Mohon tunggu...
Muamar Antusias Al Khasan
Muamar Antusias Al Khasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Manajemen UIN Raden Mas Said

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Strategi UMKM Menaikan Keuntungan; Penerapan Penentuan Biaya Variabel (PBV) dan Penentuan Biaya Penuh (PBP)

11 Desember 2024   21:15 Diperbarui: 12 Desember 2024   07:16 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) menjadi tulang punggung perekomian di Indonesia, karena jumlahnya yang begitu banyak. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan UKM, ada 65 juta UMKM di Indonesia pada tahun 2024. Karena banyaknya UMKM di Indonesia menyebabkan persaingan antar UMKM menjadi ketat. Efisiensi biaya menjadi salah satu penentu UMKM mampu bersaing, serta efesiensi biaya juga mentukan keberlanjutan UMKM dan keuntungan. Karena pada dasarnya, setiap jenis usaha termasuk UMKM memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan.

Penilaian persediaan dan laporan laba rugi menjadi elemen yang penting dalam manajemen keuangan UMKM. Karena dapat menetukan efisiensi biaya, sehingga mendapatkan keuntungan yang optimal. Dalam penilaian persediaan dan laporan laba rugi ada 2 metode yang bisa digunakan yaitu metode PBV (Penentuan Biaya Variabel) dan metode PBP (Penentuan Biaya Penuh).

Metode PBV atau variable costing adalah metode penentuan harga pokok produk (HPP) yang hanya memasukan biaya varibelnya saja. Biaya variablel sendiri adalah biaya yang berubah mengikuti volume produksi, meliputi biaya untuk bahan baku, tenaga kerja yang dibayar sesuai jumlah produksi, biaya Listrik, mesin dan lain sebagainya. Artinya jika produk yang diproduksi sedikit maka biaya variabelnya juga sedikit. Sebaliknya, jika jumlah produk yang diprosuksi banyak maka biaya variabelnya juga ikut banyak.

Metode PBV memiliki keunggulan dalam membantu UMKM dalam pengelolaan biaya, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Metode PBV merupakan metode yang mudah diterapkan. Dengan metode PBV UMKM dipermudah dalam menetukan keuntungan tiap produk. Karena metode PBV hanya berfokus pada biaya variabel saja. Metode PBV bagus untuk penentuan keputusan jangka pendek, seperti keputusan untuk penentuan diskon. Karena UMKM dapat menentukan potongan harga, tetapi tidak lebih rendah dari biaya produksi.

Metode PBP (Penentuan Biaya Penuh) atau full costing adalah metode untuk memnentukan harga pokok produk (HPP) dengan memperhitungkan seluruh biaya produksi, baik itu biaya variabel maupun tetap. Biaya tetap sendiri adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh banyaknya produk yang diproduksi. Contoh dari biaya tetap antara lain sewa tempat, penyusutan, gaji manajerial, dan lain sebagainya. 

Metode PBP memiliki keunggulan yang dapat membantu UMKM dalam mengelola keseluruhan biaya produk. Metode PBP memberikan gambaran total biaya secara keseluruhan, mencakup biaya tetap, serta biaya variabel. Metode PBP cocok untuk perencanaan jangka panjang, karena metode PBP memastikan semua biaya tertutupi, sehingga UMKM dapat terus berjalan tanpa merugi dalam jangka panjang.

Langkah-langkah menggunakna metode PBV adalah sebagai berikut;

  • Identifikasi biaya varibelnya
  • HItung total biaya variabel per unitnya
  • Hitung persediaan berdasarkan biaya variabelnya
  • Susun laporan laba ruginya

Sedangkan langkah-langkah menggunakan metode PBP adalah sebagai berikut;

  • Identifikasi biaya tetap dan variabelnya
  • Hitung total biaya produksinya
  • Nilai persediaan berdasrkan biaya penuh
  • Susun laporan laba ruginya

Untuk mempermudah memahami metode kemudian menerapkan metode PBV dan PBP ada contoh penerapan metode PBV dan PBP untuk penilaian persediaan dan laporan laba rugi pada salah satu UMKM yang memproduksi lilin aromaterapi,sebut saja UMKM Aroma.

Pada bulain ini UMKM Aroma telah memproduksi 20.000 unit, dengan sisa lilin bulan lalu sebanyak 500 unit. Sedangkan jumlah unit yang terjual adalah sebanyak 18.000 unit. Sedangkan harga untuk satu unit lilin aroma terapi adalah Rp15.000.

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain Stearic acid (olahan minyak sawit), sumbu, pewangi, gelas, pewarna, gas, dan buble wrap. Sedangkan tenaga kerja dibutuhkan untuk peleburan  pencetakan, dan pengemasan. Sedangkan terdapat juga biaya lainnya antara lain biaya penyusutan kompor dan dandang. Ada juga biaya untuk pemasaran dan admin, yang terdiri dari jaji pemasaran admin serta biaya untuk iklan. Dengan rincian biayanya adalah sebagai berikut;

Bahan baku langsung variabel

  • Stearic acid (olahan minyak sawit) = Rp1.666
  • Sumbu = Rp2.000
  • Pewangi = Rp3.000

   Total = Rp6.666                     

Biaya Tenaga Kerja langsung 

  • Upah tenaga peleburan = Rp75
  • Upah tenaga pencetakan = Rp75

  Total = Rp150                            

Biaya Overhead Pabrik variabel

Bahan penolong

  • Gelas = Rp1.500
  • Pewarna = Rp300
  • Pewangi = Rp12,5
  • Buble wrap = Rp900

Biaya BTKTL variabel :

  • Upah tenaga pengemasan            = Rp150

Total= Rp2.887,5

BOP tetap
 Biaya depresiasi :

  • Kompor 2 unit = Rp16.666 per bulan
  • Dandang 2 unit = Rp7.500 per bulan

Total = Rp24.166 per bulan

Pemasaran dan administrasi variabel

  • Iklan online unk per unit =  = Rp20

Pemasaran dan administrasi tetap

  • Gaji marketing, admin = Rp3.000.000 Per bulan

Jadi berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan penyusunan data biaya produk lilin aromaterapi Aroma sebagai berikut:

Foto Data Biaya Produk Lilin (Sumber: punya muamar)
Foto Data Biaya Produk Lilin (Sumber: punya muamar)

Penilaian Persediaan

Perhitungan biaya per unit persediaan untuk kedua metode.

Foto Biaya per Unit (Sumber: punya muamar)
Foto Biaya per Unit (Sumber: punya muamar)

Foto persediaan akhir (Sumber: punya muamar)
Foto persediaan akhir (Sumber: punya muamar)

Metode PBV

Biaya persediaan akhir (2.500 unit x Rp9.703,5)                  Rp24.258.750

Metode PBP

Biaya persediaan akhir (2.500 unit x Rp9.719,7)                  Rp24.299.250

Laporan Laba Rugi Metode Penentuan Biaya Variabel 

Foto Laporan Laba Rugi (Sumber: punya muamar)
Foto Laporan Laba Rugi (Sumber: punya muamar)

Laporan Laba Rugi Metode Penentuan Biaya Penuh (PBP)

Foto Laporan Laba Rugi (Sumber: punya muamar)
Foto Laporan Laba Rugi (Sumber: punya muamar)

Jadi dari perhitungan yang telah dilakukan biaya per unit lilin jika mengguankan metode PBV adalah Rp 9.703,5 per unit, sedangkan bila mengguankan metode PBP adalah Rp 9.719,7. Lalu UMKM Aroma menjual lilin aroma terapi sebanyak 18.000 unit dari unit yang diproduksi sebanyak 20.000, dan persediaan awal sebanyak 500 unit. Sehingga jumlah laba operasi dari metode PBV laba operasinya sebesar Rp91.652.834, sedangkan pada metode PBP laba operasinya sebesar Rp91.685.400.

Setelah diketahui biaya produksinya maka UMKM Aroma dapat dapat menetapkan harga jual yang sesuai. Selain itu UMKM juga dapat memberikan diskon namun tetap memperoleh keuntungan. Diskon ini dapat meningkatkan jumlah penjualan dan memperoleh keuntungan lebih. Selain itu juga dapat melakukan efisiensi dengan menentukan bahan produksi sesuai kebutuhan. fokus pada produk yang memberikan laba yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun