Saat ini masyarakat Indonesia sedang dijejali oleh informasi perpolitikan dalam negeri terkait dengan calon Presiden dan Wakil Presiden. Setiap hari media massa memanfaatkan momentum politik yang akan memasuki Pilpres di tahun 2024. Tiada hari tanpa perbincangan kegiatan politik terkait calon Presiden dan Wakil Presiden. Semua partai pengusung Capres dan Wapresnya bekerja keras mengoptimalkan mesin utama mereka yaitu media massa untuk menarik perhatian dan menggiring publik kepada calonnya.
Disinilah periode kritis kehidupan politik berbangsa dan bernegara dalam berdemokrasi. Â Suatu tahapan penting dan berisiko tinggi bagi keberlanjutan suatu negara khususnya negara Indonesia yang sedang berkembang. Â Kedewasaan masyarakat dalam berpartisipasi menentukan calon pemimpin bangsa adalah kunci keberhasilan yang fundamental. Â
Tanpa kedewasaan berdemokrasi dalam proses pemilu maka keberlanjutan kehidupan bangsa dan bernegara akan terhambat. Potensi terjadinya stagnasi bahkan kemunduran suatu bangsa sangat mungkin jika tidak ada kedewasaan berdemokrasi.
Analogi kedewasaan pribadi seseorang yang dilihat dari kematangan berpikir dan pengendalian emosi dapat juga dijadikan illustrasi sebuah kedewasaan demokrasi masyarakat. Kematangan dalam menentukan pilihan yang dipengaruhi oleh nalar dan hati nurani jernih merupakan indikator pemilih yang dewasa. Â
Masyarakat bukan lagi seperti anak-anak yang labil dan mudah diiming-iming atau dimanipulasi emosinya agar menuruti kemauan pihak lain yang mempengaruhinya. Tetapi masyarakat saat ini sudah mulai mampu mengolah informasi siapa yang akan menjadi pemimpin bangsa berdasarkan pertimbangan rasional dan bukan emosional. Â
Dalam hal ini peran Media massa amat penting yaitu mendewasakan masyarakat. Â Pihak media dan lembaga terkait perlu mengedepankan peran idealismenya dalam mencerdaskan bangsa. Antara lain adalah mendewasakan masyarakat dalam berpartisipasi saat menentukan pilihannya. Â
Suatu masyarakat yang secara rasional mempertimbangkan dan memutuskan pemimpin bangsa.  Oleh karena itu narasi manipulatif dan subyektif yang menyasar pada emosi masyarakat seperti menstimulasi sentimen ras dan agama adalah justru mengacaukan proses  kedewasaan masyarakat. Partai politik dengan perangkat medianya sebagai mesin pemenangannya akan dipandang sebagai penghianat bangsa yang beradab jika mempermainkan emosi masyarakat. Â
 Tetapi Partai politik yang berwibawa dan dihormati adalah mereka yang bertanggung jawab dalam mencerdaskan masyarakat.  Dan narasi yang dilemparkannya adalah catatan dan pembeberan fakta atau bukti sebuah karya dari calon pemimpin yang diusungnya.  Masyarakat diajak mempertimbangkan semua prestasi yang telah dibuktikan oleh calon yang diusungnya.  Apapun karya dan prestasi yang pernah dicapainya dalam pengalaman hidup sebagai seorang pemimpin merupakan basis pertimbangan rasional masyarakat.Â
Prinsip kejujuran dari sebuah narasi sangatlah penting saat ini karena masyarakat yang berhati nurani jernih akan mudah membedakan mana info yang tulus dan bulus. Â Kedewasaan masyaarakat sudah semakin bertumbuh dan tidak akan mudah lagi diombang-ambingkan narasi manipulatif. Â Terlebih pemilih mayoritas pemuda yang jauh lebih cerdas dan cermat dalam memilah informasi tulus dan bulus. Oleh karena itu narasi yang berlandaskan bukti/fakta karya dan prestasi (evidence base) seorang calon pemimpin bangsa sangat dinantikan dalam menyambut Pilpres 2024.