Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Belajar Cinta Tanpa Syarat

15 April 2022   23:15 Diperbarui: 15 April 2022   23:16 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi hipokrit (foto www.vectorstock.com)

Tidak ada Matahari diperuntukkan bagi orang atau kelompok tertentu. Ia hadir dan bermanfaat bagi orang jahat dan orang baik. Semua manusia menikmati sinarnya demi kesehatan mereka.   

Tidak ada kelompok istimewa yang diperlakukan Matahari.  Tuhan menciptakannya untuk kebaikan semua orang.  Bangsa atau masyarakat yang anti Tuhan bahkan benci Tuhanpun tetap menerima sinar Matahari dan tidak ada pengurangan sinarnya kepada mereka.  

Matahari terbit (foto wallpapercave.com)
Matahari terbit (foto wallpapercave.com)

Apa saja yang berguna bagi manusia tersedia dibumi ciptaanNya.  Tak ada pembedaan fasilitas hidup kepada manusia. Entah mereka berbuat jahat maupun baik. Semua menikmati ciptaanNya.  Semua diciptakan dan disediakan demi kebaikan manusia. 

Kebaikan diberikan atas dasar cinta Sang Pencipta. Suatu cinta yang amat berbeda dari cinta manusia ciptaanNya yang terbatas dan fana. Cinta Pencipta tak terbatas dan tanpa syarat. 

Dia memberi bukan karena menerima perbuatan baik manusia.  Dia tetap memberi meskipun manusia jahat dan tidak mengakuiNya. Matahari tetap bersinar. Bulan Bintang bercahaya. Pohon berbuah dan bunga bermekaran.

Illustrasi penciptaan (foto hearthymn.com)
Illustrasi penciptaan (foto hearthymn.com)

Namun manusia tetap berbuat jahat. Mereka tidak mampu berbuat baik. Setiap keinginan baik muncul justru yang jahat diperbuatnya. Bukan kejahatan yang nampak saja tetapi juga yang lebih spiritual. Penampilan malaikat berhati ular.

Walau ajaran agama hadir menuntun moralitas manusia. Tetapi hati manusia tetap keras membatu. Kebaikan muncul sebatas permukaan tanpa ketulusan hati. Hanya perilaku normatif manusiawi. Perilaku baik sekedar membalas kebaikan (balas budi). Kebaikan yang pamrih.  Kebaikan yang tidak murni. Kebaikan yang segera hilang jika disenggol ketidakbaikan. 

Moralitas hadir tetapi bertumbuh legalistik. Perilaku baik akibat aturan dan disiplin ketat. Bukan buah dari sebuah kecintaan pada Pencipta. Tetapi hasil dari sebuah ketakutan. Bak anak kecil yang tunduk dan taat oleh sanksi keras keluarga. Ketaatan kekanak-kanakan yaitu taat karena takut ancaman hukuman dan api neraka.  Mengubah gambaran Pencipta yang baik tanpa syarat menjadi Pencipta yang angker penuh kengerian dan sangat menuntut manusia. 

Illustrasi hipokrit (foto www.vectorstock.com)
Illustrasi hipokrit (foto www.vectorstock.com)

Juga perilaku baik yang ada maunya. Pamrih mendapat reward  Seolah kebaikan Tuhan bagai sebuah transaksi. Berbuat baik untuk mendapat untung. Ketulusan tergerus karena semua dilakukan dalam kerangka take and give. Tak melihat bahwa perbuatan baik adalah sebuah ungkapan rasa syukur.  Dan itu bukanlah prestasi spiritualnya. Melainkan buah dari kecintaan padaNya.

Moralitas pencitraan. Perilaku baik dengan motif pencitraan. Memang mereka bukan pembunuh, perampok, penzinah, penipu, dan penghianat. Tetapi pelaku kejahatan motif. Kebaikan dengan motif pamrih yaitu mengejar pengakuan dan penghormatan orang. Moralitas dengan penonjolan perilaku penampakan luar agar dilihat orang banyak melalui ritual dan simbol.

Jumat Agung adalah misteri besar dan tak terselami akal.  Tuhan turun melawat dalam rupa manusia dan langsung memberi contoh cinta tanpa syarat kepada manusia (suatu konsep Tuhan yang  taboo bagi masyarakat Yahudi atau sebuah penghujatan).  Sebuah cinta yang diwujudkan dengan penderitaan sempurna seorang Anak manusia. Menjalani kematian kemanusiaannya paling hina di kayu salib. Yang tidak kecewa dan sakit hati dianggap sejajar dengan penjahat kriminal lainnya. Bahkan menyatakan doa pengampunan bagi mereka yang telah menyiksa dan menghancurkan tubuhnya karena manusia tidak mengerti apa yang dikerjakanNya. 

Semua dilakukan atas dasar cinta sejati sekalipun dunia menolak.  Bahkan seorang muridnya menghianatinya dan menyangkalinya. 

Dan saat-saat terakhir dengan sadar Anak manusia menyerahkan nyawanya dengan mengatakan sudah tuntas. Sebuah misi agung digenapi oleh unconditional love cinta tak bersyarat yang secara gamblang dan terang benderang didemonstrasikan kepada dunia. Dan yang telah menarik perhatian seorang serdadu Romawi yang takjub menyaksikan sebuah kematian itu.

Cinta tanpa syarat adalah karya Ilahi bukan manusiawi. Belajar memahami dan mengenalnya memerlukan bimbinganNya. Suatu peristiwa yang berkaitan dengan kematian dan memunculkan kehidupan baru.  Fenomena kematian sebagai syarat menghadirkan kehidupan yang baru bukanlah sesuatu yang asing dalam pertanian. Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. 

Jadi agar kita dapat belajar melakukan cinta sejati maka kita (manusia lama) harus mati terlebih dahulu agar tumbuh manusia baru yang akan dimampukan mencintaiNya dan sesama tanpa pamrih.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun