Setiap kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia memiliki lagu dan khas musik tersendiri. Lagu dan musik melekat dalam kehidupan dan budaya masyarakat.
Suku Batak adalah salah satu dari ribuan suku atau tepatnya 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS 2010. Seringkali suku ini diidentikkan sebagai kelompok etnik yang senang menyanyi.
Batak dan menyanyi adalah dua kata yang sinkron dan menyatu. "Bersyukur saudara saya dari batak mendapat anugerah kemahiran bisa menyanyi didukung dengan filosofi kehidupan orang batak dalam prosesi dari kelahiraan sampai dengan tutup usia diisi dengan nyanyi, baik nyanyian suka maupun duka,” kata Jaya Suprana. https://www.inews.id/lifestyle/music
Lagu merupakan komposisi kata dan musik yang mengekspresikan perasaan serta harapan atas alasan dan tujuan tertentu. Dengan melodi yang indah lagu dikonstruksi kedalam lirik atau puisi. Banyak diskusi menelusuri sejarah lagu dalam peradaban manusia dan juga beragam padangan terkait asal mula lagu hadir di dunia.
Menurut salah satu sumber sejarah, notasi musik tertua ditemukan arkeolog di sebuah lempengan tanah liat berisi tulisan nada himne menghormati raja Lipit-Ishta, Mesopotamia Selatan.
Sedangkan lirik tertua yang disepakati ahli sejarah adalah “Hurrian Hymn No. 6,” sebuah puisi kepada Dewi Nikkal di Suriah Utara sekitar abad ke 14 SM. https://www.history.com/
Sayangnya informasi dan literatur mengenai sejarah lagu Batak sangat langka didapat sehingga lagu-lagu yang diamati saat ini lebih fokus pada lagu Batak modern atau terkini. Sejumlah lagu karangan Nahum Sitomorang, Tagor Tampubolon, Siddik (S.Dis) Sitompul, Tilhang Oberlin Gultom di era 60 -70an termasuk didalamnya.
Dalam masyarakat Batak lagu berperan penting dan mempengaruhi setiap aspek kehidupan pribadi, keluarga dan komunal. Mulai dari peristiwa penting kehidupan keluarga Batak sejak kelahiran, pernikahan, dan kematian selalu ada lagu dan musik yang menyertainya.
Lagu-lagu juga berperan sebagai pupuk memelihara dan memperkuat kehidupan berbudaya di masyarakat Batak. Sehingga secara tidak langsung lirik atau kata-kata yang terkandung didalamnya berfungsi melestarikan budaya.
Kehidupan masyarakat Batak tertata dan dipengaruhi oleh Dalihan Na Tolu (Tungku yang berkaki Tiga), yang merupakan filosofis atau wawasan sosial-kultur bermasyarakat.