Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Culture Shock Dua Orang Udik di Negara Paman Sam

3 April 2022   17:15 Diperbarui: 3 April 2022   17:18 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman tak terlupakan ketika berkunjung ke Seattle, Washington Amerika tahun 1997.  Saya dengan teman sekerja orang Cambodia mendapat kesempatan orientasi kerja di Kantor Pendukung Amerika. Ini merupakan kesempatan langka bagi pegawai lokal asli Cambodia.  Sedangkan saya sebagai staf asing asal Indonesia bangga dapat mempengaruhi management mengijinkan staf lokal pertama kali berkunjung keluar negeri.  

Saat itu Cambodia masih sangat bergantung pada NGO (lembaga non pemerintah) membantu kehidupan masyarakat akibat paska perang saudara. Ribuan lembaga asing hadir di Phnom Penh membuka kesempatan luas bagi masyarakat setempat bekerja serta meningkatkan kapasitasnya.  

Pada masa transisi perlakuan istimewa kepada orang asing sangat kentara di Cambodia.  Termasuk juga kedutaan Amerika di Phnom Penh yang membedakan staf asing dan staf lokal. Mereka memberikan visa 5 tahun kepada saya sebagai staf asing sedangkan staf lokal Cambodia hanya 6 bulan. 

Banyak pertimbangannya, menurut info salah satu alasannya adalah banyak kasus staf lokal berangkat ke Amerika tidak pulang kembali ke negaranya tetapi melarikan diri serta menetap disana sebagai imigran gelap.

Akhirnya kami berdua siap berangkat ke Seattle melalui Taiwan.  Suatu perjalanan penuh kejutan dan mendebarkan. Ini kunjungan kami pertama kali ke benua Amerika. Jauh-jauh hari teman saya menyicil persiapannya dengan serius.  Dia mengemas beberapa kotak ikan kering pesanan keluarga di Amerika.  

Menurut ceritanya banyak orang Cambodia menetap di Amerika akibat perang saudara di masa pembataian rezim Pol Pot Khmer Merah.  

Setibanya di Seatle-Tacoma International Airport kami melewati imigrasi dan menjadi perhatian petugas. Mereka meminta waktu khusus memeriksa barang bawaan kami. Petugas keamanan melepaskan anjing pelacaknya menciumi semua barang.  

Lalu petugas menanyakan isi kotak tersebut. Setelah membuka beberapa kotak kami diperbolehkan lanjut ke proses imigrasi.  Selesai semua prosedur keimigrasian, di ruang penjemputan kami sudah ditunggu petugas hotel.  

Kota Seattle (dokpri)
Kota Seattle (dokpri)

Sebagai orang Asia rasanya risih dilayani petugas Hotel berdasi dan berjas rapih mengangkut barang-barang kami. Sehingga kami ikut membantu mengangkatnya.  

Rasa sungkan muncul disambut ramah dan hormat oleh orang berpenampilan necis dan keren seperti bintang film Barat.  Kami berdua hanya berpandangan muka sambil tersenyum malu membiarkan petugas itu memindahkan sebagian besar barang ke bagasi mobil.

Selama perjalanan kami hanya diam membisu dan menikmati kehangatan heater didalam mobil. Diluar udara dingin dan sedikit hujan.  Sesampai di Hotel kami dijamu dengan welcome snack muffin beserta teh hangat. 

Akhirnya kami masuk kamar yang berisi dua bed besar.  Badan terasa penat dan ingin sekali segera rebah setelah penerbangan 20 jam.

Sebelum beristirahat kami mencari aqua atau air putih dikamar. Tetapi tidak ada satupun botol aqua dan juga termos air minum.  Sambil terus mencarinya kami berdua mulai mengeluh tentang fasilitas hotel yang tidak menyediakan air minum. Koq hotel sebagus ini tidak menyediakan air minum buat tamunya.

Akhirnya dengan rasa kecewa kami langsung menelpon resepsionis menyampaikan keinginan kami.  Hanya jawabannya surprise karena kami diminta ke kamar mandi dan minum dari keran yang ada disitu. Dasar orang udik kami tidak tahu bahwa semua air disana bisa diminum langsung dari keran. 

Kemudian kami membersihkan diri.  Canggung sekali rasanya mandi dengan air minum. Padahal di Cambodia air bersih sangat sulit didapatkan.  Jika kunjungan ke desa kami biasa disuguhkan minuman dari air sungai keruh. Betapa mewahnya hidup kami di Amerika.

Sungguh nyaman sekali badan ini setelah mandi dengan air hangat super bersih. Rasa pegal mulai berkurang. 

Kami mencoba menyetel TV yang tersedia dan menonton sambil rebahan.  Tiba-tiba pada pertengahan film ada adegan ciuman. Teman saya orang Cambodia tersentak dan berkomentar kenapa mulutnya dimakan. Apa maksudnya?  Saya penasaran bertanya bagaimana biasanya kamu mencium isterimu.  Dia mengatakan hanya hidung beradu hidung saja.  Oh.....begitu.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun