Mohon tunggu...
Muara Alatas Marbun
Muara Alatas Marbun Mohon Tunggu... Guru - Alumni U Pe' I

Seorang lulusan yang sudah memperoleh pekerjaan dengan cara yang layak, bukan dengan "orang dalem", apalagi dengan "daleman orang"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bermunajat untuk Pekerja Asing

23 Februari 2019   08:18 Diperbarui: 23 Februari 2019   09:28 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

= = =

Seminggu kemudian, ada pengumuman dari perusahaan bahwa posisi mandor lapangan akan diturunkan menjadi Asisten Supervisor lapangan. Lagi-lagi istilah ini justru dipakai untuk menurunkan secara halus posisi mandor yang sebetulnya tidak perlu embel-embel asisten dalam jabatan resmi. Sepertinya Pak Bagus harus bernostalgia lagi dengan pekerjaan yang mengantarkannya disegani banyak orang tersebut.

Keesokan harinya di dalam hutan, Pak Bagus datang dengan mobil pick-up yang kelihatan baru. Cerah bodi kendaraan tersebut tentunya cuma bisa ditemui di dealer-dealer mobil dan velg mobil ini masih bersih tanpa noda. Kendaraan itu membawa dua orang, Pak Bagus --tentunya- dan seorang yang bisa aku katakan sangat asing di lingkungan ini.

Biasanya kita menerka-nerka asal karyawan baru dari wajah, cara bicara dan cara ia bekerja. Namun jangankan menebak dari cara bekerja, wajah dan tubuhnya saja bisa ditebak. Lebih tinggi dari kami semua, berpakaian lebih rapi dan kelihatannya punya gelagat untuk lebih merapikannya lagi serta tatapan tajam dari mata yang terkesan ingin tidur tersebut.

"Assalamua'laikum, para karyawan, saya perkenalkan bos saya yang baru" Senyum pak bagus selama memperkenalkan orang tersebut.

"Pak Bagus, jadi mandor kita yang baru dia ?" ucap diriku

Beliau hanya mengangguk.

Namanya adalah Johan Huang, atau terpaksa kami reflek dengan menyebutnya "mister". Dia adalah lulusan dari Universitas di Taiwan dan kebetulan dia berhasil diterima di PT ini. Ya iyalah ?! mana ada perusahaan yang mau melepaskan pekerja asing yang menjanjikan bagi laba perusahaan !?

Perasaanku sangatlah sinis terhadap orang ini, dan orang ini pun juga tidak menebar senyum pada kami. Dia lebih tertarik menatap tetesan getah yang ada dari pada tetesan keringat kami memanjat, mengiris kulit pohon karet, dan mengumpulkan getah sedikit demi sedikit. Saat istirahat pun aku langsung naik ke mobil pick-up baru itu untuk cepat-cepat mengisi perut ini karena diriku sudah lelah dan kesal dengan orang ini.

Selama di warung makan kami biasanya, dia lebih memilih untuk duduk di dalam mobil itu dan membuka makan siangnya. Orang-orang di dalam pun ada yang membicarakan orang itu, dan mulai membuat desas-desus tentangnya. 

Ada yang bilang ini adalah permulaan kedatangan pekerja asing yang menyingkirkan para pekerja lokal dengan membuat kesan buruk pekerja lokal sehingga perusahaan melirik pekerja asing. Teman-temanku dengan seksama menyimak konspirasi yang benar atau salahnya adalah perkara masa bodo bagi kami. Beberapa waktu selama berbicara, Pak Bagus menyela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun