PENYAMPAIAN PENDIDIKAN SEKSUAL PADA ANAK DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI
1. Sefi Arini Damayanti, 2.Qurratun Nida Syafniwati, 3.Kahfi Makiya Yudhistira, 4.Rohmatus Sahri.R.
sefiarini9@gmail.com, nidasyafni@gmail.com , kahfimakiyayudhistira@gmail.com, rohmatussahri@gmail.com
Kekerasan seksual pada anak beberapa tahun belakangan ini semakin marak terjadi sehingga membuat miris bagi orang tua, pendidik, maupun praktisi pendidikan, karena hal tersebut akan berdampak bagi masa depan anak. Pendidikan seksual merupakan suatu keterampilan dan pengetahuan yang perlu diberikan sedini mungkin kepada anak mengenai perilaku seksual untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi di masa depan, seiring bertambahnya usia serta membentuk karakter dan pola perilaku agar mampu terhindar dari perilaku-perilaku yang beresiko terhadap pelecehan seksual maupun perilaku seksual menyimpang.
Pendidikan seksual merupakan topik yang seringkali dianggap tabu dan sensitif untuk dibahas pada kalangan umum, terutama dalam konteks anak-anak. Namun, pendidikan seksual yang tepat dan sesuai usia sangat penting untuk melindungi anak dari berbagai risiko, termasuk pelecehan seksual. Dalam pandangan psikologi, penyampaian pendidikan seksual pada anak perlu dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan aspek perkembangan psikologis anak. Pendidikan seksual sangat penting bagi anak karena hal tersebut merupakan proses pengajaran dan pembelajaran yang difokuskan pada pengajaran dan pembelajaran berbasis kurikulum tentang aspek kognitif, emosional, fisik dan sosial seksualitas. Tujuan pendidikan seksual untuk membekali dan menyadarkan anak pentingnya menjaga kesehatan, kesejahteraan dan martabat mereka dengan cara penanaman perlindungan diri dalam mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang baik. Dengan memberikan pendidikan seksual yang tepat, anak akan:
● Lebih memahami tubuhnya: Ini membantu anak merasa nyaman dengan tubuhnya dan mampu mengenali jika ada sesuatu yang tidak beres.
● Memiliki batas yang jelas: Anak akan belajar tentang batas-batas yang sehat dan tahu bagaimana mengatakan "tidak" jika merasa tidak nyaman.
● Mencegah pelecehan seksual: Dengan pengetahuan yang cukup, anak lebih mampu melindungi diri dari berbagai bentuk pelecehan. ● Membangun hubungan yang sehat: Pendidikan seks membantu anak memahami konsep hubungan yang sehat dan saling menghormati.
Pendidikan seksual pada anak merupakan langkah penting dalam membangun kesadaran diri, kesehatan mental, dan hubungan sosial yang sehat. Dalam perspektif psikologi, penyampaian pendidikan seksual yang tepat dapat mencegah perilaku berisiko, membentuk pemahaman yang benar tentang tubuh, serta meningkatkan kemampuan anak untuk menghadapi situasi yang berkaitan dengan seksualitas secara bijaksana. Namun, masih terdapat stigma dan tantangan budaya yang menghambat penerapannya secara efektif. Pendidikan seksual membantu anak mengenali fungsi tubuh secara sehat, memahami batasan pribadi, serta menghargai diri sendiri dan orang lain. Anak yang memiliki pengetahuan yang baik tentang seksualitas cenderung lebih percaya diri dalam menjaga kesehatan fisik dan emosional mereka (Santrock, 2021). Pengetahuan ini juga memberikan fondasi bagi anak untuk memahami konsep consent atau persetujuan dalam interaksi sosial, yang menjadi aspek penting dalam hubungan interpersonal di masa dewasa. Selain itu, pendidikan seksual yang diberikan sesuai usia anak dapat mencegah perilaku berisiko dan membantu anak mengenali serta menghindari situasi berbahaya, termasuk pelecehan seksual. Dengan kemampuan ini, anak juga menjadi lebih proaktif dalam melaporkan tindakan yang tidak pantas kepada orang dewasa yang dipercaya, sehingga menciptakan perlindungan tambahan terhadap kekerasan seksual.
Pendekatan psikologi sosial menyoroti bahwa stigma seputar pendidikan seksual dapat menimbulkan ketidaktahuan dan rasa malu yang berlebihan. Ketidaktahuan ini sering kali berujung pada mitos-mitos tentang seksualitas yang dapat membingungkan anak. Dengan mendekati topik ini secara terbuka dan empatik, orang tua dan pendidik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk bertanya dan belajar tanpa rasa takut. Hal ini juga membantu anak membangun pola komunikasi yang sehat dengan orang tua atau figur otoritas lainnya. Sebagai contoh, anak yang terbiasa berbicara tentang tubuh dan seksualitas secara positif akan lebih mudah mencari bantuan ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman atau berbahaya.
Namun, budaya dan norma sosial sering kali menjadi penghalang dalam implementasi pendidikan seksual. Sebuah studi oleh WHO (2021) menyatakan bahwa banyak orang tua merasa tidak nyaman membahas topik ini dengan anak-anak mereka. Hal ini sering kali disebabkan oleh ketidaktahuan orang tua sendiri atau anggapan bahwa pendidikan seksual akan "mengundang" perilaku seksual dini. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan pendidikan seksual justru lebih cenderung menunda aktivitas seksual hingga mereka merasa siap (WHO, 2021). Oleh karena itu, diperlukan pelatihan dan panduan yang dapat membantu orang tua menyampaikan informasi secara efektif, termasuk melalui media yang relevan dan sesuai dengan budaya setempat. Sekolah juga dapat berperan sebagai fasilitator utama dalam memberikan pendidikan seksual berbasis sains yang dapat diterima oleh masyarakat luas.