Jawaban dari pertanyaan di atas adalah karena mahasiswa kedokteran sering mengadakan praktik. Sebaliknya, mahasiswa jurusan sastra belum tentu sesering mereka dalam melaksanakan praktik, baik secara pribadi ataupun karena tugas materi kuliah.Â
Dean Coontz, ketika menulis pengantar untuk buku Tales of The Impossible, mengungkapkan, "Semakin sering seseorang menulis dan semakin sering pula seseorang memikirkan tulisannya, semakin bagus jugalah karyanya." (Hal.182)
Dalam upaya ingin konsisnten berlatih menulis, katakan kepada diri kita, "Kalau aku tidak nulis sehari saja, maka aku bakal sakit." Ibarat seseorang yang tidak makan, maka akan berkurang tenaganya untuk melakukan kegiatan hari itu, makanan jadi kebutuhan, kekuatan, begitupun dengan menulis, jadikan kebutuhan, sumber energi bagi diri kita.Â
Seperti cerita penghafal al-Qur'an 30 juz, untuk menuntaskan hafalannya, maka ia harus menyetor setiap hari, jika lancar maka diperbolehkan pindah kehalaman selanjutnya, jika tidak diulang kembali, hingga akhirnya tuntas semuanya sampai akhir juz.
Setalah hafal 30 juz, maka ia mengulang kembali hafalannya (muraja'ah) untuk melekatkan hafalannya, dan begitu seterusnya. Jadi, seharusnya seorang penulis juga seperti itu, berlatih dan berlatih.
Tampaklah suatu hari nanti, langkah yang konsisten, setapak demi setapak akan menyampaikan kita pada tujuan, teruslah berjalan, jika lelah berhenti sebentar, tetapi jangan sampai menghentikan langkah karena lelah, lalu menyerah.
Maka dalam buku tersebut, Rifa'i Rif'an mengatakan, agar kita tetap konsisten menulis, maka tentukan niat untuk berbagi dalam menulis, berbagi ilmu pengetahuan, pengalama, ide, dan lain sebagainya karena siapa tahu karya yang kita tulis bisa membantu menjawab permasalahan seseorang, tidak ada yang tahu bukan?!
Jika menulis hanya mengharapkan royalti, maka ujung-ujungnya adalah kecewa jika suatu saat, royalti yang didapat tidak sesuai dengan harapan.
Setelah niat baik dan benar untuk menulis, maka menulislah suatu hal yang kita suka, karena akan membuat diri kita semangat untuk menyelesaikannya.
Berbeda jika kita menulis sesuatu yang memang tidak kita suka dan tidak kita kuasai, maka penyakit mager (Males Gerak) akan muncul, sehingga tulisan kita tidak kunjung selesai.
Lalu, Rifa'i Rif'an juga menyarankan agar kita menulis dengan hati, totalitas dalam berkarya karena hal itu akan mampu menciptakan sebuah karya yang hebat, dan akan sampai juga kepada hati para pembacanya.