Mohon tunggu...
Muallifah S. Madani
Muallifah S. Madani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

Selalu tertarik dengan Stand Up Comedy yang mengangkat isu pendidikan, sosial, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Book

Menulis 1000 Ide dengan Mudah

9 Februari 2023   15:30 Diperbarui: 9 Februari 2023   15:35 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber:Diva Press Online

Judul Buku: Aku Menulis Maka Aku Ada

Pengarang/Penulis: Kang Maman

Penerbit: DIVA Press

Tahun Terbit: Cet. I, 2020

Tebal: 444 Halaman

ISBN: 978-623-293-126-8

"Tulislah apa yang kamu tahu jika kamu ingin menulis apa yang kamu tidak tahu maka membaca terlebih dahulu." (267)

Ketika Saya membaca kalimat yang ditulis oleh Maman Suherman atau akrab disapa Kang Maman tersebut, auto bilang, "Oh, iya iya, bener juga." Kemudian saya teringat dengan cerita saya sendiri di tahun-tahun sebelumnya ketika saya masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan kemudian lanjut sampai selesai kuliah, menulis menjadi momok bagi diri saya karena Ketika diminta tim redaksi Mading sekolah untuk membuat suatu karya tulisan, saya keliyengan memikirkan tema, judul, isi, referensi, kata dan kalimat dan akan banyak alasan untuk menunda pemuatan tulisan di Mading lalu terbetik di hati saya, "Hm...untung hanya sebulan sekali, kalau seandainya tiap minggu atau seperti orang pakai masker wajah alias 2x seminggu, mending aku keluar saja dari keanggotaan Mading."

Menulis bukan ranah saya saat itu, tepatnya di tahun 2011. Jika ditanya tentang tulisan, saya menyodorkan buku tulis pelajaran saya sehari-hari. Namun, kemudian saya dikenalkan dunia tulis-menulis oleh salah seorang ustadz saya ketika duduk di bangku kelas VII MTs. Beliau meminta kami, anggota kelas VII waktu itu untuk membuat Mading kelas dengan kolom yang bermacam-macam. Satu papan yang sudah kami hias sedemikian rupa berisi 4 kolom. Diantaranya; Puisi, opini, cerita bergambar (Cergam), dan cerita pendek (Cerpen).

Sejak saat itu saya baru tahu ternyata cerita yang sering saya tulis di buku diary bergembok zaman dulu itu ternyata bisa dibuat cerpen dan kata-kata indah dengan rangkaian kata diksi dan metaforanya, namanya itu puisi. Sedangkan pendapat yang sering kita utarakan ketika mulai berdebat dengan teman karena ketidaksetujuan kita atau keselarasan pemikiran atas suatu permasalahan, ketika ditulis bisa menjadi sebuah opini. Namun, setelah sedikit tahu tentang hal itu, kami diminta menulis setiap bulan untuk mengisi Mading kelas itu. Jika memang punya karya lebih karena produktif menulis bisa ditempelkan saja setiap hari tidak apa-apa.

Kami yang baru mengenal nama-nama karya tulis itu cukup kewalahan karena juga dikejar deadline dan kami wajib mengisi Mading tersebut dengan istiqomah, sesuai dengan kesepakatan bersama. Tidak sedikit teman-teman yang telat mengumpulkan karyanya termasuk saya, hihihi karena selain tidak memiliki bahan kata yang cukup banyak, kami juga susah untuk memunculkan ide tulisan. Terkadang sampai kami pergi menyusuri sawah-sawah, bukit-bukit lalu duduk dibawah pohon asam, kelapa atau pohon bambu berharap ide-ide itu muncul dengan ajaib.

Sejak saat itu saya dan teman-teman mulai menulis seadanya dan sebisanya. Masih jauh kata dari sempurna, bahkan mungkin ketika saya duduk di bangku kuliah, menulis tetap dijadikan hanya sebatas tugas, yang biasanya masih juga ditunda untuk mengerjakannya, menunggu sampai deadline di depan mata. Namun, pada akhirnya saya sadar akan sebuah hal dari buku Kang Maman ini. Bahwa menulis itu adalah tentang apa yang kita tahu, dengan kata yang mudah dan dapat dimengerti. Beliau mengatakan, "menulis yang susah dimengerti itu mudah. Menulis yang mudah dimengerti itu susah."

Kesulitan saya dalam menuangkan ide menjadi sebuah tulisan berlangsung cukup lama lama bahkan sampai sebelum bertemu dengan buku ini namun kemudian masalah yang selama ini kualami dalam dunia penulisan akhirnya terjawab melalui buku ini. Buku ini mengajarkan bagaimana cara untuk mengail ide tersebut, salah satunya yaitu dengan hal-hal yang ada di sekitar kita dengan kita melihat, mendengar dan merasa, kita tulis saja terlebih dahulu apa yang ada dan ketahui, beliau mengatakan, "ikatlah dengan tulisan, kuatkan dengan perasaan," kemudian dilanjutkan dengan kata dari seorang tokoh, "ilmu bagaikan hewan buruan, tali pengikatnya adalah tulisan. Ikatlah hewan buruan, dengan sekuat-kuat ikatan."

Dalam media sosialnya beliau kerap kali menulis apa yang beliau lihat, dengar, dan rasakan di lingkungan sekitarnya seperti tentang suasana sholat di rumah, moda transportasi, suasana di pantai atau di laut, dan masih banyak yang lainnya contoh-contoh tulisan yang sudah pernah beliau publikasikan dengan mengambil ide-ide dari sekitar. Maka kemudian beliau juga menyertakan bonus poster 100 ide dalam 24 jam. Di dalamnya berisi tentang semua kegiatan yang beliau lakukan sejak dini hari sampai malam lagi dan semua kegiatan tersebut bisa dibuat ide tulisan.

Kemudian Kang Maman melanjutkan kalimatnya dari halaman yang sama (267). Kata beliau, teringat sebuah tulisan tentang seorang penulis dan jurnalis asal Amerika Serikat, Albert Payson Terhune (1872-1942). Ia menulis dalam novel pertama, "Lad: A Dog" dicetak ulang 80-an kali. Padahal, ia "Hanya menulis" tentang kehidupan anjing collie miliknya, yang bernama Lad, bukan semata karena itu anjingnya. Tapi sang jurnalis ini, juga seorang peternak anjing collie di Sunnybank, New Jersey, Amerika Serikat. Setelah "Lad: A Dog",  ia menulis 30 an novel lainnya dan semua berkisah tentang anjing.

Jadi, lanjut Kang Maman, peternak ikan hias, ayam, bebek, kambing, sapi, kerbau, petani, peladang, petani sayuran hidroponik di halaman rumah yang sempit, pelayan di warung tegal, penunggu toko pecah belah dan peralatan rumah tangga, penjual combro dan misro, kalian semua sudah punya modal besar untuk menulis karena kalian tentu paling tahu ribuan detail tentang apa yang kalian lakukan. Juga tentang konsumen kalian yang datang silih berganti dengan membawa karakternya masing-masing. Tulislah!

Oleh karena itu, menulislah! karena setiap tindakan atau perilaku kita bisa menjadi ide tulisan. Terutama suatu hal yang kita tahu atau bahkan sampai ahli di bidang tersebut. Ide, kata, pikiran buntu dan lain sebagainya yang sering sekali ditemui oleh seorang penulis bukan hambatan sehingga membuat kita berhenti menulis karena seribu cara bisa kita lakukan untuk menaklukkan semua itu. So, membaca, membaca, membaca lalu menulis, dan menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun