Mohon tunggu...
muaiyadah
muaiyadah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Post Graduate Stud

Psychology Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Antara Kata dan Makna: Bilingualisme sebagai Seni Berbahasa dan Berbudaya

2 Februari 2025   15:01 Diperbarui: 2 Februari 2025   15:00 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Contoh Sapaan dalam Berbagai Bahasa (Sumber: Freepik)

Kemajuan zaman dan teknologi yang memungkinkan kita untuk saling terhubung tanpa batas jarak dengan orang lain di seluruh penjuru dunia menjadikan kemampuan bilingual sebagai salah satu aset penting yang perlu dimiliki. Dengan lebih dari setengah populasi dunia yang mengidentifikasi diri sebagai bilingual, kemampuan ini tidak hanya memudahkan komunikasi antarbudaya tetapi juga memperkaya pengalaman individu dalam memahami berbagai perspektif dan nilai-nilai yang berbeda. Bilingualisme memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan lebih banyak orang, memperluas jaringan sosial, dan meningkatkan peluang karir di pasar kerja yang semakin kompetitif. 

Lebih dari sekadar kemampuan berbahasa, bilingualisme mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang budaya yang berbeda, yang merupakan inti dari interaksi sosial yang efektif. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa bilingualisme bukan hanya soal bahasa, tetapi juga tentang menyelami budaya yang berbeda.

Sebelum membahas lebih jauh tentang keterkaitan bilingualisme dan budaya, sebenarnya apa yang dimaksud dengan bilingualisme? Sederhananya, bilingualisme mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggunakan dua bahasa, baik secara aktif maupun pasif. Bilingualisme aktif berarti bisa berbicara dan menulis dalam dua bahasa dengan lancar, sementara bilingualisme pasif meliputi kemampuan memahami bahasa lain tanpa bisa berbicara atau menulis dengan baik. 

Dalam kehidupan sehari-hari, menjadi bilingual tidak selalu berarti seseorang mahir menggunakan kedua bahasa dengan tingkat yang sama. Sebaliknya, kemampuan dalam kedua bahasa tersebut bisa bervariasi, mulai dari sangat lancar hingga hanya memahami dasar-dasarnya saja. Di banyak negara multibahasa seperti Kanada, India, Singapura, dan Indonesia, berbicara menggunakan lebih dari satu bahasa bukanlah sesuatu yang langka, melainkan hal yang biasa dijumpai. Hal ini menunjukkan bahwa bilingualisme sangat umum dan menjadi bagian penting dari kehidupan sosial di berbagai belahan dunia.

Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan budaya suatu masyarakat. Kata-kata, struktur bahasa, dan cara penyampaian dalam bahasa tertentu mencerminkan nilai-nilai dan tradisi yang dianut oleh komunitas tersebut. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat istilah "sopan santun" yang mencerminkan nilai-nilai kesopanan dan etika dalam berinteraksi. Penggunaan kata "anda" dan "kamu" menunjukkan tingkat formalitas dan rasa hormat yang berbeda kepada lawan bicara, tergantung pada konteks sosial dan hubungan antara individu. 

Selain itu, penggunaan bahasa daerah seperti bahasa Jawa dengan berbagai tingkatan (ngoko, madya, krama, dan krama inggil) atau yang dikenal dengan istilah unggah-ungguh (biasa digunakan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya) juga menggambarkan pentingnya hierarki serta rasa hormat dalam budaya masyarakatnya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memahami bahasa Indonesia secara mendalam, seseorang perlu memahami budaya dan norma sosial yang mendasarinya. Atau sebaliknya, seseorang dapat belajar tentang budaya suatu masyarakat dari struktur dan tata bahasa yang digunakan.

Menurut teori Sapir-Whorf yang dikenal sebagai hipotesis relativitas linguistik, bahasa yang kita gunakan memengaruhi cara kita berpikir dan memahami dunia. Misalnya, ungkapan emosi dalam berbagai bahasa menunjukkan perbedaan dalam cara masyarakat memandang dan mengekspresikan perasaan, yang sering kali menjadi bagian penting dari identitas budaya seseorang. Orang yang bilingual biasanya punya cara bercerita yang khas, yang menunjukkan pengalaman budaya mereka. 

Bagi mereka yang bilingual, bercerita bukan hanya sekadar menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga menciptakan cerita yang selaras dengan budaya masing-masing. Cerita ini menjadi sarana untuk mengekspresikan budaya dan memperkuat identitas, sekaligus menunjukkan bagaimana kemampuan berbahasa membantu memahami budaya dengan lebih baik.

Salah satu manfaat bilingualisme adalah kemampuan untuk berpikir dan beradaptasi dengan cepat. Orang bilingual bisa menyesuaikan bahasa yang mereka gunakan sesuai dengan situasi sosial dan budaya yang ada. Kemampuan ini bukan hanya tentang bahasa, tetapi juga menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang norma dan nilai yang ada dalam setiap budaya. Fleksibilitas ini memudahkan mereka untuk mengeksplorasi berbagai budaya dan memperkaya pengalaman pribadi dan sosial mereka. 

Ketika terpapar budaya baru, orang bilingual dapat memahami budaya tersebut dengan lebih baik. Semakin lama mereka berada dalam budaya baru, semakin dalam pemahaman mereka terhadap tradisi, nilai, dan emosi yang ada. Hal ini sering kali membantu mereka membentuk identitas bikultural, yang menggabungkan elemen dari budaya asal dan budaya baru, serta memperkaya pandangan mereka terhadap dunia. 

Di bidang pendidikan, program bilingual telah terbukti mampu memperdalam pemahaman lintas budaya dan mengurangi stereotip, yang kemudian menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Paparan terhadap budaya baru juga membantu individu bilingual mengembangkan keterampilan sosial dan empati yang lebih baik, yang penting dalam membangun hubungan yang harmonis di lingkungan multikultural.

Namun, terlepas dari serangkaian manfaat dari bilingualisme, tidak jarang para bilingual menghadapi tantangan identitas budaya. Perbedaan dalam cara mengekspresikan emosi atau pendapat dalam berbagai bahasa dapat menyebabkan kesalahpahaman. Misalnya, beberapa budaya lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan, sementara budaya lain lebih menahan diri. 

Ketika seseorang berpindah dari satu bahasa ke bahasa lain, cara mereka menyampaikan perasaan atau ide mungkin tidak sesuai dengan harapan budaya di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebingungan atau ketegangan. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk memberikan dukungan kepada individu bilingual agar mereka bisa menghadapi tantangan dalam menjalani identitas budaya mereka dengan lebih baik. Dengan dukungan dan pemahaman yang baik, individu bilingual dapat lebih percaya diri dalam menjalani kehidupan mereka tanpa merasa terbelah antara dua budaya.

Pada intinya, bilingualisme bukan hanya kemampuan berbicara dua bahasa, tetapi juga keterampilan yang sangat berguna untuk terkoneksi dengan berbagai budaya dan memahami cara pandang orang lain. Di dunia yang semakin terhubung, bisa berbicara dua bahasa memberi banyak peluang, baik dalam hal sosial, budaya, maupun pekerjaan. Bilingualisme membantu kita memahami budaya lain dengan lebih baik, yang penting untuk menjalin hubungan yang harmonis dan inklusif. Namun, bagi beberapa orang, sering ada kesulitan dalam memahami identitas budaya mereka karena terjebak antara dua budaya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mendukung mereka agar bisa menghadapinya dengan percaya diri, tanpa merasa bingung atau terpecah antara dua budaya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun