Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Parenting: Ketrampilan Baru atau Sikap Baru?

10 Maret 2022   15:00 Diperbarui: 10 Maret 2022   16:05 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waktu khusus bersama anak (dokpri)

Fenomena menjamurnya seminar dan pelatihan Parenting belakangan ini bisa mengindikasikan tingginya minat belajar keluarga, khususnya para orangtua, memperoleh wawasan baru dari mereka yang berkompeten dibidang Parenting - Pengasuhan anak. Sebagian orangtua merasa Parenting perlu dan penting di dalami kembali. Mereka mau menyediakan waktu dan bahkan ada yang rela mengeluarkan biaya demi mengikuti paket pelatihan yang diselenggarkan oleh lembaga profesional.  

Pemerintahpun dalam hal ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) memberikan perhatian serius mengenai Parenting. Pada tanggal 7 Juli 2021 lalu Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kemen PPPA Agustina Erni, telah melaunching  buku modul pelatihan parenting dan juga modul bagi remaja/pemuda dalam konteks Pandemi Covid19.  Acara peluncuran modul parenting ini terselenggara atas kerjasama Kementerian PPPA dan lembaga kemanusiaan Wahana Visi Indonesia. 

Pada acara tersebut panitia menghadirkan penanggap materi a.l Psikolog Alisa Wahid, Dewi Bintari psikolog PUSPAGA, figur publik Yosi Mokalu dan Asep Sopari dari Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang disambut penuh antusias.  

Kementerian PPPA terus melanjutkan inisiasi tersebut dengan mensosialisasikannya lewat jaring kerjanya yang tersebar diseluruh Indonesia. Antara lain kepada PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) yang melayani keluarga di tingkat Propinsi dan Kabupaten. Unit ini berperan strategis sebagai agen perubahan garda depan di masyarakat. Selain menjangkau keluarga mereka juga membangun jaring kerjasama dengan lembaga disekitarnya.   

Modul parenting Nasional ini menambah lagi khasanah panduan pelatihan Parenting di Indonesa. Semua pihak dan mitra terkaitnya dapat memanfaatkan materi ini sebagai pelengkap atau acuan utama bagi program pelatihan mandiri yang mereka rancang sendiri. Panduan modulnya lengkap dengan topik bahasan, petunjuk pelatihan, bahan presentasi, metode dan langkah-langkah penyampaian, poster dan berbagai referensi pendukung. 

Semangat dan gerakan bersama ini semakin memotivasi semua pihak berkolaborasi mengatasi isu kekerasan pada anak didalam keluarga dan masyarakat. Para penggiat dan lembaga yang mempedulikan masalah anak dapat menggunakan momentum ini untuk lebih mensinergikan segala upaya pemberdayaan keluarga dimasyarakat.

Namun demikian langkah positif yang berskala besar baik oleh pemerintah dan mitranya nampak tidak memiliki korelasi dengan isu kekerasan anak. Faktanya menurut laporan pemerintah kasus kekerasan semakin meningkat. Kementrian PPPA mencatat 14.517 kasus kekerasan anak terjadi sepanjang 2021. Dari jumlah itu, hampir setengahnya merupakan kekerasan seksual. Dari 45,1 persen kasus dari 14.517 kasus kekerasan terhadap anak merupakan kasus kekerasan seksual," kata Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati dalam diskusi virtual, Rabu (19/1). (artikel CNN Indonesia "14.517 Kasus Kekerasan Anak Terjadi Sepanjang 2021" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/nasional

Masalah kekerasan anak yang terjadi pada kenyataannya bukan hanya terkait dengan rendahnya kapasitas orangtua mengasuh anak. Aspek sosial budaya, ekonomi, dan kesehatan jiwa/psikologi juga mempengaruhinya. 

Pada sosial budaya misalnya, masyarakat tertentu masih mempraktikkan kekerasan dikeluarga sebagai bentuk disiplin. Praktik ini telah berlangsung turun temurun dimasyarakat tersebut. Pandangan masyarakat terhadap disiplin negatif atau hukuman keras masih dianggap sebagai sesuatu yang normatif.

Oleh karena itu pemerintah dan mitranya perlu meningkatkan kolaborasi dalam hal kajian serta pembelajaran dari proses pelaksanaan kegiatan yang mengatasi kekerasan anak dimasyarakat.  Suatu kajian yang menyeluruh untuk memperbaiki pendekatan atau intervensi program yang tepat sasaran dan terukur.

Pada sisi lainnya begitu banyak cerita menarik dari lapangan yang membuktikan terjadinya perubahan positif. Peserta pelatihan mendapat pencerahan dalam mengasuh anak setelah mengikuti rangkaian pelatihan dan pendampingan keluarga. Perubahan perspektif dan perilaku orangtua adalah salah satu indikatornya. Tidak sedikit testimoni peserta pelatihan yang mengalami pembaharuan sikap. Bahkan para orangtua yang terbiasa menggunakan kekerasan menjadi sadar dan tergugah untuk mencoba menghentikan kebiasaan negatif tersebut.   

Secara empiris pelatihan Parenting cukup menjanjikan karena langsung berdampak positif pada perubahan keluarga. Muatan modulnya dapat meningkatkan kesadaran orangtua dan juga secara persuasif mengajak mereka bepikir ulang tentang penerapan disiplin negatif (hukuman keras seraca fisik/mental/emosional pada anak) .  Mereka mendapatkan wawasan baru lainnya a.l   pengetahuan dan ketrampilan praktis yaitu menemukan bahasa cinta yang cocok dengan kepribadian anak dan anggota keluarga lainnya saat memberikan penghargaan. 

Ada pula bahasan praktis terkait prinsip berkomunikasi dengan anak seperti pendekatan dialog yang apresiatif, dan mendengakan dengan penuh empati. Hal itu dipraktekan bersama anak saat membuat aturan keluarga, jadwal kegiatan anak dengan kesepakatan bersama anak. Lalu mereka bertambah wawasannya bagaimana melindungi anak saat bermedia sosial dan mengantisipasi risiko dunia digital dlsb.  

Mereka juga akan semakin memahami peran dan tanggung jawabnya, bermitra setara antara bapak dan ibu, menjadi tim yang solid membangun keluarga khususnya mengasuh anak mereka. Itulah selayang pandang modul parenting yang ada.

Hal yang lebih penting lagi, pelatihan parenting bukanlah merupakan sebuah proses tansfer pengetahuan dan ketrampilan mengasuh anak kepada keluarga dan masyarakat. 

Kemampuan orangtua mengasuh anak tidak cukup dihasilkan oleh aspek pengetahuan dan ketrampilan mengasuh anak. Pengasuhan anak memiliki dimensi mental/spiritual yang membutuhkan perhatian dan usaha serius. Ada unsur hati atau jiwa yang akan menjadi fondasi serta faktor penentu model pengasuhan dikeluarga. Disinilah tantangannya karena model pelatihan parenting ini mengutamakan perubahan sikap atau hati.

Oleh sebab itu para orangtua penting menyadari mengapa pola pengasuhan dengan kekerasan dapat terjadi ditengah keluarga. Pola pengasuhan memakai kekerasan sangat terkait dengan pengalaman emosional dan psikis orangtua dimasa lalu. 

Bagi mereka yang mengalami peristiwa, kejadian, atau exposure kekerasan dimasa lalu atau secara spesifik diasuh dengan cara kekerasan fisik/psikis/emosi berpotensi memunculkan kekerasan kembali saat ini dan dimasa depan. Mereka menjadi 'Toxic Parents'.  Dalam studi penanganan kasus kejahatan kekerasan pada anak diteliti sebagian besar pelakunya adalah eks korban kekerasan anak. Jadi ia seperti lingkaran setan.

Dengan demikian orangtua perlu lebih dahulu membenahi dirinya dari emosi negatif akibat pengalaman kekerasan dimasa lalu. Pelatihan parenting yang menekankan aspek emosional dan psikis menjadi amat vital. Pelatihan Parenting dapat menolong peserta mengatasi belenggu kepahitan dan kekecewaan yang membekas hingga saat ini. 

Mereka dimampukan mengatasi hambatan didalam dirinya akibat pengalaman traumatis yang panjang. Bagi peserta yang mengalami traumatis berat akan mendapat penanganan khusus tenaga profesional seperti konselor psikolog.  

Kondisi jiwa mereka bisa saja terguncang atau bereaksi saat luka-luka lama mereka dibuka kembali di sesi ini. Pada topik modul mengatasi masa lalu yang bersifat pribadi dan sesitif kerjasama dengan para konselor sangatlah dibutuhkan agar kasus pada peserta traumatis berat mendapat penanganan teknis yang memadai.

Peserta mulai mengalami pemulihan hati dengan sikap terbuka dan menerima segala kepahitan dan kekecewaan. Kemudian dengan berani dan tulus memberikan pintu maaf atau mengampuni siapapun yang telah menyakitinya melalui metode reflektif dan doa sesuai dengan keyakinannya. 

Inilah awal pelajaran Parenting yang esensial yaitu memiliki sikap hati baru sebelum memulai langkah pengasuhan anak lebih lanjut. Ketrampilan parenting tanpa sikap dan hati yang baru ibarat menyanyi tanpa penghayatan. Mengasuh dengan cinta merupakan model parenting yang ideal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun