarakat.Â
Para akademisi pun tak luput dari permasalah ini -- bahkan menjadikannya sebagai variabel bebas (bahasa umumnya adalah kegiatan/perlakuan terhadap suatu objek/kondisi).
Menurut Sawir dalam Fitria, dkk (2015), pembelajaran bahasa Inggris disajikan secara eksklusif dalam cara membaca dan mempersiapkan penulisan dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa manapun, keduanya bentuk pembelajaran ini berlaku sehingga bentuk pelatihan pada berbicara dan menyimak justru tercampakan.Â
Hal ini karena pemerintah hanya menyediakan buku guru dan buku siswa sebagai acuan aplikatif penerapan Kurikulum 2013, tanpa adanya media berbicara dan menyimak yang memadai bahkan up-to date.
Menggunakan podcast merupakan suatu solusi dan berfungsi untuk memberikan pembelajaran dalam pola auditori. Apalagi, jika siswa bosan dengan mencerna ucapan guru yang dirasa membosankan, maka penggunaan podcast memberikan cara baru nan sederhana bagi siswa. Jika podcast yang diberikan benar-benar menghibur secara edukatif, bukankah itu berarti bahwa bahasa sudah beraksi dengan seluruh keterampilan berbahasanya oleh siswa ?
2. On-demand priority
Diakui atau tidak, pengaruh fleksibilatas yang serba praktis selalu menjadi prinsip manusia dalam mencari hidup. Maka setiap kebutuhan hiburan pun selalu bergerak berdasarkan prinsip tersebut. Sehingga berujung dari terciptanya berbagai benda dan budaya serba praktis, fleksibel dan inklusif yang sering disebut-sebut sebagai "teknologi canggih".
Dalam sejarahnya, podcast bahkan ngga' terlalu tua karena mentang-mentang caranya sama seperti radio, maka dua konsep ini disamakan. Justru, podcast lahir dari on-demand priority (kebutuhan atau prioritas yang diperlukan pada saat ingin memenuhinya). Podcast pun muncul dan membuat beberapa orang tertarik untuk membuat produk yang sama karena dirasa memenuhi kebutuhan ummat pendengar yang tidak suka menunggu.
Perusahaan Apple, Inc. merupakan sumber dari kemunculan podcast sebagaimana kebutuhan untuk mengunduh seri-seri siaran audio yang makin meninggi. Peluang itu dimanfaatkan dan tahun 2000 menjadi awal mula bagaimana podcast hadir dan mulai menjamur sejak saat itu. Dengan berbagai kemudahan akses yang ada, bahkan bukan hanya pengguna gawai Apple saja yang bisa memilikinya namun sudah melebar kepada pengguna gawai Android.
3. Kenapa harus mendengarkan podcast ?
Mungkin orang-orang akan ramai mengakses situs video atau berselancar ria dengan Instagram yang menghadirkan video dan gambar yang bermacam tema. Namun mereka tak bisa memunculkan kebutuhan podcast sebagai gaya baru mencari hiburan. Bahkan, podcast pun banyak dipakai sebagai bentuk untuk menambah pengetahuan oleh beberapa orang/instansi yang tergerak untuk melakukan hal mulia tersebut.
Sebut saja indoprogress.com yang mulai menyediakan tab podcast untuk menyajikan suara sebagai bagian dari penyajian karya disana. Selain Indoprogress yang beraliran kiri dan "keras" untuk sekali mengerti, kini soundcloud pun menjadi media web yang digandrungi para penyiar podcast untuk menggunggah karyanya. Sering kali saya begitu fokus mendengar karena selain begitu asyik dengan mencoba hal-hal alternatif, ternyata siaran podcast yang saya dengar tidak ada yang membosankan. Every announcer serving much of good sounds.
Media podcast dimanfaatkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa memiliki pengalaman menyenangkan yang dapat meningkatkan motivasi mereka (Fitria dkk., 2015).
 Jika pembelajaran saja yang sedemikian punya aturan bisa memberi ruang bagi podcast untuk beraksi, maka waktu senggang yang minim aturan mengikat pun harus bisa memberikan sesuatu yang lebih lapang lagi. Podcast harus dipilah agar podcast pun mampu dimanfaatkan dan diakui sebagai bagian literasi versi audio-digital.
Sumber :
Fitria, U., Vianty, M. & Petrus, I. (2015). Using Podcast to Improve Students' Listening and Speaking Achievements. The Journal of English Literacy of Education. 2 (1), 55-68. [Online].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H