Berita minggu ini isinya memang ngga' ada yang enak kala dibaca, alih-alih pengen cari berita antara cyborg versus sobat gurun ehhh yang populer malah keluhan, keluhan, dan keluhan. Yeee, emang tak bosan ya dunia ini kalo tidak ada yang mengeluh seakan-akan mengeluh itu adalah kebutuhan primer. Dan hal itu terkuak kala diriku 'berselancar ria' di kanal berita daring Kompas.com (sekalian numpang promosi, semoga aja masuk 'Artikel Utama' dimari xixixi).
Berita pertama isinya itu tentang dugaan FPI yang berbuat ricuh pada Harlah NU di Sumatera Utara. Emang ye, ormas yang ditinggal pimpinan besarnya untuk umroh unlimited ini sudah membuat rekor dan pencapaian yang luar biasa di negara yang nyatanya masih memegang teguh Pancasila ini sebagai ideologi bukan teologi satu agama. Pada saat itu, para anggotanya yang sudah dibekuk oleh Polisi tersebut berkeinginan untuk membubarkan acara yang nyatanya belum waktunya bubar karena sedang ada masih dalam tahap acara Tausiah.
Berikutnya adalah Bruno Mars yang protes karena lagunya dibredel penayangannya oleh KPID Jawa Barat. Keajaiban KPID membredel lagu mas Bruno ini menuai perhatian langsung dari do'i dan tentunya dia Shock. Keluhannya bisa saja masuk akal mengingat lagunya yang memang tujuannya bukan untuk anak-anak. Tapi mau gimana lagi yak, anak-anak Jawa Barat mungkin pinter, saking pintarnya lagu pun dicari maknanya tanpa perlu disuruh guru. Great job, kids !
Yang mau gue katakan kali ini bukanlah menuduh yang salah adalah NU, Bruno Mars, FPI ataupun KPID Jawa Barat. Justru itu tidak memutus lingkaran setan yang berkeliaran ketika masalah muncul. Tapi media massa emang pada dasarnya seneng banget ya kalo memberitakan hal-hal yang menjurus negatif seperti itu.
Itu membuat gue inget salah satu video di salah satu kanal vidio Youtube.com bernama Kok Bisa yang merilis vidio yang sesuai banget dengan alasan kenapa berita selalu pasti ada hal-hal yang memancing perhatian, sekalipun itu masalah internal antar dua kubu dan ngga' ada hubungannya dengan kita. Nih cek aja.
Meskipun ngga'Â ada hubungannya tapi tetap saja itu memang haknya pers untuk menyiarkan apa yang mereka temukan. Yang wajib dalam pekerjaan mereka adalah menyiarkan kebenaran yang mereka dapat, bukan sesuatu yang bukan berasal dari hal yang belum dipercaya kebenarannya.Â
Meskipun berita perihal kericuhan FPI di Harlah NU di Sumatera Utara sumbernya berasal dari Kepolisian daerah sono, tetap media menempelkan kata "dugaan", karena yang terduga sedang diklarifikasi pengakuannya. Karena kalo sampe-sampe secara gamblang mencatut nama siap-siap aja didemo dadakan kantor redaksinya macam Tempo dan Radar Bogor dulu.
Tapi yang ngebingungin ini adalah netizen yang luar biasa cepat dalam mengetik perkara dua itu. Gue kagak tau apakah ada keajaiban dari jari-jari itu sehingga mereka begitu tajam dibalik layar. Gue curiga tuh jari udah punya kecerdasan tersendiri sehingga mampu mengetik duluan dari pada otaknya berpikir matang. Istilah "Otak di dengkul" udah usang, cocoknya diganti "Otak di jari".
Ini membuat sedih kita semua, ketika tahu hal yang buruk malah memperpanjangnya jauh lebih jauh dari permasalahan. Sedih kagak lu kalo lo yang dirundung, malah perundungannya makin berlanjut lama. Mempengaruhi psikogis sampe-sampe lo kagak tahan dan mengamuk sepuasnya ampe berbuat ricuh di tempat orang tausiah.
Kita kini sudah menemukan titik terang dari keluhan-keluhan mereka, yaitu keinginan agar keinginan mereka diterima. Bruno Mars pengennya lagu dia kembali beredar semestinya dan pericuh yang diduga dari FPI ini ingin tausiah di Harlah NU bubar (meskipun kemarin acaranya tetap berlanjut seperti biasa aja).Â