Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sikap Permisif Menyuburkan Karakter Buruk

11 Juli 2023   11:00 Diperbarui: 11 Juli 2023   11:10 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi saling memaki (www.freepik.com)

Pembentukan karakter kepada generasi baru diabad digital semakin menjadi tantangan besar bagi Keluarga, Masyarakat dan Negara. Pola pengasuhan anak saat ini sedang menghadapi saingan (kompetitor) dahsyat dari media digital.  Pesan dan nasihat para orangtua yang mengajarkan perilaku dan kebiasaan baik kepada anak mereka tersaingi oleh pesan dan narasi visual di media sosial yang amat merajuk dan memikat dunia anak dan remaja. Bahkan porsi dan intensitas waktu yang mereka berikan semakin besar kepada media digital.  Tidak sedikit generasi muda sudah terikat (adiktif) dengan kegiatan di dunia digital. 

Disinilah peran keluarga begitu vital untuk menyuburkan benih karakter baik kepada anak dan remaja.  Tradisi agama dan budaya santun keluarga merupakan asupan utama dalam menumbuhkan karakter baik. Model pengasuhan anak yang positif melalui keteladanan orangtua dan pendekatan komunikasi yang konstruktif kepada anak dan remaja dapat menyemai benih karakter baik.   

Santun (www.halodoc.com)
Santun (www.halodoc.com)
Namun asupan keluarga juga masih membutuhkan dukungan lebih luas lagi dari lingkungannya.  Antara lain adalah lingkungan disekitar keluarga lain seperti tetangga atau lingkungan RT/RW.  Sikap dan perilaku lingkungan yang serasi dengan nilai santun keluarga atau moralitas agama akan lebih mendorong tumbuhnya karakter baik bagi anak dan remaja. Demikian pula di lingkungan sekolah, tempat kegiatan anak dan remaja bermain, beraktifitas dan bersosialisasi. 

Kenyataannya saat ini sudah banyak anak dan remaja berperilaku anti kesopanan dan memberontak.  Tidak jarang mereka mengekspresikan kata-kata kotor dan juga kasar kepada sesamanya bahkan kepada orangtua atau orang yang dituakan. Saling 'membully' dan mengejek sudah menjadi budaya baik di medsos maupun dalam interaksi harian mereka. Perilaku kasar dan tidak sopan sudah mulai terbiasa ditengah keluarga dan masyarakat. Selain itu sudah semakin jarang feedback dari lingkungan terhadap perilaku mereka.  Contoh kecil Ekspresi para Youtuber (kompetitor) seperti Anjing/Anjir, Goblok, 'F*ck, dan wujud sarkasme lainnya sudah sangat umum dipakai anak dan remaja ketika menyampaikan perasaannya.

illustrasi saling memaki (www.freepik.com)
illustrasi saling memaki (www.freepik.com)

Keluarga dan lingkungan yang sudah tidak peka lagi dengan gejala ketidak sopanan ini akan menyuburkan karakter buruk anak bertumbuh. Oleh karena itu semua pihak baik keluarga dan lingkungan perlu menyadari hal ini dan melakukan 'counter' terhadap pengaruh buruk media sosial.  

Sikap permisif amat berisiko bagi pertumbuhan karakter anak.  Banyak orangtua lalai memperhatikan gejala ini karena kesibukan dan intensitas waktu bersama anak semakin singkat.  Kontrol terhadap kegiatan mereka di medsos semakin kendor dan tidak mengetahui bahwa interaksi mereka sudah demikian buruk dalam berekspresi dan juga berperilaku.

Oleh karena itu pendampingan dan feedback yang intens kepada anak dan remaja perlu dibangun ditengah keluarga dan juga masyarakat. Komitmen kualitas waktu bersama anak tidak bisa ditawar lagi dijaman digital ini.  Selain itu pengasuhan anak dalam bermedsos juga perlu dipelajari kembali oleh keluarga khususnya orangtua tradisional demi membangun penerus keluarga yang berkarakter baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun