Jawabannya adalah ada dan terus ada sekalipun perkembangan budaya individualistis modern mempengaruhinya. Â Bagi masyarakat Batak tradisi kekerabatan keluarga terpelihara kuat dalam kehidupan masyarakatnya.
Salah satu contohnya adalah keluarga Situmeang Op Raja Diam (Keturunan Moyang Raja Diam) beserta keturunannya baik yang berasal dari anak lelaki dan perempuan bergembira bersama dalam acara keluarga. Â Mereka yang lahir pada runut keturunan ke 13 walaupun sudah langka, 14, 15 masih dapat mengikat diri dalam acara kebersamaan keluarga yang di sebut Bonataon. Â Suatu acara pengucapan syukur keluarga dan antar keluarga menyambut tahun baru. Â Acara pertemuan tahunan ini selalu diawali dengan ibadah syukur bersama dan menjadi tradisi kebersamaan setiap marga Batak.
Pada acara bonataon atau istilah jaman now Family Gathering selain doa bersama, makan bersama, dan bersukaria bersama dengan nyanyian gembira khas Batak beserta sawerannya, mereka juga memanfaatkan momen dan pertemuan ini untuk menyegarkan kembali silsilah keluarga nenek moyang.
https://www.youtube.com/shorts/dr5IJ8JWaaI
Orangtua yang dituakan keluarga atau yang paling senior dari sisi usia dan keturunan akan menjelaskan silsilah keluarga kepada generasi muda.  Pada acara keluarga Situmeang Op Raja Diam  bapak H. Situmeang atau dengan sebutan ompung Lia Doli (kakek lelaki si Lia) menjadi nara sumber dan tua-tua keluarga yang dianggap lebih mumpuni menyampaikan silsilah keluarga.
Op Raja Diam ini memiliki 3 anak dan mereka menetap di kampung yang berbeda. "Opung saya berasal dari op Raja Iloan anak tengah dari op Raja Diam". Â "Sedangkan anak pertamanya adalah op Raja Saul dan yang bungsu op Raja Soadoa". Demikian penjelasan op Lia Doli kepada khususnya kaum muda generasi ke 15 Situmeang dan juga kepada semua yang hadir.Â
Setelah itu para cucu dan cicit dari moyang Situmeang yang hadir diperkenalkanlah keturunannya pada acara tersebut. Juga bagaimana mereka harus memanggilnya dengan tepat sesuai runutnya. Walaupun keluarga berasal dari keturunan moyang yang kakak beradik mereka masing-masing dapat menyebutkan panggilan kepada kerabatnya dengan tepat. Â
Lambat laun dunia semakin kehilangan kehangatan relasi kekerabatan keluarga akibat nilai kepentingan dan prioritas individu keluarga sehingga kebersamaan antar keluarga menjadi barang langka dan asing. Â Tradisi kebersamaan kekerabatan dimaknai sebagai pemborosan waktu dan dana. Terlebih bagi generasi muda jaman now yang lebih tertarik dengan dunia digital dan teknologinya. Semua dapat dijangkau dan terhubung hanya dengan perangkat dijari tangannya tanpa harus hadir, bertatap muka, berjabat tangan dan saling berangkulan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H