Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Passion Vs Realita

12 September 2012   00:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:36 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stop trying to turn your weakness into your strength. Begitu bunyi kolom UltimateU, Rene Suhardono @reneCC, saya baca di Kompas tadi pagi. Ide yg sudah sering saya dengar, cuma pagi tadi jadi sesuatu yang baru. Iya, kenapa ya kita kadang suka memaksakan diri menutup kelemahan kita dengan mati-matian belajar, ikut workshop, baca buku dan artikel, bahkan ambil kuliah sampai S3. Padahal bidang itu bidang kelemahan kita dan parahnya bidang yang tidak dia sukai. Kita mati-matian secara sadar maupun tidak, berfokus memoles kelemahan kita agar orang lain tidak tahu itu kelemahan kita. Padahal orang-orang juga tidak peduli sebenarnya. Coba bayangkan kalau effort kita, waktu, tenaga, biaya kita fokuskan pada passion kita. Pada bidang yang kita cintai. Kita mungkin akan menemukan dan membangun kekuatan sejati kita. Mungkin sekali kita akan jadi master di bidang tersebut. Kebalikannya, jika kita mengerjakan kelemahan kita, kita akan menjalani aktivitas yang membosankan, meletihkan, dan membuat frustrasi. Dan kemungkinan besar outputnya akan buruk juga. Ironisnya, dalam realita kehidupan ini, kita terpaksa menjalani kelemahan kita ketimbang passion kita. Entah karena tuntutan hidup, mencari nafkah, permintaan orang tua atau lingkungan dan lain-lain. Saya jadi ingat film Perahu Kertas yang saya tonton minggu lalu. Salah satu isu dalam film yang diangkat dari novel karya Dee Lestari ini adalah benturan antara following your passion dan realita tuntutan hidup ini. Buat yang belum nonton, tonton deh. Film yang inspiring!

Diceritakan seorang Kugy, pemeran utama, yang sangat passionate dengan penulisan dongeng. Tapi setelah lulus kuliah, dia menjalani realita bekerja di perusahaan advertising sebagai seorang copywriter. Sambil memendam cita-cita, satu hari nanti dia bisa mewujudkan impiannya menjadi penulis dongeng. Teman dekat sekaligus "calon" kekasih Kugy, Keenan, sempat menyindir, "Jadi kamu menjadi orang lain dulu beberapa waktu, lalu baru balik lagi menjadi diri kamu yang sejati?". Sementara itu Keenan, pemuda gondrong tipe pemberontak, memutuskan kabur dari rumah dan keluar dari kuliah ekonomi yang dipaksakan orang tuanya dan melukis di sebuah sanggar di Ubud Bali. Tapi di akhir cerita, dia harus kembali ke Jakarta dan menjalani realita mengelola perusahaan ayahnya karena sang ayah terkena stroke, disebabkan depresi sepeninggal Keenan. Selain Perahu Kertas, ada dua film lawas favorit saya yang membahas tentang passion, Dead Poets Society dan 3 Idiots. Buat Anda yang belum menonton film tersebut silakan tonton. Di dua film itu bahkan lebih ironis lagi. Orang rela bunuh diri, dari pada harus hidup dalam realita tuntutan orang lain. Film baru Step Up Revolution, yang sekarang masih tayang di bioskop, juga mengangkat isu passion ini. Padahal film ini dibuat di Amerika yang notabene negara maju. Ternyata di sana pun isu passion versus realita hidup ini masih asik untuk dibahas dan laku dijual. Masih banyak sekali orang yang mengeluh dengan realita pekerjaan dan aktivitas yang sekarang di jalani. Yang tidak sesuai dengan keinginan hati atau passion-nya. Kita melakukan aktivitas hanya sebagai rutinitas untuk menghidupi hidup kita. We just living not make a life. Lebih parah lagi jika aktifitas yang dijalaninya itu merupakan bidang kelemahan kita. Mau bukti? Coba cek Senin pagi, cek timeline Twitter atau Facebook atau status Blackberry, lebih banyak mana orang yang semangat atau orang yang malas-malasan berangkat ke kantor atau ke aktivitasnya? “I don't like Monday” yang dulu dinyanyikan Bob Geldof, selalu berkumandang setiap Senin di dalam hati banyak dari kita. Pertanyaan untuk diri kita masing-masing: Sudahkah kita bekerja dalam passion kita? Atau mungkin pertanyaan yang lebih mendasar lagi: Sudahkan kita tahu passion kita? . Depok, 8 September 2012 Muadzin F Jihad Owner + CEO Semerbak Coffee Twitter @muadzin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun