Mohon tunggu...
Muallifah S. Madani
Muallifah S. Madani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

Selalu tertarik dengan Stand Up Comedy yang mengangkat isu pendidikan, sosial, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Jika Menulis Tidak Mudah, Tentukan Langkah!

21 Mei 2023   21:09 Diperbarui: 21 Mei 2023   21:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: iPusnas

Judul                       : Generasi Menulis

Penulis                  : Ahmad Rifa'i Rif'an

Penerbit                : PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia

Kota Terbit          : Jakarta

Tahun Terbit      : Digital, 2021

ISBN                       : 978-623-00-1406-2

Tebal Halaman : 226

Kenapa seorang mahasiswa kedokteran setelah lulus pasti menjadi dokter? Sedangkan mahasiswa jurusan sastra Indonesia, belum tentu menjadi penulis atau kritikus sastra? Maka sebaiknya pertanyaan ini menjadi bahan renungan bagi kita, kenapa ya? Kenapa bisa terjadi?!

Realita yang mungkin tidak pernah kita tanyakan sebelumnya, belum sempat terfikirkan karena sibuk menyalahkan orang tua yang memaksa kita untuk memilih jurusan sesuai dengan pilihan mereka, sibuk menyalahkan dosen, sibuk hangout bersama teman kampus, dan lain sebagainya.

Pertanyaan tersebut dicantumkan oleh Rifa'i Rif'an pada pendahuluan buku ini, dia sengaja meletakkan di awal supaya kita semua, calon penulis buku best seller, merenungi pertanyaan tersebut.

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah karena mahasiswa kedokteran sering mengadakan praktik. Sebaliknya, mahasiswa jurusan sastra belum tentu sesering mereka dalam melaksanakan praktik, baik secara pribadi ataupun karena tugas materi kuliah. 

Dean Coontz, ketika menulis pengantar untuk buku Tales of The Impossible, mengungkapkan, "Semakin sering seseorang menulis dan semakin sering pula seseorang memikirkan tulisannya, semakin bagus jugalah karyanya." (Hal.182)

Dalam upaya ingin konsisnten berlatih menulis, katakan kepada diri kita, "Kalau aku tidak nulis sehari saja, maka aku bakal sakit." Ibarat seseorang yang tidak makan, maka akan berkurang tenaganya untuk melakukan kegiatan hari itu, makanan jadi kebutuhan, kekuatan, begitupun dengan menulis, jadikan kebutuhan, sumber energi bagi diri kita. 

Seperti cerita penghafal al-Qur'an 30 juz, untuk menuntaskan hafalannya, maka ia harus menyetor setiap hari, jika lancar maka diperbolehkan pindah kehalaman selanjutnya, jika tidak diulang kembali, hingga akhirnya tuntas semuanya sampai akhir juz.

Setalah hafal 30 juz, maka ia mengulang kembali hafalannya (muraja'ah) untuk melekatkan hafalannya, dan begitu seterusnya. Jadi, seharusnya seorang penulis juga seperti itu, berlatih dan berlatih.

Tampaklah suatu hari nanti, langkah yang konsisten, setapak demi setapak akan menyampaikan kita pada tujuan, teruslah berjalan, jika lelah berhenti sebentar, tetapi jangan sampai menghentikan langkah karena lelah, lalu menyerah.

Maka dalam buku tersebut, Rifa'i Rif'an mengatakan, agar kita tetap konsisten menulis, maka tentukan niat untuk berbagi dalam menulis, berbagi ilmu pengetahuan, pengalama, ide, dan lain sebagainya karena siapa tahu karya yang kita tulis bisa membantu menjawab permasalahan seseorang, tidak ada yang tahu bukan?!

Jika menulis hanya mengharapkan royalti, maka ujung-ujungnya adalah kecewa jika suatu saat, royalti yang didapat tidak sesuai dengan harapan.

Setelah niat baik dan benar untuk menulis, maka menulislah suatu hal yang kita suka, karena akan membuat diri kita semangat untuk menyelesaikannya.

Berbeda jika kita menulis sesuatu yang memang tidak kita suka dan tidak kita kuasai, maka penyakit mager (Males Gerak) akan muncul, sehingga tulisan kita tidak kunjung selesai.

Lalu, Rifa'i Rif'an juga menyarankan agar kita menulis dengan hati, totalitas dalam berkarya karena hal itu akan mampu menciptakan sebuah karya yang hebat, dan akan sampai juga kepada hati para pembacanya.

Kemudian, yang juga tidak kalah penting dalam penulisan adalah pemilihan kata (diksi), menurut Rifa'i Rif'an hal itu adalah salah satu syarat penting agar bahasa dalam tulisan kita berbobot, bagaimana caranya memilih diksi yang bagus? Dengan cara, menguasai banyak kosakata, lalu memilah dan memilih kata mana yang tepat untuk dimasukkan dalam kalimat yang kita tulis.

Maka dari itu, kunci menjadi seorang penulis adalah 'MEMBACA', mengutip perkataan Maman Suherman, penulis buku best seller, Aku Menulis Maka Aku Ada, mengatakan, "Kunci menulis itu B.I.R, Baca, Iqra', dan Read."

Jangan sampai karena tidak membaca kita melewati informasi-informasi yang seharusnya kita ketahui atau kosakata-kosakata yang seharusnya kita kuasai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun