Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Money

Lunch with Bob Sadino

10 November 2012   12:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyentrik, bicara blak-blakan, tapi humble, ramah, dan bersahaja, itu kesan yang saya tangkap dari Bob Sadino. Ya kesempatan emas dan langka bisa makan siang dengan salah satu ikon kewirausahaan Indonesia itu. Berkat kebaikan mba Naomi Susan, akhirnya saya bisa bertemu dengan beliau. Awalnya hanya untuk minta endorser untuk buku saya, akhirnya jadi dapat kesempatan ngobrol panjang lebar dan makan siang di Kemchicks, tempat usaha beliau sejak awal mula berwirausaha. Beliau langsung pesan dua cangkir kopi espresso special blend yang katanya hanya keluar kalau dia datang ke situ, dan mempersilakan untuk mencicipi. Karena keramahan beliau, suasana jadi langsung cair dan obrolan mengalir santai. “Orang kayak kamu ini langka lho”, katanya membuka percakapan. “Yang berani keluar dari comfort zone, dan berjuang untuk sesuatu yang diyakini, yang bagi orang lain mungkin belum pasti”. “Hanya orang-orang nekat yang berani seperti itu”. “Hehe... ga kok Om, saya ga senekad om seperti yang diceritain di buku ini”, sambil saya mengeluarkan buku kisah hidupnya “Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila”. Sekalian mau minta tanda tangannya. Setelah mencoretkan tandatangan, beliau tanya, “Oke ada yang ingin kamu tanyakan ga dari buku itu?” “Takjub aja Om... kok bisa cuma dari satu rumah jualan telur, berkembang jadi mal dan apartemen seperti sekarang?” “Saya hidup mengalir aja mas. Ga punya rencana. Seperti sungai, kan mengalir ke laut tanpa direncanakan.” Beliau lalu minta karyawannya untuk mengambilkan map berisi kertas buram yang dia simpan di kasir resto di area Kemchicks tersebut. “Saya kalau ngobrol biasanya sambil coret-coret.. hehe”. Lalu dia menggambar sebuah lingkaran. Di dalamnya dia tulis LANGKAH-DO IT NOW. “Nah ini akan menghasilkan AKIBAT-RESULT kan?”. “Bisa positif, bisa negatif”. [caption id="attachment_750" align="aligncenter" width="470" caption="Coretan tangan Bob Sadino"]

[/caption] “Nah sekarang kamu mau pilih result yang mana?” Saya tunjuk tanda “+” di gambar beliau. “Pasti pilih positif lah Om”. “Are you sure?” Dia menatap saya sambil terasenyum. “Iya lah Om, mana ada orang mau hasil yang negatif”. “Oke, sekarang apa yang kamu dapat dari hasil yang positif?” “Perkembangan usaha, gain, profit, uang” “That’s it 'kan? Cuma itu saja kan?” “Sekarang, di buku kamu, kamu cerita kan kalau kamu bisa seperti ini karena menghadapi banyak kendala, tantangan, perjuangan ‘kan?” “Kamu dapat ilmu, wawasan, pengalaman, pembelajaran dari hasil yang negatif, iya ga?” Saya mengangguk-angguk, mengiyakan. “Jadi sekarang kamu pilih result yang mana?” Dengan setengah hati saya jawab, “Yang negatif Om”. “Are you sure?”, sambil tersenyum lagi. Yah salah lagi nih kayaknya.. hehe. “Sebenarnya, kita tidak bisa memilih result yang akan terjadi. Positif dan negatif itu pasti akan kita alami. Satu paket. Mau tidak mau. Suka tidak suka.” Hening. Kata-katanya seperti meresap ke dalam hati saya. “Yang bisa kita lakukan hanya melakukan dengan sebaik-baiknya. Ikhlaskan hasilnya”. “Jadi apa pun hasilnya, positif atau negatif, buat orang goblok seperti saya, kita selalu dapat positif pada akhirnya. Jika positif kita dapat gain, profit, untung; kalau negatif, kita dapat ilmu dan pembelajaran”. . Bersambung ke Bagian-2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun