Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Money

Saya Gagal Lebih dari 9000 Kali Lemparan

25 September 2011   15:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menonton tayangan Semerbak Coffee di TV One dalam “Buku Harian Kisah Sukses UMKM” tadi pagi, saya jadi ingat saat proses pengambilan gambarnya. Dilakukan di bulan puasa lalu, selama empat hari berturut-turut, dari pagi sampai malam. Jadi jadwal adegan harus diatur sedemikian rupa, karena ada beberapa adegan yang harus diambil malam hari setelah buka puasa. Seperti adegan yang ada makan dan minumnya. Dan beberapa adegan, pengambilan gambarnya dilakukan outdoor, di udara Depok yang panas membara. Berasa banget haus dan laparnya.. hehe. Tim production house yang membuat acara ini, terdiri dari orang-orang yang perfeksionis. Untuk satu adegan, kami, saya, Iwan Agustian, dan tim Semerbak Coffee, bisa ambil gambar berulang-ulang sampai 5-6 kali. Entah karena salah posisi, ekspresinya kurang, atau keliru dialog. Acara ini menceritakan kisah membangun bisnis sejak dari awal hingga kondisi sekarang. Untuk merepresentasikannya maka tiap adegan yang berganti suasana, berarti kami harus berganti baju. Maka dalam satu hari syuting kami bisa berganti baju sampai 6 kali.. hehe. Syuting dimulai pagi jam 8. Selesai malam rata-rata sampai jam 10, bahkan malam terakhir sampai jam 2 pagi! Kalau Anda yang berpikir bahwa jadi pemain film atau sinetron itu enak, kaya raya, terkenal dan populer, coba deh rasain proses syuting seperti yang kami alami, sekaliii aja.. hehe. Bayangkan, tayangan acara yang cuma sekitar 24 menit, butuh waktu syuting empat hari dari pagi sampai malam. Belum lagi proses editing dan finishing yang dikerjakan oleh production house-nya setelah itu. Buat kami, pengambilan gambar untuk acara tersebut merupakan sebuah perjuangan, mengingat kami bukan bintang film yang biasa syuting :) Tapi setelah melihat hasil tayangan yang luarbiasa di TV One tadi, kami merasa puas sekali. Lelah, penat, haus dan lapar waktu syuting tersebut menjadi tidak ada artinya. Terbayar lunas. Menurut saya, sang sutrada dan timnya bisa membuat tayangan yang bagus, karena cukup banyak gambar yang diambil selama proses syuting empat hari itu. Sehingga banyak pilihan gambar terbaik yang akan dimasukkan. Hasilnya adalah tayangan yang terdiri dari adegan-adegan terbaik pilihan. Saya merenung, ternyata seperti itu juga lah proses lahir dan berkembang nya Semerbak Coffee. Hasil dan prestasi yang kami peroleh saat ini, mungkin cuma 10% langkah berhasil dari 100% usaha yang kami lakukan. Saya flashback ke saat Semerbak Coffee didirikan. Banyak tantangan dan hambatan yang harus kami lalui. Banyak yang harus kami pelajari. Banyak trial and error yang kami lakukan. Banyak salah jalan. Banyak kepentok, kejedut, kesandung, kepeleset, terguling..hehe. Tapi setelah sampai pada posisi saat ini, semua tantangan dan hambatan tersebut jadi tidak ada artinya (lengkapnya saya ceritakan di sini). Persis seperti saat ini, kami memutuskan untuk terjun ke bisnis kopi premium. Bisnis yang sama sekali baru buat kami. Banyak kendala, banyak yang harus kami pelajari, banyak trial and error. Tapi itu tantangan buat kami untuk terus maju. Sampai nanti kami dapat ilmunya. Dapat selah-nya. Dapat satu sistem atau pola kerja yang bisa mengantar keberhasilan kami. Sampai nanti di satu posisi, kami melihat tantangan saat ini tidak ada artinya dibanding hasil yang kami peroleh. Tidak hanya di bidang bisnis. Di seluruh bidang kehidupan, hukum ini berlaku. Untuk mendapatkan segelas minuman sari jeruk, kita perlu memeras beberapa buah jeruk. Untuk mendulang 1 gram emas, kita harus mengayak berkilo-kilo lumpur. Untuk mendapatkan satu karyawan pilihan, kita harus memilih dan meng-interview dari banyak lamaran. Semakin banyak calon, semakin baik pilihan kita. Untuk mendapatkan satu foto terbaik, seorang pehobi foto harus banyak memotret, menghasilkan foto dan memilih dari ratusan foto. Tiger Wood butuh memukul bola ribuan kali setiap hari untuk mendapatkan satu swing andalannya, yang membuat dia jadi olahragawan terkaya di dunia. Michael Jordan butuh melakukan shot ke ring basket ribuan kali gagal dan ratusan kali kalah dalam game, sampai dia bisa menjadi atlit basket terkenal di dunia. Sama seperti kita. Apapun bidang kita, kita harus melakukan kegiatan kita dalam jumlah banyak. Kita harus sering ketemu gagal, untuk mendapatkan satu cara atau satu sistem andalan, yang akan membuat kita menjadi seorang master. Kuantitas akan melahirkan kualitas. Mau tahu rahasia sukses orang-orang terkenal? "Success represents the 1% of your work which results from the 99% that is called failure" - Soichiro Honda "I have not failed, I have found 10,000 ways that do not work" - Thomas Alva Edison “I've missed more than 9000 shots in my career. I've lost almost 300 games. 26 times, I've been trusted to take the game winning shot and missed. I've failed over and over and over again in my life. And that is why I succeed” - Michael Jordan So… Bukan rahasia kan? Itu sudah jadi hukum alam. Sunnatullah. Jadi kalau kita mau sukses, jangan melawan hukum alam. Ikuti saja sunnatullah-nya. Jangan takut gagal. Kegagalan adalah satu paket dengan kesuksesan. Semakin sering dan semakin banyak kita gagal, semakin cepat kesuksesan akan menghampiri kita. InsyaAllah. . Depok 23 September 2011 Muadzin F Jihad Owner Semerbak Coffee Twitter @muadzin www.muadzin.com *FYI, Semerbak Coffee akan tayang juga di Metro TV, Senin 26 September 2011 jam 11 siang (bukan iklan lho.. hehe).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun