Masyarakat Indonesia yang beragam budaya dan agama memiliki tradisi syukuran secara massal atau komunal. Sebagai masyarakat beragama atau berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa mereka mensyukuri kebaikan Sang Pemberi kehidupan yaitu Tuhan Pencipta Alam Semesta yang telah memberkati mereka melalui hasil panen tahunannya.
Dalam kehidupan masyarakat Batak yang mayoritas beragama Kristen, setiap tahun mereka mengadakan perayaan syukuran massal atas kebaikan dan pemeliharaan Tuhan. Hajat atau syukuran akbar ini disebut sebagai pesta Gotilon (Panen). Masyarakat bersukacita bersama atas hasil panen setiap tahun. Â Di saat kehidupan masyarakat masih mengandalkan pertanian baik persawahan maupun ladang setiap tahun mereka menyisihkan hasil panennya sebagai persembahan syukuran. Â Setiap keluarga dapat membawa padi, singkong, pisang, sayur mayur, buah-buahan dlsb. hasil dari usaha cocok tanam mereka ke tempat ibadah atau Gereja.
Sebagai masyarakat agraris musim kehidupan mereka melekat pada Alam dan Allah. Â Bekerja dan Beribadah menjadi kesatuan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat. Â Hasil panen adalah bagian dari pemberian Tuhan sebagai Sumber Kehidupan bukan semata hasil kerja dan jerih payah mereka sendiri. Â Oleh karena itu masyarakat meyakini mulai dari proses persemaian hingga menuai panen amat berkaitan dengan pemeliharaan Tuhan. Mereka melibatkan Tuhan mulai dari persiapan benih padi dan membawanya ke tempat ibadah memohon pemberkatan atas rencana pertanian dan juga persiapannya.
Perayaan syukuran secara komunal ini menjadi wadah kegiatan sukacita masyarakat sehingga setiap keluarga selain menyerahkan persembahannya dalam bentuk hasil panen, juga menikmati acara kebersamaan diiringi musik gondang, menari Tor Tor, dan makan bersama.Â
Di abad modern ini, masyarakat Batak sebagian besar sudah beralih dari usaha bertani ke dunia Industri. Mereka telah lama bermigrasi ke kota-kota besar di wilayah Indonesia. Â Beragam profesi dan usaha menjadi pilihan untuk melanjutkan kelangsungan hidup keluarga di perantauan.Â
Namun demikian tradisi syukuran massal ini masih tetap berlanjut hingga abad Industri. Â Masyarakat Batak di perantauan masih melaksanakan pesta syukuran bersama (Gotilon) di Gereja setiap Tahun. Perayaan komunal ini diselenggarakan dengan berbagai modifikasi dan menyesuaikan dengan kehidupan urban atau perkotaan. Esensi perayaan syukuran ini masih tetap sama hanya bentuk pelaksanaan syukuran mengadaptasi konteks disetiap komunitas.
Pada perayaan syukuran ini setiap keluarga menyerahkan persembahan syukur berbentuk uang dari hasil pendapatan kerja mereka. Persembahan ini diserahkan ke Gereja setiap Tahun. Â Dalam konteks masyarakat urban pesta ini menjadi puncak syukuran massal tahunan karena biasanya acara ini disatukan dengan Hari Ulang Tahun Gerejanya seperti contohnya HKBP Petojo. Â Gereja Batak yang berlokasi di Kyai Tapa, Jakarta Barat ini akan melaksanakan pesta Gotilon bersamaan dengan perayaan hari jadinya yang ke 65 tahun di bulan Oktober 2024.Â
Acara kebersamaan ini membutuhkan kepanitiaan khusus karena memerlukan upaya untuk melibatkan warga gereja di segala usia. Seluruh warga diajak aktif berpartisipasi dalam kemasan rangkaian acara kegembiraan yang panjang (kurang lebih dua bulan) sebelum puncaknya di bulan Oktober. Setiap kelompok umur mulai dari anak, remaja, pemuda/pemudi, ibu, bapa, dan lansia akan mempersembahkan lagu pujian. Â Pada acara puncak biasanya warga gereja melimpah ruah hadir bersukacita sambil menyampaikan persembahannya di tempat ibadah.Â
Selesai ibadah berbagai acara seni budaya dengan kolaborasi musik tradisional dan modern memeriahkan pesta raya ini. Disini juga kesempatan kelompok menunjukkan rasa suka cita dengan memberikan uang (saweran) kepada kelompok kategori anak hingga lansia yang menari (Tor Tor). Â Mereka saling memberi satu dengan lainnya. Â Nyanyian dan Tarian mendominasi pesta ini dengan menyiapkan selendang tradisional atau ulos untuk mengambil bagian dalam Tor Tor bersama.Â
Pelaksanaan pesta Gotilon di masyarakat urban umumnya berlangsung praktis dan tertata sehingga semua rangkaian acara termasuk makan bersama berjalan tertib. Namun demikian inti perayaan ini masih tetap memiliki nilai yang relevan di masyarakat modern. Tradisi pesta syukuran massal seperti Pesta Gotilon ini akan terus berlanjut ditengah perubahan nilai dan pola kehidupan modern yang semakin individualistis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H