Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lunturnya Kepedulian Sosial

28 Maret 2022   16:30 Diperbarui: 28 Maret 2022   21:39 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ciri khas masyarakat Indonesia yang penuh kekeluargaan dan kebersamaan memudar. Semangat tolong menolong dan bergotong royong mulai jarang terlihat. Pengaruh modernisasikah? Mungkin saja. 

Memang sulit melihat peta besar keakabran Indonesia saat ini. Khusus diperkotaan, mari tengok sejenak lingkungan RT (Rukun Tetangga) sebagai super miniatur Indonesia. Disinilah kita memulainya. Sebuah wadah masyarakat majemuk budaya, ras dan agama.  Dilingkungan RT mereka bermukim bersama dan berusaha membangun lingkungan bersih, tertib, aman, nyaman, dan sejahtera.

Modernisasi memang merubah lingkungan masyarakat.  Di kota besar seperti Jakarta, pengelompokan bertambah dan bervariasi. Baik dalam kelompok sosial primer yang lebih intim seperti forum kekeluargaan maupun sekunder (kelompok yang lebih obyektif dan rasional) misalnya Koperasi. 

Ada beragam paguyuban dan kelompok budaya. Tumbuhnya getho baru seperti  masyarakat di wilayah kumuh, perumahan padat penduduk, pinggiran sungai atau rel kereta, hingga ke cluster perumahan sederhana, mewah, rusun  dan apartemen. 

Lebih kompleks lagi pengelompokan baru muncul akibat platform politik dan juga aliran agama. Tumbuh polarisasi menguat dimasyarakat. Pengalaman terakhir Pilkada lalu di Jakarta menyisakan serpihan trauma akibat arus pengelompokan berbasis SARA. 

Efek negatif seperti kebekuan dan keengganan berkegiatan bersama dimasyarakat masih terasa. Kelompok satu alergi dengan kelompok dua. Keluarga sungkan menyapa tetangganya khawatir ditolak karena berbeda keyakinan. 

Semua berharap waktu menyembuhkan friksi latent tersebut. Ternyata harapan tinggal harapan. Saat ini pola komunikasi dan interaksi masyarakat ialah baku serang bukan saling menghargai seperti dalam sebuah keluarga besar.  

Warga mengidentifikasikan dirinya kedalam dua kelompok bermusuhan Kadrun vs Cebong. Saling memaki dan menghujat mengganti kesopanan dan keakraban. Tidak jarang pemimpin masyarakat, pejabat politik dan bahkan tokoh agama terkontaminasi dengan semangat permusuhan. 

Oleh karena itu  lingkungan masyarakat ditingkat RT (bagian pemerintahan terkecil) sangat membutuhkan kepemimpinan yang peka dan peduli terhadap gejala renggangnya relasi tersebut. Relasi kaku harus dicairkan dan dihangatkan agar sikap saling membangun dan bukan menjatuhkan keluarga sendiri terwujud.   

Kepemimpinan RT dan tokoh setempat harus mampu melihat kebutuhan rohani  masyarakat yaitu suasana bathin Indonesia: keakraban dan kekeluargaan. 

Liwetan warga memelihara budaya akrab (dokpri)
Liwetan warga memelihara budaya akrab (dokpri)

Semangat kebersamaan dan keakraban khas masyarakat harus dikembalikan.  Suasana yang penuh harmoni. Dimana warga spontan ikut bergotong royong dalam kegiatan bersama baik di desa maupun di kota. Warga rela tolong menolong mengatasi kesulitan anggotanya tanpa melihat perbedaan ras dan agama.  

Mereka berembug bersama menanggulangi masalah keamanan lingkungan. Beronda malam secara bergantian. Dalam lingkungan perumahan kota banyak kegiatan kreatif melibatkan warga mendukung program masyarakat disekitarnya.    

Kini kehangatan relasi mulai suam bahkan ada yang mendingin beku. Interaksi antar warga dan tetangga berkurang. Kegiatan bersama semakin langka. Masing-masing sibuk dengan interestnya sendiri. Kekakuan perlahan mengkristal ditambah lagi dengan kepemimpinan RT dan tokoh setempat melemah. Kepekaan dan kepedulian terhadap kebersamaan hilang. Semangat gotong royong tak terawat lagi.

Polarisasi politik dan aliran agama semakin menjamur di lingkungan RT. Ruang berdiskusi dan bermusyawarah dengan sesama warga semakin sempit. Diperparah lagi oleh ekses negatif kemajuan teknologi dan informasi. 

Warga masyarakat terhipnotis media sosial, youtube, wadah digital lainnya yang sering dimanfaatkan oleh pemain dan petualang liar. Dengan kepiawaiannya para petualang mendoktrin dan memprovokasi pikiran warga.  Mereka menjadikan kanal Politik dan Agama sebagai tongkat ampuh menggiring masyarakat ke arah ideologi atau orientasi baru. 

Relasi masyarakat yang rapuh menjadi lahan subur bagi tumbuhnya radikalisme dan juga gerakan berideologi baru. Ruang ngerumpi bareng dan berinteraksi akrab lenyap.  Mereka telah kehilangan ruang mendiskusikan info atau isu baru kepada sesama dan lingkungan.  

Padahal dalam lingkungan relasi erat di masyarakat mampu mendeteksi sikap dan perilaku baru/aneh warga. Secara tidak langsung ada filter komunal berfungsi membentengi warga dari pengaruh provokasi dan doktrin yang menyesatkan. 

Salah siapakah?  Tak perlu mencari kambing hitam atas krisis keakraban di masyarakat. Kepemimpinan pada unit terkecil seperti RT perlu segera membenahi diri.  Memprioritaskan pembangunan rohani masyarakat khususnya mengembalikan keakraban dan kekeluargaan Indonesia. 

Kepemimpinan yang peka dan peduli terhadap permasalahan relasi di masyarakat diperlukan dan mendesak. Komponen ini harus difasilitasi Pemerintah agar masuk kedalam program pembangunan manusia. 

Pada tingkat mikro, pengurus RT dan tokoh setempat yang concern akan masalah ini dapat memanfaatkan kearifan lokal. Mereka tidak perlu menciptakan kembali apa yang sudah ada (reinventing the wheel) dalam tradisi budaya Indonesia. 

Hampir di semua suku atau etnis di Tanah Air memiliki tradisi membangun keakraban dan sikap gotongroyong dimasyarakatnya. Ratusan model kegiatan budaya diwariskan oleh nenek moyang mereka membangun kehidupan masyarakat yang harmonis.  

Berikut sebagian kecil contoh tradisi budaya yang membuktikan ciri khas Indonesia sebagai bangsa yang penuh keakraban, kekeluargaan dan semangat bergotong royong.

Bejamu Saman, Tradisi Turun-temurun Suku Gayo 

Tradisi Rambu Solo’ di Toraja 

Tradisi Morakka’bola di Sulawesi Selatan 

Tradisi Sinoman di Jawa 

Tradisi Nganggung di Kabupaten Bangka 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun