27 Oktober 2024. Di Jl. Pintu Besar Selatan, Kota Tua Jakarta, seorang pelukis dengan kemeja lusuh duduk di antara kanvas-kanvas hasil karyanya. Wastro, pelukis asal Pemalang yang telah menekuni dunia seni lukis selama delapan tahun, menjalani profesinya dengan penuh cinta dan pengabdian. Seni bagi Wastro bukan hanya pekerjaan, melainkan wadah ekspresi diri yang menuntut ketulusan dan kesabaran, nilai yang menurutnya harus ada dalam setiap karya yang dihasilkan.
Wastro memiliki filosofi sederhana namun mendalam: "Cintailah dan hargailah karya-karya Anda." Baginya, ketika seorang seniman mencintai karyanya, mereka akan menemukan kekurangan dan kelebihannya sendiri. "Ketika kita menghargai karya kita, kita akan meningkatkan kemampuan dan keahlian kita dalam berkesenian," tambahnya. Filosofi ini mendorongnya untuk terus mengasah kemampuan dan memastikan kualitas setiap karya yang ia buat.
Sebagai sosok yang tak kenal pamrih, Wastro berbagi ilmu melukis dengan siapa saja yang berminat tanpa biaya. Bagi wisatawan yang tertarik membeli karyanya, Wastro menawarkan harga yang terjangkau, mulai dari Rp400.000 hingga Rp900.000, tergantung ukuran dan jenis media. Lukisan di kanvas ukuran 30x40 cm, misalnya, dijual sekitar Rp600.000, sementara di kertas dengan ukuran serupa seharga Rp400.000. Menariknya, banyak dari pembelinya adalah wisatawan yang berkunjung ke Kota Tua.
Dalam prosesnya, Wastro mengutamakan teknik yang menyesuaikan media. Ia menjelaskan bahwa setiap media memiliki karakteristik yang memengaruhi teknik melukisnya. "Kalau di kertas, goresannya harus halus. Beda media, beda juga cara pembuatannya," jelasnya. Tidak mengherankan jika Wastro dikenal sebagai pelukis yang sangat detail dan teliti, setiap goresan di karyanya mencerminkan ketulusan dan dedikasinya dalam seni.
Biasanya, Wastro bekerja dari pukul 09.00 hingga 16.00 di area Kota Tua, tetapi ia juga kerap melanjutkan pekerjaan di rumah jika pesanan banyak. Kendati pesanan kadang menumpuk, ia tetap mengutamakan kualitas dan ketelitian setiap lukisan yang dihasilkan.
Di tengah kesibukannya, Wastro tetap berusaha menyampaikan pesan inspiratif bagi generasi muda yang tertarik pada dunia seni. Ia berharap mereka juga dapat mencintai dan menghargai setiap karya yang dihasilkan, karena menurutnya, hanya dengan rasa cinta dan penghargaan itulah seorang seniman dapat terus berkembang. "Jika kita benar-benar mencintai karya kita, kita akan temukan makna di dalamnya," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H