Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia tidak sedikit lembaga sosial lokal (LSM) dan juga Internasional ikut serta bersama pemerintah membangun masyarakat di wilayah yang masuk dalam kategori 3T (terdepan, terpencil, tertinggal). Mereka memberikan bantuan kepada keluarga dan masyarakat sesuai dengan kapabilitas dan bidang keahliannya.
Misalnya lembaga yang memiliki keahlian dibidang kesehatan akan menggandeng dinas kesehatan setempat menangani masalah kesehatan.
Ada pula lembaga dan INGO (International Non Government Organization) yang mampu berkontribusi di beberapa bidang keahlian seperti pendidikan, ekonomi, dan pertanian.
Semuanya memiliki maksud dan tujuan yang baik yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang dicanangkan masyarakat dunia dalam sustainable development for all.
Keluarga dan masyarakat adalah penerima manfaat utama dari bantuan tersebut. Merekalah yang menjadi sasaran program sehingga siapa dan bagaimana kondisi mereka menjadi salah satu faktor penentu untuk merancang bantuan.
Selanjutnya lembaga mendalami apa yang menyebabkan kondisi masyarakat tersebut dan mengusulkan jenis program atau bantuan yang paling efektif untuk mengatasinya.Â
Bagi kelompok masyarakat yang kondisi kesehatannya buruk akan mendapat akses bantuan atau program terkait dengan kesehatan. Lembaga akan bermitra dengan para pemangku kepentingan lainnya merancang pendekatan program yang berdampak langsung ataupun tidak langsung pada isu kesehatan masyarakat.
Kondisi lainnya seperti dikelompok anak, misalnya lembaga mengidentifikasi masalah kualitas pendidikan sekolah maka lembaga yang memililki keahlian di bidang pendidikan akan memberikan perhatian terhadap isu tersebut.Â
Namun demikian bantuan yang bermanfaat tersebut tidak steril dari ragam kepentingan yang melekat di dalamnya.
Gejala ini biasanya akan terlihat dikemudian hari setelah program atau bantuan berjalan di masyarakat dengan munculnya ekses kerumitan dan beban tambahan yang dirasakan oleh masyarakat.
Pola kehidupan masyarakat tradisional yang bersahaja dengan dinamika kegiatan mengalir alami mulai terusik dengan masuknya kegiatan-kegiatan yang terstruktur, muatan proses dari mekanisme akuntabilitas lembaga, budaya lembaga, dan gaya kerja petugas lapangan saat berinteraksi dengan mereka. Â
Konsekuensinya keluarga dan masyarakat belajar membiasakan diri dengan rangkaian kegiatan baru. Pertemuan dan proses interaksi dengan lembaga yang semakin intense baik itu terkait dengan program bantuan maupun dengan proses administrasi dan akuntabilitas lembaga pada aspek tertentu. Â
Sistematika kerja lembaga dalam hal perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporannya juga dapat mempengaruhi pola kerja tradisional masyarakat. Walaupun demikian ada nilai positifnya juga karena masyarakat menjadi lebih terampil berpikir sistematis dan semakin mampu mengelola sumber daya dan penataan waktu bila mereka sungguh-sungguh dipersiapkan dengan baik.
Setelah melewati rangkaian kegiatan program, masyarakat akan merasakan bahwa waktu dan prioritasnya semakin terserap oleh kegiatan program.
Mereka semakin banyak menyediakan waktu dan tenaga ekstra untuk memahami serta memenuhi prosedur ataupun persyaratan yang  bermunculan pada siklus pelaksanaan program.
Bahkan ekses ini akan terus meluas dan merumitkan keluarga dan masyarakat jika pekerja sosial yang mendamping mereka (frontliner) tidak peduli atau masa bodoh pada tanggung jawab mendidik masyarakat atau meningkatan kapasitas masyarakat.Â
Apalagi jika pekerja sosial tidak mampu mengharmonikan proses pelaksanaan program bantuan dengan konteks kapabilitas, karakteristik, dan budaya masyarakat setempat. Â Â
Selain itu pekerja sosial yang ditugaskan lembaga perlu juga mewaspadai sikap bias yang ada pada dirinya. Mereka perlu menyeimbangkan sikap kerjanya antara keberpihakannya pada masyarakat dan keberpihakannya kepada lembaga. Idealismenya melayani masyarakat dan karirnya di lembaga perlu berjalan beriringan.
Ambisi mengejar prestasi dan kinerja agar diapresiasi lembaga tidak boleh mengorbankan idealisme pendampingan kepada masyarakat melalui proses pembelajaran yang penuh kesabaran dan pengorbanan.
Keseimbangan ini perlu dijaga dan diperhatikan agar kontribusi lembaga kepada masyarakat tidak menyisakan kerumitan yang tidak perlu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H