Jakarta -- Seruan "All Eyes On Rafah" menggema di media sosial dengan lebih dari 30 juta kali dibagikan dalam 24 jam terakhir. Kampanye ini mengajak dunia memusatkan perhatian ke Rafah, Gaza Selatan, sebagai bentuk dukungan terhadap warga Palestina.
Menurut NBC News, gerakan ini berawal dari komentar Rick Peeperkorn, Direktur WHO untuk Wilayah Pendudukan Palestina, pada Februari 2024. Peeperkorn mengungkapkan "All Eyes On Rafah" setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana evakuasi ke kota tersebut, menyusul serangan yang ditargetkan untuk menghapus benteng terakhir militan Hamas.
Seruan ini semakin menguat setelah serangan udara Israel pada 26 Mei 2024 yang menewaskan setidaknya 50 warga sipil Palestina di Rafah. Petugas medis Gaza melaporkan ratusan warga terluka akibat pecahan peluru dan luka bakar. Israel mengklaim serangan tersebut sebagai kecelakaan, dengan tujuan awal membunuh dua militan senior Hamas.
Organisasi kemanusiaan seperti Save the Children, Oxfam, dan Jewish Voice for Peace turut menyuarakan "All Eyes On Rafah" dalam aksi-aksi protes di berbagai kota besar dunia seperti Paris, London, dan New York.
Gambar tenda-tenda pengungsian dengan tulisan "All Eyes On Rafah" tersebar luas di Instagram dan TikTok, dengan puluhan juta penayangan dan ribuan postingan yang menjadikannya trending. Gerakan ini menyoroti penderitaan lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina yang mencari perlindungan dari konflik yang terus berlanjut di Gaza.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H