Mohon tunggu...
Muammar Qadafi
Muammar Qadafi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Ayo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

1.2.a.3 Mulai dari Diri Nilai dan Peran Guru Penggerak

29 Mei 2023   17:31 Diperbarui: 29 Mei 2023   17:42 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1.2.a.3. Mulai dari diri Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak

Sebuah kata istilah yang baru saja Saya ketahui setelah membuka modul 1.2 yang diawali dengan Mulai Dari Diri -- Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak. Ini adalah bagian dari tugas yang harus Saya kerjakan di Program Guru Penggerak memasuki Minggu ke-3. Penasaran kan apa itu "Trapesium Usia"? Ayo ikuti terus ya! 

Kita sering mendengar bahwa kenangan terindah itu saat masih duduk di bangku sekolah, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Semua Momen saat itu akan terus menempel pada ingatan kita dan bahkan dapat membentuk karakter diri kita sekarang ini.

Pada Kegiatan pembelajaran modul 1.2 ini Calon Guru Penggerak diberikan kesempatan untuk dapat belajar dan mengeksplorasi diri mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak. Pada modul ini juga, kita diajak untuk membuat sebuah diagram trapesium usia, kemudian menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri sendiri secara jujur tentang pengalaman pada masa sekolah dulu  yang masih dapat kita rasakan hingga saat ini.

Ini adalah tugas Pendidikan Pelatihan Guru Penggerak pada modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak. Pada tugas pertama : Mulai dari Diri, kita di minta untuk membuat trapesium usia yang berisi usia sekolah kita, dan diminta untuk menyebutkan 2 peristiwa yang paling kita ingat terdiri dari peristiwa positif dan negatif, kemudian di minta untuk menuliskan usia kita saat ini dan kita menghitung selisih usia sekarang dengan pada waktu terjadi peristiwa bersejarah tersebut. Mudah-mudahan bermanfaat dan salam bahagia. Salam Guru Penggerak. 

Dokpri
Dokpri

Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat dirasakan dan dapat dapat memengaruhi diri saya saat ini

Suka Duka Perisiwa Positif dan Negatif selama di pondok Pesantren

Pengalaman hidup menjadi seorang santri memiliki cerita dan kesan tersendiri bagi saya yang pernah tinggal di Pondok Pesantren, pengalaman yang mungkin gak bisa dilupakan semasa hidup saya. Hiruk pikuk perjalanan menjadi seorang santri tentu memberikan warna yang berbeda, karena banyak sekali cerita yang ga bisa saya dapatkan ketika hidup di luar pesantren.
Semenjak lulus dari Sekolah Dasar saya memang ingin sekali mondok (biar pinter ilmu agama katanya) hehe, walaupun banyak sebagian orang yang menganggap pondok itu seperti penjara yang mengekang kebebasan dan banyak sekali peraturannya. Bagi saya pondok memang penjara, tapi penjara suci hehehe..
Alhamdulillah nya orang tua pun mengabulkan keinginan saya untuk mondok setelah lulus dari Sekolah Dasar. Akhirnya saya dan orang tua saya melakukan survei dari beberapa referensi Pondok Pesantren, mulai yang terdekat sampai yang jauh, dari mulai pondok salafy hingga modern.
Setelah survei ke beberapa tempat saya mendapatkan tempat Pondok Pesantren modern yang saya pikir sepertinya saya cocok di tempat ini dan saya akan nyaman berada di tempat ini, meskipun tempanya nan jauh di sana yang berbeda pulau dengan tempat tinggal saya namun semangat juang untuk melanjutkan sekolah di pesantren tidak pudar.
Hingga harinya tiba saya berangkat ke Pesantren diantar oleh keluarga besar. Hari pertama ke dua hingga bertahun-tahun hidup di pesantren, saya sangat merasa nyaman dan betah karena mondok adalah kemauan saya sendiri tapi sebenernya walaupun tekad saya untuk mondok sangat tinggi tetap saja ada sedikit hawa pengin pulang ke rumah hehee.

Dokpri
Dokpri

Saya berada di pesantren selama 6 tahun, mulai dari SMP hingga SMA. banyak sekali pengalaman serta kesan yang saya dapat selama di pesantren, bagi saya pondok pesantren memberikan pelajaran yang sangat berarti. Hidup di pesantren mengajarkan saya bagaimana hidup mandiri, jauh dari orang tua, adik, saudara, bahkan kerabat yang selalu menemani.
Mungkin di pondok pesantren saya tidak merasakan kasih sayang secara langsung dari orang tua, namun istimewanya di pondok pesantren kita begitu merasakan kasih sayang dan kebersamaan dengan teman-teman yang sudah seperti keluarga sendiri.
Kegiatan di pondok sangat padat, mulai dari jam 3 pagi bangun untuk salat malam, dilanjut ke masjid untuk salat berjemaah subuh, setalah itu bersiap-siap untuk ke sekolah, kebetulan pondok pesantren yang saya tempati adalah pondok pesantren modern jadinya ada sekolahnya, sepulang sekolah saya rapi-rapi untuk persiapan mengaji sore.
Ya sebenernya hidup di pondok itu enak, cuma belajar, sekolah, ngaji, makan, tidur hehe tapi banyak banget orang yang gak betah tinggal di pesantren termasuk saya yang punya tekad tinggi.
Berbicara kebersamaan, di pesantren kebersamaan antara santri sangat kuat. Saya ingat, jika waktu dijenguk tiba ketika ada orang tua santri yang datang untuk mengunjungi anaknya, pasti wali santri tersebut membawakan nasi untuk anaknya serta santri lainnya yang tinggal sekamar.
Dari bungkusan itulah kebersamaan santri sangat terlihat, sebelum makan kami menyatukan bungkusan nasi itu menjadi satu sehingga bisa makan sama-sama, sampai berebut karena saking ramainya, tapi itu sudah menjadi hal biasa sehingga menjadikan sebuah kebersamaan semakin erat.
Waktu terus berjalan hingga akhirnya saya lulus dari pondok pesantren. Suka dan duka, pahit manis sudah saya rasakan selama mondok 6 tahun.
Saya bangga hidup di pesantren karena di pesantren saya sedikit tahu ilmu agama. Saya bangga hidup di pesantren karena di pesantren saya diajarkan untuk hidup sederhana.
Saya bangga hidup di pesantren karena saya bisa merasakan nikmatnya kebersamaan yang tidak bisa saya dapatkan ketika hidup di luar.
Saya bangga hidup di pesantren karena saya dididik untuk menjadi insan yang islami. Dan saya bangga hidup di pesantren karena dari pesantren saya tahu bahwasanya ilmu dunia serta akhirat harus seimbang agar tak salah melangkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun